When I'm With You - 10

267 3 2
                                    

Chapter 10 : Annoyed

"Sepertinya Bapak punya pekerjaan untuk kalian berdua,"

Hah..? Pandangan Ara yang sedari tadi menatap foto keluarga di meja melayang kembali ke sosok pria didepannya. Apa telinganya yang salah dengar atau gimana?

Tiga bulan lagi Ara bakal masuk SMA. Tes masuk sudah dilewati dua bulan yang lalu, syukurlah ia masuk di penerimaan awal. Orangtuanya sebenarnya tidak terlalu menuntutnya untuk masuk ke SMA favorit di daerahnya namun berkat kebaikan Tuhan--dan seluruh jam-jam yang dihabiskan untuk belajaar, pastinya--akhirnya ia lolos tes masuk SMA itu.

Krista sudah berencana untuk masuk ke SMA yang sama dengannya, dan ia juga sudah diterima dalam penerimaan awal. Memang mereka baru menjadi sahabat sejak awal kelas 9. Namun entah kenapa Ara merasa mereka mempunyai ikatan yang kuat, sehingga mereka dapat cocok satu sama lain dan akhirnya bersahabat.

Kecuali sekarang saat Ara sedang marah padanya.

Sesudah Pak Damar mengantarkan Lukas ke kelas (Yeah, Lukas yang memilih duduk di sebelah nya itu) Ara beranggapan beliau akan segera pergi mengurusi urusan pentingnya yang lain, namun ternyata urusan 'pentingnya' itu memang kurang banyak. Buktinya beliau malah mengundang Ara dan Dion ke kantornya; untuk, seperti yang telah diucapkannya di depan kelas tadi, 'penilaian hukuman tempo hari'.

"M-maksud Bapak?" tampaknya cowok di sebelahnya lebih cepat pulih dari kaget dibanding dia.

"Ya. Tadi pagi-pagi saya pergi melihat gudang itu, dan ternyata semuanya sudah bersih. Bahkan barang-barang rongsokan sudah tidak ada di situ. Pak Nanang, salah satu office boy, bilang kalau pagi-pagi sekali tadi kalian pergi ke sana dan membersihkan gudang itu. Saya salut dengan kalian,"

Ara hanya duduk dengan cengo sementara Dion menunduk.

"T-tapi.. tapi Pak, saya tidak--"

Pak Damar tertawa keras, kakinya dihentak-hentakkan di lantai. "Ya, kamu tidak usah berterimakasih, Ara! Saya tahu keputusan saya memang yang terbaik. Mulai saat ini saya mengangkat kalian sebagai ketua kebersihan lingkungan siswa!"

---------------

Lukas tampak senang begitu Ara masuk kembali ke kelas dan duduk di sebelahnya. Ia berbisik, "Hai. Gue Lukas."

Banyak pikiran yang masih melintas di benak Ara , jadi tak sedikitpun diliriknya cowok di sebelahnya itu. Dalam hati ia masih ngedumel sekaligus bertanya-tanya tentang keputusan tiba-tiba Pak Damar.

"Woi, denger gak? Gue Lukas."

Menjadi ketua kebersihan lingkungan... berarti menambah banyak lagi tanggung jawab. Bukannya Ara nggak suka diberi tanggung jawab, namun selama ini tugasnya sudah terlalu banyak dengan menjadi ketua klub ini dan itu, bahkan mamanya pun sudah menasehatinya untuk mengurangi kegiatan-kegiatan tersebut.

Selama ini Ara gak pernah tau ada hal yang namanya "ketua kebersihan lingkungan". Yang ia tahu, kebersihan di sekolah ditangani sepenuhnya oleh CS dengan bantuan anak-anak yang kena hukuman. Ada juga klub "Greeneers" yang selalu mengadakan tugas bersih-bersih dan menanam pohon di sekolah rutin setiap bulannya, namun tidak ada yang menjabat sebagai "ketua kebersihan lingkungan".

Memangnya kerjaannya kemarin sebegitu bersihnya apa?

Ara tersadar dari lamunannya saat tiba-tiba sepuluh jemari menggelitiki perutnya.

"AA-!"

Pak Jati yang sedang mengajar terdiam, anak-anak yang sedang mencatat terdiam, burung-burung terdiam, rumput-rumput berhenti bergoyang.

Dengan wajah merah saat menyadari mata satu kelas tertuju pada mereka, Ara tersenyum malu dan menundukkan kepalanya. "Um, maaf Pak, saya tidak-"

"Kamu pikir kamu siapa bisa seenaknya teriak-teriak di kelas saya?"

Glek, Pak Jati mulai marah lagi, pikir Ara. Sudah cukup terakhir kali Ara dikeluarkan dari kelas oleh beliau, jangan sampai sekarang ia dapat hukuman lagi.

Tapi mengapa ia dapat hukuman? Ini semua tidak adil. Hukuman yang ia dapatkan pun bukan sepenuhnya kesalahan dia. Belum cukupkah hukuman membersihkan gudang DAN menjadi ketua kebersihan, juga mendapati aibnya disebarluaskan di dunia maya, ditambah lagi hukuman karena berteriak... secara tidak sadar?

Atau lebih tepatnya secara tidak sengaja.

Ini semua gara-gara cowok baru ini. Dengan sebal diliriknya Lukas, cowok yang duduk dengan wajah innocent disebelahnya ini. Huh, ngapain juga sih pake gelitik-gelitikin?

"Aa.. um.. maaf Pak, tadi saya.. um.."

"Apa, Ara?" ujar Pak Jati dengan nada tidak sabar. "Sebelum ini kamu sudah dikeluarkan dari kelas saat pelajaran saya, mau kamu mengulangi kejadian itu lagi?"

"Ng..nggak, Pak.."

"Setahu saya sekarang bukan pelajaran drama atau teater. Kamu tahu apa yang sedang kita bahas sekarang, Ara?"

"M..mm.. majas?"

Ara menyadari jawabannya salah begitu terdengar gumaman kecil di sana-sini. "Sayang sekali, tapi itu materi minggu lalu. Sekarang kita sedang mempelajari arti konotatif."

Pak Jati berjalan mendekati meja Ara dan berkata, "Kalau kamu mau menjelaskan secara masuk akal mengapa kamu membuat gaduh di kelas barusan, maka kamu akan saya bebaskan dari hukuman."

Otak Ara berpikir keras untuk mencari-cari alasan, namun yang keluar pada saat menegangkan selalu hal-hal yang paling konyol.

"Ta..tadi.. barusan, Lukas mencubit pipi saya dan saya kaget, Pak."

Segera terdengar dehaman keras dari penjuru kelas. Duh, dasar Ara bodoh! Cari alasan yang lebih bagusan dikit, kek, ini malah menghasilkan ledekan.

"Betul itu, Lukas?"

Ara menunduk menunggu jawabannya. Anak baru di sebelahnya ini belum mengenal Ara, pastilah ia bakal membantah hal itu dan menjerumuskannya dalam hukuman baru. Great.

"Ya, Pak. Saya minta maaf karena sudah menimbulkan kegaduhan tersebut."

Ara mendongak seperti tersengat begitu mendengar jawaban Lukas. Mungkinkah..? Dengan bingung dipandangnya Lukas, yang sedang menatap Pak Jati dengan tatapan sungguh-sungguh.

Entah mengapa Pak Jati kelihatan bingung sejenak, namun lalu membiarkannya lalu. "Baiklah. Lain kali kalau kalian mau pacaran, lakukan di luar jam pelajaran saya. Sekarang buka halaman 345-"

Ara tidak percaya ia berhasil lolos tanpa hukuman. Dengan lega ia menghadap Lukas yang sedang mengedipkan mata padanya.

Mereka berdua nyengir kuda, saat tak sengaja Ara melirik ke tempat duduk Dion.

Yang sedang menatap mereka berdua tanpa ekspresi.

-----------------

A/N: Gaje, I know! Maaf telat :(

When I'm With You [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang