1 : Steve Keith Russell

466K 15.7K 316
                                    

SATU BULAN SEBELUMNYA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SATU BULAN SEBELUMNYA

"Steve." Lelaki dangan rambut acak-acakan itu menoleh saat namanya dipanggil.

"Thanks, Dude." Steve, pemilik rambut pirang pucat itu menyeringai saat Bryan menyodorkan sepuntung rokok kepadanya. Diisapnya dalam-dalam benda mematikan itu perlahan, lalu diembuskannya hingga kepulan asap putih tipis memenuhi ruangan gelap yang berisikan enam pemuda, satu gadis.

"Steve, malam ini kita jadi ke kelab?" tanya pemuda di samping Bryan seraya memainkan tongkat biliarnya.

"Entahlah, aku tidak janji, Kyle." jawab Steve datar, masih mengisap rokok di mulut.

"Apa karena gadis itu?" tebak Kyle.
Steve enggan membalas pertanyaan Kyle. Tubuhnya yang tegap masih berbaring santai di sofa menatap langit-langit atap. Hari ini Steve kembali bolos di kelas Biologi. Walaupun begitu, nilai akademiknya tidak sedikit pun menurun. Sebaliknya, Steve memperoleh peringkat tertinggi di kelas tersebut.

Dalam hati Steve bersyukur, kecerdasan dia dapat dari sang Ibu. Walaupun secara fisik, sebaliknya, Steve dapat dari sang ayah.

"Steve, wanna play?" Bisikan lirih itu datang secara tiba-tiba. Seorang gadis dengan rok mini duduk di samping Steve dengan dua kancing baju dibiarkan terbuka sehingga mengeskpos dada membusung. Kedua tangannya bergerak seduktif ke dada, bergerak makin liar hingga kancing kemeja putih Steve, membukanya satu per satu hingga otot di perutnya terlihat. Namun tiga kancing terakhir, segera dihentikan lelaki itu.

"Cari laki-laki lain, Selena. Hari ini aku tidak ingin bermain denganmu." Steve kembali memosisikan diri duduk lalu kembali mengancingkan kemeja yang sempat dibuka Selena.

"Ayolah, Steve. Kita selalu melakukannya ketika bolos." Selena menggantungkan kedua tangan di lengan kokoh Steve.

Steve bergumam, "Itu dulu. Sekarang aku sudah bosan denganmu." Steve melepas pelukan gadis itu, lalu kembali berdiri. "Aku pergi dulu." Steve membuang putung rokok yang tinggal setengah itu ke asbak. Lalu dijawab serempak oleh yang lain.

"Hubungi aku, jika kau berubah pikiran, Steve." Selena mencengkeram lengan Steve sesaat sebelum lelaki itu pergi meninggalkan ruangan.

***

Steve berjalan santai melewati koridor yang perlahan mulai ramai dilalui siswa-siswi Russell High School. Sekolah yang kini berada di bawah naungan keluarga Russell.

Bruk! — Steve menghentikan langkah saat lelaki berkacamata tebal dengan potongan rambut nerd menabrak tubuhnya, "Ma-maaf."

Steve manatap dingin lelaki di hadapannya itu, "Tidak cukup memakai kacamata tebal seperti itu, kau masih bisa menabrakku, Nerd." Steve mengeluarkan tangan dari saku celana, lalu meraih kerah lelaki itu dan mencengkeram erat.

"M-maaf, Steve," mohon lelaki tersebut wajah ketakutan.

"Steve?" Suara merdu itu membuat tubuh Steve membeku.

Steve melepaskan cengkeraman, lalu mendorong nerd bodoh itu agar menjauh darinya. Dia memutar tubuh dan melihat gadis cantik bersurai pirang yang terjuntai lurus sepinggang, tampak begitu ceria saat melihat dirinya. Gadis itu berlari menghampiri. Wajah tirus tampak sesuai dengan tubuh ramping, proporsional dengan lekuk tubuh menonjol di tempat tepat.

"Aku dari tadi mencarimu, Steve." Gadis bernama Sarah itu meraih lengan Steve, lalu membawanya ke pelukan. Steve dapat mencium aroma vanila manis pada tubuh Sarah. Aroma yang entah sejak kapan menjadi aroma favorit Steve.

Tears of Sarah [21+] / Repost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang