Draco dan Hermione kini tengah berbincang di tepi danau hitam. Mereka berdua mendebatkan masalah yang terjadi beberapa waktu lalu.
"Belum apa-apa aku sudah dibenci oleh kedua sahabatku, Draco. Apa masalahnya jika kita berdua bersama? Mom and dad saja tidak mempermasalahkan hubungan kita. Status darah dan status identitas pun sudah dihapuskan. Lalu apa lagi yang mereka permasalahkan? Masa lalu? Mereka terlalu kekanak-kanakan." Kata Hermione panjang lebar. Namun, dia tidak memperhatikan Draco yang sedari tadi memperhatikannya.
Draco terkekeh, lalu dia merangkul Hermione dengan mesra. "Tutup mulut pintarmu itu, atau aku yang akan 'menutupnya'. Kau mau?" Tanya Draco.
Secara otomatis Hermione menggelengkan kepalanya. "Tidak." Balasnya singkat.
Draco tersenyum dan memandang keindahan danau hitam pada malam hari. "Mereka mungkin masih tidak bisa menerima karena aku seorang death eater." Kata Draco.
Hermione menutup matanya, menahan agar air matanya tidak keluar. "Aku sudah bilang kalau kau itu MANTAN death eater! Jadi mereka tidak ada hak untuk menghakimimu. Aku tidak mau kalau kau menyebut dirimu death eater lagi. Atau kita akhiri saja hubungan ini." Katanya.
Draco memeluk Hermione dengan erat. "Kumohon jangan pernah mengucapkan kalimat itu lagi. Secara tidak langsung kau sudah membuatku sedih, Mione." Ucap Draco.
"Maaf." Balas Hermione. "Aku ingin kau berjanji agar tidak pernah meninggalkanku, Draco." Lanjutnya.
Draco mengeluarkan tongkatnya. "Ayo lakukan Vow." Ucapnya.
Hermione menjabat tangan Draco dan membuat pertanyaan pada Draco. "Apakah kau, Draco Malfoy akan terus bersamaku sampai akhir hayatku?"
"Yes i do." Jawab Draco dengan mantap. Lalu munculah sulur-sulur transparan untuk mengikat janji mereka.
"Okay sudah." Ucap Hermione. Dia tidak melepaskan genggaman tangan mereka. "Sekarang kau tidak boleh mendekati gadis lain, atau kau akan mati." Kata Hermione.
"Mengapa aku harus mencari gadis lain? Sedangkan seorang gadis tercantik telah ada dipelukanku?" Ucap Draco jujur.
Hermione tersipu dan membenamkan wajahnya di dada Draco. "Berhentilah menggombal, Draco." Ucapnya. "Uh aku mengantuk. Ayo kita kembali ke castle." Ajak Hermione.
"Ayo." Sambut Draco dengan sayang.
Lalu mereka berdua meninggalkan danau hitam. Mereka tidak tahu bahwa sedari tadi Harry dan Ron memperhatikan mereka dari balik pohon ek.
"Kita harus mrminta maaf, Harry. Aku melihat kejujuran di wajah Malfoy. Bahkan dia rela melakukan vow." Kata Ron.
Harry mengangguk setuju. Mereka pun kembali ke castle.
.
.
.
.Keesokan harinya, Hermione dan Draco secara terang-terangan menunjukkan kebersamaan mereka. Mereka saling berpegangan tangan sepanjang jalan menuju Aula Besar untuk sarapan. Banyak orang yang menatap mereka dengan heran dan bingung.
Bahkan, Blaise Zabini dan Theodore Nott yang notabenenya adalah sahabat Draco sampai memukuli kepala masing-masing.
Hermione merasa canggung dengan semua ini, tapi Draco terlihat biasa saja. Bahkan menikmati pemandangan ini.
"Draco, apa kau tidak merasa canggung? Atau kau bahkan sangat senang?" Tanya Hermione gusar.
Draco terkekeh. "Tentu saja aku senang sayangku. Mereka melihat kita seolah kita berdua adalah raja dan ratu." Balas Draco dengan girang.
Hermione memutar bolamatanya. "Sifat aroganmu tidak akan pernah hilang. Aku yakin itu." Kata Hermione.
Draco merangkul Hermione dengan mesra yang membuat siswi centil yang ada di koridor berteriak histeris. Pasalnya baru pertama kali mereka melihat Pangeran Slytherin tersenyum sayang seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN JEALOUSY & PRESTIGE (END)
FanfictionKisah percintaan Draco Malfoy dan Hermione Granger yang sangat manis. Siapapun yang mengaku Dramione Shipper boleh baca ya