4. Hari Tersh*tt

963 61 0
                                    

"Sudah jatuh ketiban karung pula." Nana

📡📡📡

Author pov.

"Enak ya jadi Nana, di di sukai oleh dua pangeran sekolah sekaligus gitu." Kata wati mengosip ria bersama teman satu geng nya.

Wati itu teman sekelas Nana tapi mana ada teman yang gosipin temannya sendiri jadi bisa disebut teman sepihak.

Banyak yang iri karna Nana selalu saja di ributkan oleh Aldy dan Rio.

Semenjak kejadian tadi siang kedua lelaki tampan ini sering ribut masalah apapun bagai kucing ketemu tikus.

"Nana kamu pilih mana Rio atau Aldy. Kamu bukan orang yang rakus yang akan memiliki keduanyakan?." Kata Wati sudah ada di samping tempat duduk Nana sambil diikuti tatapan penasaran oleh Mia,Dwik teman satu gengnya.

📡📡📡

Karna tidak ada respon dari Nana, wati yang mulai kesal

"Ehh.. kamu jangan sok jadi orang, mentang-mentang direbutin cowok tampan malah besar kepala?."

"Emang harus ya, saya jawab bertanyaan kamu?"jawab Nana tak kalah sengit.

Nana kemudian bangkit dari tempat duduknya hendak meningalkan trio wewek itu.

Tapi sial kakinya tersandung kaki kursi dan jatuh dengan tidak baik di lantai dengan kasar.

Membuat kaki mulusnya membiru karna memar.

"Whahahaha..." bukanya menolong Nana berdiri Nana malah di tertawakan trio wewek.

"Rasain tu jadi orang jangan songong. Tuhh kan karma itu berlaku." Kata wati masih terbahak.

Nana kemudian bangkit berdiri dengan kesal.

Dalam hati dia merutuki kaki kursi yang tidak mendukungnya hari ini, padahal dia kan udah anggun-anggun pas berdiri tapi apalah Nasip baru satu langah malah tersandung kursi Sungguh sial memang.

Saat hendak berjalan, Sebuah tangan kokoh melingkar di lengan mungil Nana membantunya berjalan.

Terdengar sedikit jeritan dari trio wewek tapi Nana lebih memilih diam.

Nana yang sempat menunduk pun terpaksa menoleh ke arah kiri dengan sedikit mendongak ke atas karna tinggi badan Nana yang jauh berbeda dengan Rio.

Ternyata pemikik tangan kokoh itu adalah Rio.

Tadi Rio yang berniat untuk mengambil dompetnya yang ketinggalan tadi saat dia mau membayar makanan di kantin.

Nana merasa desiran aneh di dadanya saat tangan itu berada di lengan mungilnya.

"Kalau tidak bisa jalan jangan di paksa nanti tambah parah." Kata Rio dengan Nada khawatir.

"Gak papa aku bisa jalan sendiri kok." Kata Nana gugup karena jaraknya dan Rio sangat dekat hingga dia bisa merasakan hembusan napas Rio.

Karena keras kepala Nana yang baru beberapa langka berjalan malah akan terjatuh kalau tidak di berpegangan dengan meja di sampingnya.

"Jadi orang jangan batu kalo di Nasihatin." Kata Rio kemudian berjongkok di Depan Nana dan menepuk punggungnya memberikan intruksi agar Nana segera naik.

"Ayo cepet Naik aku antar ke uks biar memar di kaki kamu bisa di obatin." Katanya lagi

Nana sedikit ragu karna ini kali pertama dia berada sedekat ini bersama seorang lelaki selain dengan lelaki itu yang sangat dekat dengan Nana dulu, yang kini Masih tidak bisa ia lupakan sampai detik ini.

"Yah dia malah bengong." Rio yang tidak sabaran langsung menarik tangan Nana dengan lembut kemudian menarunya di pundak.

"Pegangan yang kuat." Kata Rio kemudian mengendong Nana menujuh uks.

Rio sedikit tersenyum saat Nana menuruti permintaanntaannya untuk berpegangan pada pundaknya.

Saat menujuh uks yang berada di ujung koridor terdengar banyak bisikan-bisikan siswa dan siswi di sana serta jeritan-jeritan kagum.

Mereka menganggap itu moment yang sangat romantis bahkan ada yang sampai mengabadikannya dengan kamera ponsel mereka.

Siapa yang tidak mengenal Rio, siswa kebanggaan sekolah karena prestasi basket yang sering dia raih serta ketampnannya yang tidak di ragukan lagi.

Jadi tidak heran Rio mempunyai banyak fans, serta mantan-mantannya adalah wanita yang cantik dan berprestasi pula.

Saat sampai di uks Rio dengan hati-hati membarinkan Nana di atas kasur.

Dia kemudian mengambil minyak kau putih berniat mengurut kaki Nana tapi saat baru Mau membuka tutupnya dengan tegas berkata

"Saya tidak suka bau minyak angin jadi tolong jauhkan itu dari saya"

"Maaf saya gak tahu." Jawab Rio kemudian mengambil minyak zaitun dan mengoleskanya di Kaki Nana dan memijatnya perlahan, Nana sedikit meringis saat Rio tanpa sengaja mengenai bagian memar di kakinya.

"Kamu tunggu dulu di sini." Kata rio kemudian keluar. Karena sendirian di kamar yang berbau obat yang sangat menyengat ini membuat Nana sedikit pusing dan mual.

Memang dari kecil dia tidak menyukai ruangan seperti ini terutama rumah sakit.

Krekkk..

Suara pintu di buka, membuat Nana menoleh ke sumber suara.

Rio sudah kembali membawa banyak barang di tatanganya seperti makanan,minuman dan es batu.

"Nihh." Kata Rio sambil memberikan makanan dan minuman tadi yang dia beli pada Nana kemudian mengambil kain kecil di dalam lemari dan menaru batu es tadi di sana dan mengompers kaki Nana yang memar.

"Kamu gak usah repot-rapot kayak gini." Kata Nana pelan tapi masih Bisa di dengar oleh Rio.

"Aku gak merasa direpotin tuh, malah seneng di repotin sama cewek manis kayak kamu." Jawaban itu membuat Nana hampir tersenyum tapi harus di garis bawahi _Hampir_tersenyum.

📡📡📡

Nana diam mengamati Kakinya yang sedang di obati Rio.

Sungguh telaten tangan kasar itu mengobati nya atau mungkin karena Cita-cita Rio sebenarnya ingin jadi dokter bukan pebisnis.

BRAKKKK..

Semua keheningan itu buyar saat suara pintu dibuka setengah di dobrak oleh Aldy yang ngos-ngosan melihat Nana dengan raut khawatir.

"Beb kamu gak papa?." Tanya Aldy mendorong Rio yang sudah selesai mengobati kaki Nana.

"Tidak usah lebay di sini UKS bukan lapangan basket, jangan terik-terik dengan Sura toa masjidmu itu." Ucap Rio menatap datar Aldy.

"Terserah saya dong kenapa Kamu yang sewot." Balas Aldy tak kalah sengit.

Pertengkaran mereka terus berlanjut tak menyadari Nana yang berjalan tertatih keluar dari ruangan itu. 

📡📡📡

Hacker Cantik (Gantung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang