Bagaimana kabarmu senja?
Diufuk sana apakah kau menerima kabar duka?
Apa kau sudah menyelesaikan semuanya sebelum hilang digantikan malam?
Mungkin aku terlalu banyak bertanya padamu, senja. Marilah kita bicara..Hari ini kabarku seperti biasa, tak lupa bersyukur bahwa aku masih diizinkan bernapas menghirup oksigen yang disuguhkan semesta. Juga rasaku yang belum juga mati, masih saja berkembang biak kala aku mengingat tentang dirinya. Tuan yang sama. Yang membuat jantungku berdetak lebih cepat ketika mataku melihatnya. Yang membuat pikiranku tidak karuan ketika aku bicara dengannya. Tuan yang sama, yang kucaritakan padamu seperti hari lalu. Kau mungkin bosan mendengarnya. Tapi aku tidak bosan-bosan merinduinya.
Senja, meski dia diseberang sana tak membuatku mengubah keputusan yang telah terucap. Aku sabar menanti. Aku akan menunggunya. Jangan salahkan dia, mungkin dia masih betah bertualang. Aku belajar memahami hal itu. Meski aku sendiri sudah lelah dan memilih berlabuh, memilih menunggu saja tuanku menepi. Memposisikan diri lebih siap.
Tuan mungkin belum lelah, senja. Kulihat dia cukup bahagia. Aku tidak sabar mendengar cerita darinya. Aku akan mendengarkannya dengan senyuman manis. Tapi aku tidak ingin berdusta bahwa hatiku juga teriris. Puan yang mana yang membuat tuan betah berlama-lama? Ah.. Tapi tuan senangkan? Asal tuan bahagia.
Senja, kuberi satu rahasia. Jangan bilang pada tuan bahwa aku pandai berdusta. Kukatakan padanya bahwa aku cukup bahagia menanti. Dengan senyum paling menawan yang kutawarkan. Tapi disini aku bercerita padamu senja, hatiku sekarat. Rasanya seperti dipukul seorang Gori penjagal. Sakit sekali. Seperti ada belati yang menancap tepat didada, meskipun dadaku belum bernah tertancap betulan, tapi sudah pasti sangat sakit dan masuk rumah sakit.
Tapi ini bukan salahnya senja. Aku yang mengambil keputusan ini. Biarlah aku berhenti kala hatiku mati. Dan kala aku melihat sosoknya sudah tak berarti, tidak lagi merasakan densiran aneh yang orang-orang sebut rasa cinta. Biarlah berjalan semestinya dan apa-adanya. Entahlah...
.
.
.
Yasudah senja, kapan-kapan lagi kita bercerita. Jangan gampang bosan seperti tuan.
Sudah ya...-Syfr