3. Say Hi to Family

206 72 25
                                    

"Sudah aku bilang, jangan memungut anak manusia gelandangan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah aku bilang, jangan memungut anak manusia gelandangan itu. Kau lihat sekarang kan Cora, kita makin repot!" bentak Arawn pada Coralettra, istrinya.

Umurnya yang hampir 1223 tahun itu memijit kepalanya yang terasa pening.

"Menggerutu lah sampai perutmu jadi sarang lebah! Yang pasti, selalu gunakan topeng itu di depan gadis yang Lorcan bawa." jawab Cora tak acuh. Ia melanjutkan aktivitasnya menjahit pakaian sambil sesekali melihat suaminya marah.

Arawn menaruh gelas dengan keras, "Untuk apa juga menggunakan fisik manusia seperti ini? Jangan-jangan kau yang takut dengan rupa asliku."

"Kalau anak itu sampai tahu mukamu yang mengerikan, dia bisa kabur dari sini. Dan Lorcan pasti akan sangat marah. Paling tidak berkat anak itu Lorcan bisa menuruti kata-katamu untuk menetap di istana." jelas Cora pada Arawn.

"Bangsa Meave anti terhadap manusia, kau paham akan itu? Dan di sini aku rajanya."

Cora menggelengkan kepalanya, tidak paham dengan laki-laki tua di belakangnya yang sedang menyeduh teh panas.

"Lorcan yang akan menggantikanmu sebagai Raja suatu saat nanti. Jadi mulai saat ini, turutilah apa yang Lorcan mau."

"Ya, ya, ya. Terserah. Sepertinya menjelang berumur seribu tahun, kamu makin menyebalkan, Cora."

Wanita dari Bangsa Meave itu yang merupakan Ratu di negeri ini hanya berceloteh memainkan bibirnya untuk meledek suaminya. Dari dulu Arawn terus saja rasis terhadap manusia dan bangsanya. Padahal era saat ini, manusia dan Bangsa Meave seolah sudah terbiasa hidup bersama.

Arawn memegang ajaran kuno, yaitu mengelompokkan diri tanpa gangguan dari spesies lain. Agar memangsa pun mudah dilakukan. Namun saat ini keberadaan bocah itu membuat seisi rumah genting. Hanya Cora dan Lorcan yang memiliki ide buruk ini.

"Berikan salam untuk Paman itu." suruh Lorcan pada Caron setelah keduanya menuruni lima belas anak tangga untuk menuju ruang keluarga.

Rumah ini lebih cocok disebut dengan mansion tua yang sedikit mengerikan. Caron hanya mampu menuruti perintah Lorcan karena sejujurnya ia pun masih belum paham apa yang terjadi.

"Selamat pagi, Kakek." jawab gadis itu malu. Ia tidak melihat wajah Arawn, namun melihat Lorcan yang memperhatikan ia ketus.

"Kakek? Kau masih berumur seribu tahun. Panggil saja aku paman."

Lorcan menghembuskan napas berat, ternyata memungut anak manusia lebih memalukan daripada memakan daging sapi di depan banyak orang.

LORCANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang