1

35 7 3
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, namun suasana di studio tidak menunjukkan bahwa hari sudah sangat larut. Para kru masih berseliweran dan model-model masih take di depan kamera.

Al menyesap kopinya untuk membuat dirinya tetap terjaga karena dia masih harus menunggui Diana, artis baru yang sedang naik daun yang diasuh dibawah management tempatnya bekerja sekarang. Sebenarnya Al tidak harus menunggui setiap artisnya yang sedang bekerja, hanya saja ia ingin memastikan Diana bekerja dengan profesional dan para pihak puas dengan pekerjaannya sehingga sangat bagus untuk karir Diana kedepannya.

Ia mengambil asal majalah yang tergeletak di coffee table. Xion's Movie Get More Than A Million Viewer Within A Day. Foto wajah artis internasional itu terpampang sangat tampan dan maskulin di cover majalah yang di pegang oleh Al. Ia mengambil sebuah majalah lagi disampingnya dengan hot news Xion: Number One Most Wanted Man To Be Your Valentine. Lagi-lagi dengan wajah pria tampam itu menghiasi cover majalah tersebut.

"Oke, it's a wrap, guys!" Al mendengar suara asisten sutradara yang menandakan berakhirnya shooting sebuah iklan di hari itu.
Ia mengembalikan majalah-majalah itu ke mejanya dan beranjak dari tempat duduknya untuk mengucapkan terima kasih kepada para kru dan menghampiri Daniel, sutradara yang sangat terkenal yang telah menghasilkan banyak film, iklan, dan music video untuk artis dalam negri maupun luar negri. Karya yang dihasilkan oleh Daniel terjamin akan selalu sempurna.

"Gimana Diana?" Al ingin mengetahui penilaian sutradara terkenal itu tentang artis barunya.

"Bagus, ngga harus take berulang-ulang. Bisa dikasih tau. Kantor lo emang selalu punya bibit-bibit yang menjanjikan," jelas Daniel. Dia sudah sering bekerja sama dengan kantor manajemen Al, salah satu manajemen talent terbesar di ibukota. Dia sangat suka bila bekerja sama dengan talent-talent dari kantor manajemen Al, karena selain kemampuannya tidak diragukan lagi, orang-orangnya bisa bekerja dengan profesional, tidak moody. Daniel sangat malas apabila artisnya bukannya sibuk menghafal dialog malah sibuk menaikkan rok-nya supaya tampil lebih seksi di depan Daniel dan berharap pria itu akan meliriknya.

"Habis ini gue sama anak-anak mau nongkrong dulu, mau ikut?" Tawar Daniel pada gadis itu.

"Anak-anak kru, atau sama anak gadis orang maksudnya?" Goda Al pada pria itu.

"Kalo sama anak gadis orang, ga bakalan gue ngajak elo. Kecuali lo mau threesome?" Daniel mengeluarkan senyum jahilnya.

"Dasar sinting!" Al meninju lengan Daniel.

Al sudah mengenal Daniel selama 6 tahun, Daniel merupakan kakak tingkatnya di kampus dan sama-sama bergabung di kegiatan extrakulikuler fotografi. Sejak jaman kuliah dulu Daniel sudah sangat populer dengan wajahnya yang sangat tampan karena memiliki campuran darah jepang dan amerika, latar belakang orang tuanya yang pengusaha sukses -- sehingga hartanya tidak akan habis walaupun kalau dia harus menghidupi 10 orang istri beserta anak-anaknya dan cucunya sampai 10 generasi berikutnya -- serta sifatnya yg supel dan gentle membuatnya semakin sempurna. Hanya Al wanita yang bisa berteman dengannya tanpa terkena feromon pria itu.

Al melihat Diana sudah mulai berbenah dibantu oleh stylist untuk berganti pakaian sambil menghapus make up.

"Gue ngga bisa hari ini," Al melihat jam nya, "ini udah jam 2 pagi, gue masih nganterin Diana pulang, besok pagi-pagi gue masih harus ngantor gara-gara dicariin madam. Gue kangen bantal guling buat dipeluk."

"Kelamaan single bikin lo semenyedihkan itu? Sini lo boleh meluk gue dan merasakan body gue six pack ini, biar lo tau rasanya meluk badan cowok keren, jangan cuma meluk guling lo yang super gendut itu," Daniel merentangkan kedua tangannya bersiap menerima pelukan.

Al yg melihat itu juga merentangkan tangannya, namun kedua tangannya mendarat di kedua pundak Daniel dengan cukup keras, "yang besar dan empuk lebih enak dipeluk, meluk yg kaya elo kaya meluk tembok, udah ah, bye," Al pamit sambil melambaikan tangannya.

"Gue anter pulang, bahaya banget cewek nyetir jam segini, mana mata lo tinggal segaris gitu," tawar Daniel sambil menarik tangan Al supaya gadis itu tidak beranjak jauh.

"Ya elo nya kan mau party, ya kali sutradaranya ngga ikutan. Lagian gue sama Pak Mamat, bukan nyetir sendiri. Males juga gue nyetir pagi-pagi tadi."
Shooting ini memang dimulai dari jam 5 pagi sampai baru berakhir pada pukul 2 pagi hari ini. Terkadang orang tidak mengerti, untuk menghasilkan video berdurasi 2-3 menit membutuhkan proses shooting yang panjang dan proses editing yang lebih panjang lagi.

"Pak Mamat biar anter Diana aja, elo gue anter pulang biar bisa langsung istirahat. Kalo nganter Diana dulu keburu pagi nyampe rumah lo."

Al baru saja mau mengeluarkan kata-kata penolakan, tetapi Daniel tidak menghiraukannya, malah memanggil asistennya, "Nih kartu kredit gue, ntar tagihan anak-anak masukin aja kesini, gue ngga ikutan ya, mau anter Al balik," jelas Daniel sambil menyerahkan kartu kredit berwarna hitam.

"Bos maunya berdua-duaan mulu deh, gabung dong sama kita, kita kan pengen kehadiran bos ganteng ini, bukan duit-nya doang," jelas Fajar yang dibuat-buat agak kemayu.

"Ya udah sini balikin kartu kredit gue,"

Fajar langsung berkelit satu detik lebih cepat, "eh nggak bos, biarlah kartu kredit ini jadi pengganti kekosongan hati kami karena dirimu nggak bisa hadir. Bye bos, bye Al, bos gue jangan diapa-apain ya!" Fajar langsung ngacir ke kumpulan teman-temannya.

"Sableng banget, untung kerjaannya bagus," Daniel menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Fajar ngacir. "Ayo balik."

"Gue temenin Diana dulu ya sampe ke mobil Pak Mamat. Gue harus bertanggung jawab sama anak gue nih."

"Bareng aja sekalian ke parkiran. Duh apa gue harus jadi artis agensi lo dulu supaya bisa dapet perhatian lo?" Goda Daniel.

"Boleh! Lo mau jadi artis agensi gue? Udah gue bilang kan muka lo itu sayang banget di belakang kamera, coba kalo di depan kamera, udah deh cewek-cewek bergelimpangan di pangkuan lo! Mau jadi artis nggak lo?"

"Udah cukup elo aja yg bisa menikmati wajah gue. Lagian belom jadi artis aja gue udah capek nolakin cewek-cewek ganas yang mau dapet jatah dari gue tiap malem sampe repot atur jadwalnya."

"Mau gue bikinin schedule sekalian? Manager pro nih gue."

"Jangan cemburu gitu dong, buat gue, elo tetep di schedule teratas. Bilang aja kalo lo mau booking gue," ucap Daniel sambil merangkul pundak Al.

"Amit-amit!" Al menyikut perut Daniel pelan.

Perpetual PresenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang