When I'm With You - 9

279 5 1
                                    

Chapter 9 : The Not-So-New Student

 Pagi itu Ara masuk kelas dengan tampang sangar. Tidak seperti biasanya. Krista yang sedang mengisi buku absen mendongak begitu melihatnya dan hendak menyapa, sebelum seseorang mendahuluinya.

”Ara, gue mau ngomong sama lo,”

Tiba-tiba saja di hadapan Ara berdiri Nick, si tukang bikin masalah yang kemarin mengupload foto itu di Facebook. Ah, gara-gara foto itu! Seharusnya ia berpikir ulang dulu sebelum memutuskan untuk memotret “Sweet Moment of Ara and Dion” itu, yang tadinya hanya mau ditunjukkan untuk Ara. Tapi sialnya Nick entah bagaimana caranya sudah mendapat foto itu duluan! Duh, semoga Ara nggak marah sama gue, batin Krista cemas.

Tadinya Krista berpikir kalau keduanya akan ngomong di luar kelas dan menyelesaikan masalah, namun ternyata Ara malah menerobos melewati Nick, bahkan tidak berhenti sedikit pun untuk meladeninya. O ow, gawat nih...

Krista memutuskan ia harus menyapa sahabatnya. ”Hai Ra! Udah belajar buat ulangan, belom?”

Tapi anehnya—benar-benar aneh—Ara tidak berjalan ke arah tempat duduknya yang berada di sebelah Krista, namun malah menuju pojok kelas ke tempat duduk kosong di sebelah Rio, si nerd yang jarang banget ngomong. Rio mendongak kaget didatangi oleh Ara yang bisa dibilang merupakan cewek tercantik di kelas, merasa dirinya hendak dimarahi melihat tampang sangar Ara, namun malah dibuat lebih kaget lagi saat Ara menarik kursi di sebelahnya.

Ara menatap Rio, dalam hati berdoa supaya selama masa duduknya di sini ia gak mendapat masalah. “Di sini gak ada orang, kan?”

“E—eh,” Rio salah tingkah menjawabnya. “Sebenarnya ada... anak yang jarang banget masuk itu... tapi mendingan kamu aja deh—”

”Oke,” Ara menyunggingkan senyum sekilas yang nyaris membuat Rio terbang ke langit ketujuh, ”Thanks.”

Sambil duduk di sebelah Rio, Ara bertanya-tanya siapa gerangan anak yang jarang masuk sekolah ini. Ia kan anak baru, jadi belum seluruh kelas dikenalnya keseluruhan. Paling baru anak-anak yang ramah kepadanya atau yang tukang bikin onar saja, atau juga anak yang selalu dapat nilai bagus seperti Rio ini.

”Eh, Rio. Siapa sih yang duduk di sini sebenernya?”

Rio belum sepenuhnya sadar dari fakta bahwa ada cewek, apalagi cewek cantik yang manis seperti Ara, mau duduk di sebelahnya. Selama ini ia beranggapan dirinya jelek dan tidak diperhitungkan oleh golongan cewek-cewek seperti Ara. Namun mungkin jaman telah berubah, mungkin dirinya sekarang lebih keren dari dirinya yang dulu sehingga mereka mau...

Di dalam benaknya terbayang gambar dirinya dikelilingi beberapa perempuan cantik yang berebutan untuk bersama dengannya. Dari situ terbentuklah pikiran-pikiran tidak senonoh...

“Heh, denger nggak sih aku ngomong apa?!”

Bentakan Ara mengembalikannya ke dunia nyata. Dengan ekspresi menyesal karena pikirannya tidak sepenuhnya benar, ia bertanya balik, ”Hah?”

Ara menggeleng-gelengkan kepalanya. ”Mikirin apa sih pagi-pagi gini? Tampang muka lo gak enak banget diliat.”

JLEB. Rio nyengir-nyengir malu. ”Hehe maaf ya. Tapi kalo tampang ku kayak gini enak banget kan dilihat?”

Ia tersenyum lebar dan memasang tampang muka yang, menurutnya, tampang muka   dewa. Dewa ketampanan yang dikagumi setiap cewek, mungkin mirip Justin Bieber... atau lebih baik lagi, mirip Kim Bum—

”Gak usah senyum-senyum mesum gitu deh. Jjijik tau ga.”

Double JLEB.

---------------

Bel yang berbunyi kemudian terasa begitu lama. Ara sudah nyaris menyesali pilihannya untuk pindah tempat duduk dan berpikir untuk kembali saja, saat tiba-tiba Pak Damar si Kepsek masuk.

Seluruh kelas yang tadinya ribut mendadak tenang. Pak Damar melangkah masuk diikuti wali kelas mereka, Pak Jati, dan seorang anak laki-laki yang tampaknya familiar.

Hmm.. sepertinya Ara kenal. Tapi di mana?

Pak Damar berdiri di depan kelas dan tersenyum. "Selamat pagi, anak-anak."

"Pagi, Pak."

"Bapak mau ke sini sebentar saja. Mau memberitahukan sesuatu pada kalian,"

Si cowok yang Ara ingat samar-samar maju ke depan; berdiri di sebelah Pak Damar. Dan saat itulah Ara sadar di mana ia pernah melihatnya. 

"Perkenalkan teman baru kalian mulai hari ini. Lukas."

Ara tidak pernah terlalu akrab dengan Lukas, bahkan baru mendapatkan beberapa minggu sekelas dengannya sebelum ia pergi. Anak berambut ikal itu maju ke hadapan teman-temannya dan nyengir, "Hai. Gue masuk lagi ke sini. Seneng banget ketemu sama wajah-wajah ini lagi."

Anak-anak kelasnya menggambarkan berbagai ekspresi mulai dari senang hingga heran. Pak Damar berbicara sedikit sebelum kemudian keluar kelas dan meninggalkan Pak Jati untuk mengambil alih.

"Lukas. Kamu bisa duduk di tempatmu yang biasa."

Ia berjalan dengan langkah santai menuju tempat duduknya, sesekali berhenti untuk menyapa teman-teman yang dilewatinya. Hingga ia sampai di tempat duduknya. Namun anehnya ia tidak segera duduk.

Karena tempat duduknya sedang diduduki Ara.

Lukas hanya menatap Ara tanpa berkata-kata, namun Pak Jati yang pertama angkat bicara. "Ara, kembali ke tempatmu yang biasa."

"Tapi Pak, saya--"

Tanpa disangka, bahkan Ara pun kaget, Krista berdiri dan angkat bicara. "Biar Lukas duduk dengan saya saja, Pak."

Pak Jati menggelengkan kepalanya, tidak menyadari tatapan sinis yang diberikan Ara pada Krista. "Jangan. Ayo Ara kamu cepat kembali ke tempat kamu."

"Tapi Pak--"

"Eh lo, pindah sana,"

Ara memandang Lukas dengan kaget. Bahkan Pak Jati yang setengah jalan menuju meja guru pun berhenti.

"Maksud kamu apa, Lukas?"

"Ya Pak. Biar dia.. siapa namanya? Rio. Rio pindah ke sebelah dia aja," jarinya menunjuk Krista, "dan saya duduk di sebelah dia," jarinya berbalik menunjuk Ara.

Pak Jati duduk di kursi dan membetulkan kacamatanya sebelum berkata dengan nada capek, "Terserah kamu sajalah."

--------------------------------------

When I'm With You [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang