하나

419 43 29
                                    


Netra gadis itu menatap intens kearah rumah minimalis dihadapannya kini.

Selama tiga atau empat tahun kedepan ia akan benar-benar menghabiskan waktu luangnya disini, mengingat ia tipikal anak rumahan yang tidak suka terlalu lama berada di kerumunan banyak orang. Bukan anti-sosial, hanya saja mageran.

Kegiatan mengamatinya terhenti ketika seorang wanita keluar dari gerbang rumah.

"Ryu Sujeong? Kamu kapan dateng, nak?"

Gadis itu pun menoleh. Menatap wanita tua dihadapannya dengan senyuman mengembang dibibirnya.

"Tanteee,"

Sujeong pun menyerbu wanita yang ia panggil 'tante' itu dengan pelukan hangat.



— 🌙 —




Sujeong meletakkan koper merah mudanya di dekat pintu kamar, lalu segera menyerbu kasur. Merebahkan dirinya seraya bergulung di dalam selimut.

Selama beberapa tahun kedepan, kamar bernuansa merah muda ini akan menjadi tempatnya bernaung setelah selesai dengan urusan perkuliahan. Akan menjadi tempatnya berlindung dari hujan dan panas.

Selepas ia menyelesaikan pendidikan sekolah menengah di Daegu, Sujeong bertekad ingin melanjutkan studi di Ibukota. Alasannya sih jelas, ia ingin belajar mandiri.

Bertahun-tahun hidup bersama orang tuanya, membuat ia tumbuh menjadi gadis yang manja. Belum lagi predikat 'maknae' yang ia sandang.

Tapi masalahnya, bukan kebebasan yang ia dapat, sang ibunda malah menyuruhnya tinggal di kediaman saudara jauhnya. Sebenernya Sujeong benar-benar menolak usulan ini.

Alasan pertama, ia tidak mau merepotkan orang lain.
Alasan kedua, ia ingin hidup bebas.
Alasan ketiga, Yugyeom itu berbahaya.

Yugyeom, sepupu tampan yang super menyebalkan.

Sepupu yang selalu mengganggu kehidupannya ketika ia masih tinggal di Daegu.

Sepupu yang mencuri ciuman pertamanya.

Sepupu yang ia sukai dalam diam.

Shit. Sujeong benar-benar ingin menghapus perasaan abnormal ini. Bagaimana pun juga mereka kan saudara sepupu.

"Dateng ga bilang, padahal mau dijemput."

Sebuah suara mengintrupsi kegiatan bergulung dalam selimut Sujeong. Gadis itu menoleh sejenak dan mendapati seorang Pemuda kini berdiri diambang pintu

Itu Kim Yugyeom.

Acuh tak acuh Sujeong kembali membaringkan kepalanya di atas kasur. Berusaha memberikan kesan 'cuek' pada sepupunya itu.

Yugyeom hanya terkekeh pelan. Ia berjalan mendekat, duduk di samping Sujeong yang masih asik berbaring di kasur.

"Aku yang ngecat kamar ini jadi warna pink."

"Makasih," saut Sujeong sekenannya. Ia terlalu sibuk menahan debaran jatungnya yang mulai berdetak lebih cepat.

"Makasih doang?" Yugyeom ikut berbaring di sebelah sujeong, menatap wajah bulat sepupunya yang terlihat memerah.

"Ciumnya mana?"

"Cium apa sih!?"

"Cium pipi aku, atau bibir juga gapapa. sebagai ucapan terimakasih."

"Kan tadi aku udah bilang makasih."

"Aku ga terima ucapan terimakasih doang. Ngecat dan ngedekorasi itu capek."

"Terserah!" Final Sujeong. Lalu memalingkan wajahnya ke arah lain. Berdebat dengan Yugyeom tidak akan ada habisnya.

Nafas Sujeong tercekat ketika sepasang lengan memeluk pinggangnya dengan erat. Sudah pasti itu lengan milik yugyeom.

"Yugi, nanti kalau tante lihat bisa gawat."

Bukannya menyingkir Pemuda itu malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Ga masalah, mama lagi keluar beli bahan buat makan malam.

aku ngantuk. kelonin ya, riyu. I miss you so much. Wanna cuddle?"

Bagaimana bisa Sujeong menghilangkan perasaan terkutuk bernama 'suka' pada sepupunya ini, jika perasaannya pun terbalas.

Brother ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang