Chapter 5

3.6K 268 10
                                    

Hermione saat ini tengah mengunjungi rumah Hagrid bersama Harry dan Ron. Mereka ingin melihat telur anak burung hantu yang baru saja menetas. Hagrid sangat terharu karena pikirnya burung hantu itu akan menjadi keluarganya.

Hermione tersenyum melihat Hagrid yang begitu tersentuh. Sedangkan Harry dan Ron malah asik sendiri dengan kegiatan mereka masing-masing.

"Harry, Ron, Hermione. Kalian sebentar lagi akan lulus. Lalu siapa yang akan menjadi temanku lagi? Mereka pasti tidak akan mau berteman denganku raksasa jelek dan bau." Kata Hagrid sedih.

Harry dan Ron mrnghentikan kegiatan mereka dan menatap Hagrid dengan sayang.

Sedangkan Hermione sudah memeluk Hagrid dengan erat. "Kau tahu Hagrid? Biarpun aku sudah lulus, aku pasti akan mengunjungimu pada saat akhir pekan. Aku janji." Katanya.

"Aku juga begitu Hagrid. Aku tidak akan pernah lupa denganmu. Teman pertamaku di dunia sihir." Lanjut Harry yang juga ikut memeluk Hagrid.

Ron menatap ketiganya. "Meskipun aku tidak ada sejarah denganmu, tapi aku selalu menganggapmu sebagai pamanku, Hagrid. Kami menyayangimu." Ucap Ron bijak.

Mereka berempat berpelukkan. Sementara Draco bersembunyi di balik batu besar sambil menahan amarah karena cemburu.
.
.
.
.

Makan malam pun tiba. Hermione beserta Ron dan Harry pergi ke Aula Besar bersama. Mereka sesekali tertawa mendengar lolucon yang dilontarkan Ron. Mereka berpisah tempat duduk. Harry dan Ron duduk di meja Gryffindor dan Hermione memilih bergabung bersama Draco, kekasihnya.

Hermione duduk di sebelah Draco yang tampak berusaha untuk mengacuhkan Hermione. "Hai, Drake." Sapa Hermione.

"Hm.." balas pria itu tanpa minat.

Hermione mengernyitkan dahinya. "Kau kenapa? Sakit?" Tanya Hermione sambil meletakkan punggung tangannya di dahi sang kekasih.

Draco memalingkan wajahnya yang mulai merona. "Aku tidak apa-apa. Kau tidak perlu khawatir." Ucapnya dengan gugup. Dia tidak akan bisa bertahan jika Hermione memberinya perhatian seperti itu.

Hermione tersenyum. Dia tahu kelemahan Draco. "Draco, kalau kau tidak mau bilang aku akan mencium pipi father. Mother tidak akan cemburu." Ucapnya dengan nada yang pura-pur tegas.

Seperti dugaan Hermione, Draco langsung melototinya. "Jangan pernah lakukan itu jika kau tidak mau aku memusuhi father." Cerca Draco sambil mencubit pipi Hermione dengan geram.

Hermione meringis sambil memegang pipinya. "Aku tidak akan melakukannya jika kau memberitahuku apa tang membuatmu menjadi seperti ini!"

Draco tertegun. Dia pasti akan dimarahi Hermione jika mendengar alasannya. Tapi itu juga mungkin bisa menyadarkan Hermione bahwa dirinya cemburu berat.

"Aku melihatmu memeluk kedua kunyik itu dan raksasa jelek itu!" Seru Draco tegas. Padahal dia takut jika Hermione akan marah.

Diluar dugaan. Hermione terpikal karena alasan konyol itu. "Draco, kita sebentar lagi menikah dan kau masih seperti anak kecil. Oh Gosh!!!"

Pansy Parkinson yang sengaja mendengar percakapan itu langsung membisikkannya kepada Daphne. Dan mereka berdua langsung terkikik. Draco yakin, pasti gosip kedua ular betina itu akan menyebar ke seluruh Hogwarts kurang dari 12 jam.
.
.
.
.

Sesuai perkiraan. Gosip yang dimana headlinenya adalah "MALFOY YANG CEMBURU KEPADA SAHABAT PACARNYA" sudah menyebar tidak hanya di dalam Hogwarts, tetapi sampai ke luar Hogwarts. Dan Draco bersumpah dia akan menjahit bibir seseorang yang telah membuatnya dipermalukan sampai ke telinga Malfoy senior.

Yang membuat Draco tambah kesal adalah, Hermione juga turut menertawakannya. Tapi biar bagaimanapun Draco tetap tidak bisa marah pada Hermione. Gadis itu selalu mengancam akan mencium ayahnya jika Draco bersikap kekanak-kanakan.

"Berhentilah, Mione. Apa kau tidak tahu kalau aku malu?" Desis Draco. Saat ini mereka berdua sedang duduk di bawah pohon mangga di padang rumput.

Hermione menghentikan tawanya. "Kau tidak perlu malu, Draco. Itu artinya kau sudah mencoba untuk melindungi calon istrimu dari pria nakal di luar sana." Hibur Hermione.

Draco menatap Hermione dengan binar penuh harap. "Benarkah?" Tanya Draco.

Hermione mengangguk. Dia membelai rahang Draco dimana itu membuat Draco mengerang. "Lakukan lah kalau kau ingin." Ucapnya.

Tanpa banyak tanya lagi, Draco langsung menyusuri bibir Hermione dengan bibirnya. Mereka bergelut lidah cukup lama. Hermione menikmati ciuman Draco begitupula sebaliknya.

Hanya satu harapan mereka. Semoga kami tetap saling mencintai sampai maut memisahkan.
.
.
.
.

Segini dulu.. author lagi sibuk nih.. ngga bisa panjang".

Babai..

BETWEEN JEALOUSY & PRESTIGE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang