When I'm With You - 11

39 0 0
                                    

Chapter 11 : Discovery

"Tiap sore kalian harus memastikan tidak ada sampah di lapangan dan koridor kelas ya!"

Perintah Pak Damar terngiang di telinga Ara selagi dia memungut botol plastik yang berserakan. Rupanya jadi 'ketua kebersihan lingkungan' tidak berbeda dengan jadi cleaning service yang berarti ia harus pulang lebih sore dari anak-anak lain untuk membersihkan sekolah.

Untung saja tugasnya terbatas pada mungutin sampah, gak sampai membersihkan toilet atau semacamnya.

Tapi tau sendiri sampah yang dihasilkan anak SMP seperti apa. Raut wajahnya berubah jijik saat melihat tumpukan bungkus chiki yang di jejalkan di belakang bangku taman, membuat Ara ngedumel sendiri dalam hati. Apa mereka gak pernah diajarin buang sampah di tempatnya dari kecil?

Sudah hampir satu jam ia keliling sekolah yang nyaris sepi, seorang diri mengambil sampah-sampah. Bukan kurang kerjaan, tapi Pak Damar secara khusus datang ke lapangan untuk memastikan ia benar-benar bekerja, lalu memberi peringatan kalau besok lapangan sekolah harus absen dari sampah.

Tapi itu sejam yang lalu. Gak tau kenapa Ara masih melanjutkan pekerjaan ini, toh udah gak ada yang mengawasi. Partnernya saja udah kabur waktu Pak Damar pergi.

Dasar anak pemalas.

Ngomongin partnernya, suasana hati Ara jadi berubah. Diingatnya lagi kejadian hari itu, waktu dia digendong Dion di UKS, difoto Krista, lalu diupload Nick ke Facebook untuk dilihat orang banyak. Baru terjadi kemarin tapi serasa sudah berabad yang lalu. Hari ini Ara menghabiskan waktu istirahat dengan Lukas si anak baru, tidak sekalipun menyapa Krista, dan jujur ia sedikit merasa kesepian.

Pulang sekolah tadi sebelum ia menjalankan tugas barunya ini, Krista dan Nick datang menghampirinya. Mereka minta maaf lalu menunjukkan pada Ara kalau mereka sudah menghapus foto itu dari Facebook. Sebenarnya Ara sudah gatal ingin minta maaf dan berbaikan dengan semua orang, tapi rasa gengsi masih ada, mungkin besok ia akan duduk lagi dengan Krista.

Tumpukan botol plastik terakhir berhasil diantarkan dengan selamat ke tempat sampah. Ara menghela nafas lega, akhirnya beres. Sekarang dia bisa pulang.

Setelah mencuci tangan dan membersihkan badannya di kamar mandi, ia berjalan ke gerbang sekolah untuk menunggu angkot. Masih jam 4, angkot masih berlalulalang.

Tapi sebelum Ara sampai di gerbang, seseorang memanggil namanya dari tempat parkir.

"Ara!"

Ia berbalik, mengenali suara itu. Detak jantungnya bertambah cepat. Kok Dion masih ada di sini..?

Dari parkiran muncul Dion yang berjalan menghampirinya. Pakaiannya sudah berganti, bukan seragam lagi, tapi baju kaos dan celana basket. Rambutnya basah. Wajah cowok itu, seperti biasa, datar.

"Kenapa, Dion? Aku kira kamu udah pulang,"

Dion mendengus. "Pulang gimana. Gue ada ekskul basket, ini baru beres,"

"Kak Arya mana? Gak jemput kamu?"

"Ga usah nanyain dia. Gue pulang sendiri,"

Ara agak kaget mendengar jawaban ketus Dion. "Oh.. Aku juga pulang sendiri,"

Hening beberapa saat. Ara gak tau kenapa dia mulai merasa canggung kalau berbicara dengan cowok ini, padahal sebelumnya tidak.

"Mau bareng ga?" tanya Dion tiba-tiba.

Serius? Ara mencoba menahan senyum untuk menyungging di wajahnya namun gagal. Ia tersenyum lebar saat menjawab dengan semangat, "Yuk!"

Mungkin hanya khayalan Ara saja, tapi cowok itu kelihatan lega saat Ara menyetujui ajakannya.

***

"Lagian lo lebay banget," ujar Dion, "Foto doang di masalahin. Bentar lagi juga udah pada lupa sama tuh foto,"

Ara cemberut, tapi dalam hati membenarkan kata Dion. "Aku kan cuma gak mau diledekin,"

"Ya elah. Anak kecil banget sih,"

Mereka sedang berjalan, berdampingan, menuju rumah Ara. Angkot mereka hanya mengantarkan sampai jalan besar dan rumah Ara ada di perumahan, masih jauh ke dalam dengan berjalan kaki. Tadi mereka terlibat perdebatan sebentar soal Dion mengantar Ara sampai depan rumah. Ara menolak, merasa merepotkan, tapi Dion memaksa. Akhirnya Dion menang setelah ia mengeluarkan kartu as.

"Katanya lo mau gue jadi temen lo. Temen apaan yang ninggalin temennya?" kata Dion tadi.

"Iya tapi kan," Ara beralasan, "Nanti kamu harus jalan ke depan lagi, naik angkot lagi, terus jalan lagi ke rumah kamu. Capeknya double. Kasian kamunya dong,"

Lelah dengan alasan Ara yang tidak ada habisnya, Dion hanya menyahut, "Berisik lo,"

Lalu berjalan ke dalam perumahan meninggalkan Ara.

Tak berapa lama kemudian cewek itu menyusul dan tidak mengungkit masalah itu lagi.

Score!

Kehabisan topik, percakapan mereka berhenti sejenak. Rumah Ara masih lima menit perjalanan kaki lagi.

"Kamu kenal Lukas?" Ara memecahkan keheningan.

"Kenal lah. Sekelas,"

"Maksudnya kenal deket gitu gak?"

"Gak,"

Ara mengingat kejadian tadi di sekolah dengan si anak baru, mempertimbangkan kata-katanya sejenak sebelum bertanya, "Kok dia kayak gak suka kamu, ya?"

Dion tidak menjawab.

"Tadi dia nanyain aku soal alasan aku duduk di bangku dia, jadi aku cerita tentang Krista, Nick, semuanya deh. Terus dia nanya emang aku ada hubungan apa sama Dion,"

Ara menggigit bibirnya. "Aku jawab aja, kita sempet berantem karena kamu rusak prakarya aku tapi udah baikan. Lukas bilang 'Dion gak berubah ya'. Waktu aku tanya maksudnya apa, dia ga mau jawab, tapi katanya kalian temen lama,"

Lawan bicaranya seolah tidak memperhatikan perkataannya. Ara melirik Dion, ternyata cowok itu sedang asik menatap HPnya.

"Ih Dion gak dengerin," dumel Ara. Diambilnya HP Dion. Sekilas lirikan menunjukkan Dion sedang bertukar SMS dengan seseorang bernama 'Sharlene'.

"Eh, sini," Dion merebut HPnya sebelum dimasukkan ke kantong celana. "Sori. Tadi lo ngomong apa?"

Ara tidak menjawab, pikirannya melayang. Dulu ia ingat Kak Arya pernah menyebut nama cewek, mungkinkah maksudnya 'Sharlene'? Siapa Sharlene? Ia tidak ingat seorang pun dengan nama itu..

Siapapun Sharlene, ia pasti lebih menarik dibanding dirinya karena Dion terbukti lebih memilih ngobrol dengan Sharlene dibanding dengannya.

"Ra? Ara? Udah nyampe nih,"

Benar saja, rumah bercat krem sudah ada di depan matanya tanpa ia sadari. Tanpa menatap Dion ia bergumam, "Thanks ya," lalu masuk ke dalam rumah.

Hatinya lagi-lagi terasa panas.

***

A/N: WOHOO udah 3 tahun mengabaikan cerita ini!! HAHAHA maaf bangetbangetbanget dan pasti kalian udah pada lupa. Buat yang bingung bisa cek ulang chapter sebelumnya. LOVE YOU!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When I'm With You [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang