4

16 2 0
                                    

Please kindly vomment😘😘😘

---

Berita tentang kembalinya Alexander Xion ke tanah air menyebar dengan sangat cepat. Semua media cetak, digital, dan sosial media seolah berlomba-lomba memberitakannya.

Bermacam-macam foto terlampir dalam beritanya, ada foto Xion mengenakan setelan jas-nya saat memenangkan penghargaan di LA, ada foto saat Xion berdiri tersenyum dan melambaikan tangan di wall of fame premiere film-nya, ada foto saat Xion melakukan press conference, sampai foto Xion mendarat di bandara tengah malam tadi. Namun semua itu dengan headline berita yang sama: Alexander Xion kembali ke tanah air!

Satu foto yang menarik pandangan Al adalah foto di bandara semalam saat ia menjemput Xion. Di salah satu foto yang diunggah di berita tersebut, ada fotonya yang sedang berbicara dengan Xion. Al langsung menekan layar ponselnya untuk menyimpan foto tersebut.

"Al!" Al menengok melihat Joy dan Adya menghampiri meja kerjanya.

"Gimana rasanya ketemu Alexander Xion?" Tembak Adya.

"Gimana rasanya berduaan tengah malem?" Lanjut Joy.

"Demi apa lo berduaan doang tengah malem sama dia?"

"Lo kan bisa ajak gue, nek, gue selalu avaialble kalau mau ketemu cowok ganteng bak dewa yunani kayak Alexander Xion," Yulianto, yang dipanggil teman-temannya Yulianti karena sifatnya yang kemayu itu, tiba-tiba ikut nimbrung dalam percakapan mereka.

"Gue juga mau! Lagian kata mama ngga baik cowok cewek berduaan di tempat tertutup malem-malem!"

"Kalau bertiga, yg ketiga berarti setannya. Lebih bahaya klo lo ikut, setan!" Sambar Yuli.

"Sialan lo, Yulianti!"

"Jadi gimana kemaren, Al?" Joy mengembalikan ke tujuan percakapan semula.

"Keren ngga cara ngomongnya? Ngobrolin apa? Suara aslinya sekeren di music video atau di TV ngga?"

"Gue ngga tau karena gue kira dia bisu sekarang. Diajakin ngomong diem doang. Jadi sepanjang jalan dari bandara sampe apartemen, yang ngeluarin suara cuma si mbak google maps," jelas Al sambil mengingat kejadian semalam.

"Nyetir lo beringas kali, Al. Jadi dia takut."

"Orang dia yang nyetir."

"Demi apa disetirin sama abang Xion? Gila iri banget gue, Al! Kaya di film-film gitu ngga nyetirnya?" Tanya Adya menggebu-gebu. Adya dan drama korea didarahnya.

"Kebanyakan nonton drama deh lo. Cuci piring aja harus setel soundtrack drama dulu, ngarep ada yang peluk dari belakang," sindir Yuli.

"Eh jangan menghujat khayalan gue dong!"

Saat mereka ramai berantem, ponsel Al bergetar di saku jeans-nya, menandakan adanya panggilan masuk.

"Guys, gue dipanggil sama Mas Angga. Duluan ya," pamit Al pada teman-temannya dan langsung melangkah ke ruang meeting.

---

Jam tangannya menunjukkan pukul.08.00 pagi. Disinilah sekarang Al berada. Di depan pintu sebuah apartemen mewah yang dihuni oleh seorang superstar.

2 hari setelah Alexander Xion kembali ke tanah air, seluruh media tanah air semakin berlomba-lomba menuntut agensi supaya menggelar press conference.

Karena itu Al diminta untuk membawa Xion ke kantor untuk meeting.

Al sudah menekan bel yang terletak disamping pintu apartemen itu beberapa kali, namun tidak ada tanda-tanda pintu itu akan terbuka.

Ia kembali menekan bel sambil menelpon nomor ponsel Xion yang diinfokan oleh pihak kantor. Namun ponselnya tidak aktif.

Al menunggu di depan pintu sambil mengetik pesan ke whatsapp Xion yang tidak memiliki profile picture.

Pagi. Aku ada di depan pintu apartemen kamu buat jemput karena kita ada meeting hari ini.

'Apakah ini terlalu formal? Tapi memang ini urusan pekerjaan,' Pikir Al. Lalu ia menekan tombol send.

"Ada perlu apa?"

Al menengok ke arah suara. Langsung ia merasa ingin mengabadikan pemandangan yang sedang ia lihat saat ini. Bagaimana mungkin ada seorang pria yang memakai baju olah raga dan berkeringat namun bisa tetap terlihat sangat menarik seperti sedang pemotretan majalah fashion?

"Karena lo baru aja balik ke Indonesia, jadi gue jemput buat meeting di kantor jam 11 siang ini. Management khawatir lo belum familier sama jalanan di Jakarta," jelas Al.

"Fyi, aku tinggal di Indonesia sampai umur 20 tahun," jelas Xion sambil memasukkan kode pintu apartemen-nya.

"Iya, gue tau- eh, semua orang di dunia ini tau kalau Alexander Xion tinggal di Indonesia sampai umur 20 tahun," ralat Al. Ia tidak tau apakah Xion ingin membicarakan masa lalu atau tidak.

Xion melangkah masuk dan menahan pintu, "masuk atau nggak?"

"Masuk!" Jawab Al cepat sebelum ia ditinggalkan sendirian di luar.

Al berjalan memasuki apartemen mewah milik Xion.

"Kamu bisa duduk dimana saja. Aku mau mandi sebentar," Xion langsung menghilang ke salah satu pintu yang ada di dalam apartemen.

Al memandangi isi apartemen Xion yang mewah ini. Ada ruangan dengan TV yang menempel di dinding, dilengkapi oleh sound system, dikelilingi oleh lemari buku, sofa-sofa yang sangat nyaman, dan coffee table. Kitchen set terletak dengan meja bar yang dilengkapi dengan barstool, dan dekat dengan meja makan.
Namun yang paling menarik perhatian Al adalah piano berwarna putih yang ada di dekat kolam renang.

Saat Al sedang berpikir apakah sopan apabila dirinya berkeliling apartemen ini tanpa permisi dari pemiliknya, ia merasakan ponsel yang berada di sakunya bergetar menandakan panggilan masuk.

"Apa?" Ucap Al tanpa ada kata 'halo'.

"Kalau angkat telpon itu tanya kabar atau paling nggak bilang halo," ucap suara dari sebrang sana.

"Halo Mr. Daniel. Ada yang bisa saya bantu?"

"Lagi dimana?"

"Kayaknya gue lagi di apartemen termewah di Jakarta." Al melangkah keluar ke arah kolam renang terbuka agar kualitas panggilannya lebih jelas.

"Apartemen termewah? Dimana? Apartemen gue?"

"Sombong banget lo jadi orang. Tapi emang sih. Gue di kawasan apartemen elo. Cuma beda gedung I think."

Kawasan apartemen Xion dan Daniel sangat dekat. Masih satu kawasan, hanya saja berbeda gedung. Tidak heran kalau Al sudah familier saat masuk kawasan ini.

"Lo ke apartemen siapa?" Tanya Daniel santai tapi sedikit terdengar posesif.

"Gue harus jemput artis baru di management gue."

"Siapa?"

"Xion."

"Sampai masuk ke apartemennya?"

"Ya kali gue nungguin di luar. Udah kaya kurir barang aja."

"Al, bisa-bisanya lo masuk ke apartemen cowok yang baru aja lo kenal? Kalo dia ngapa-ngapain elo gimana? Cepet ke..."

"You sound like an old man, Dan," kekeh Al.

Ia berbalik dan mendapati Alexander Xion berdiri tidak jauh dari kolam dan menatapnya. Al kaget sehingga ia terpeleset dan terjatuh ke dalam kolam renang.

"ALESSANDRA COLINE!" Ia mendengar Xion meneriakkan namanya tepat saat tubuhnya menghantam air.

Semua terjadi begitu cepat. Al merasa ada tangan yang mengangkat tubuhnya dan melingkarkan kakinya di pinggang pria itu agar kepala Al berada di luar air. Refleks Al langsung mengalungkan kedua tangannya di leher pria itu.
Sudah lama sekali sejak Al mendengar namanya dipanggil oleh pria itu.
Sesaat bahkan Al lupa kalau dirinya tidak bisa berenang.

Perpetual PresenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang