My First Sight About You

57 3 0
                                    

Aku tak pernah sedikit pun tertarik padamu. Siapa kamu. Bagaimana kehidupanmu. Apa kesukaanmu. Atau hanya sekedar mengucapkan hai padamu, bukanlah prioritasku saat itu. Dan aku benar-benar tak ingin berdekatan dengan siapapun karna aku sudah memiliki seseorang saat itu. Seseorang yang telah mendampingiku saat aku terpuruk dan menderita di kehidupankku sebelum ada kehadiranmu.

Aku tau namamu jelas saat dikenalkan oleh manager saat itu. Tapi maaf aku tak ingat. Aku tak pandai mengingat nama seseorang dalam waktu singkat. Dan aku mulai ingat namamu, entah sejak kapan, tapi aku ingat karna banyak orang yang memanggilmu untuk memperbaiki sesuatu. Dan terkadang mereka meminta tolong padaku untuk memanggilkanmu.

Aku saat itu tak pernah ingin mengenalmu. Siapa nama lengkapmu. Kapan tanggal lahirmu. Di mana rumahmu. Atau menanyakan nomor handphonemu. Sungguh, aku sudah merasa cukup memiliki lelakiku saat itu. Lelaki yang tak mengenal lelah mengurusku yang seperti ini. Aku ingin menutup diri dari siapapun saat itu.

Dan aku ingat bagaimana orang menyamakanmu denganku. Tepatnya tentang Jepang. Bahasa ataupun anime-nya. Dan entah takdir atau hanya kebetulan ( walaupun aku tak percaya kebetulan) di tempat itu hanya aku dan kamu yang menyukai anime , manga , dan Jepang. Jujur saja aku bukan maniak atau tergila-gila dengan Jepang, hanya saja aku memang suka belajar budaya orang lain ya termasuk Jepang. Karena menurutku Jepang memiliki keunikannya tersendiri. Bayangkan bagaimana bisa mereka menghafal 3 jenis huruf (hiragana , katakana dan kanji) dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Lebih hebat lagi adalah budaya negara mereka yang sangat maju. Lebih kaya, lebih disiplin, lebih teratur, lebih dan lebih lainnya. Negara Jepang salah satu dari beberapa negara yang masuk nominasiku untuk budaya yang perlu ku contoh. Misalnya, menghargai waktu.

Kembali tentang Aku, Kamu dan Jepang. Saat kamu dan aku tau bahwa ada kesamaan yang benar-benar saat itu hanya kita miliki di sana, kita mulai membahas tentang apa yang aku tau dan apa yang kamu tau. Bertukar pengetahuan saja. Hingga bertukar buku belajar Bahasa Jepang yang dipunyai.

Di lain hari aku yang selalu membawa bekal untuk makan siang kemudian memutuskan untuk ikut makan siang di luar bersama setelah diberondong paksaan untuk ikut. Salah satunya kamu. Dengan alasan agar mengakrabkan diri dengan yang lainnya, aku setuju. 

Di tempat makan, aku hanya mendengarkan apa yang kalian bicarakan. Sesekali kalian menanyakan hal tentangku. Dan aku menjawab sekenanya. Aku ingin cepat menyelesaikan hari itu.

Entah karena desakan yang lainnya atau memang kehendakmu sendiri yang menjadi alasan utamanya, kamu tiba-tiba mentraktirku makan. Aku tak enak. Aku tak minta. Dan aku tak begitu suka diberi jika aku masih mampu. Sedikit kesal. Tapi ya sudahlah. Terimakasih. Kamu baik (walaupun tidak mentraktirku, aku akan tetap berpikir kamu baik. Hanya itu )

Hari yang lain, aku lupa membawa lagi kotak makanku karena belum terbiasa makan bekal di luar. Dan aku baru ingat saat sampai di lantai 2. Aku bahkan memutuskan untuk mengambilnya besok saja, aku malas. Tapi tiba-tiba kamu mengambilkannya yang artinya kamu turun lagi ke basement, berjalan jauh ke tempat parkir menuju tempat makan siang biasanya. Aku hanya berterimakasih. Kamu baik. Hanya itu.

Di lain waktu. Aku yang suka mandi mendengarkan musik dengan handphoneku, mendapat ganjarannya. Handphoneku error. Tak mau hidup hanya karena tetesan air. Aku sedikit panik. Tapi aku bukan tipe orang yang akan kalangkabut karena handphone. Tapi aku tetap membawanya, barangkali handphoneku hanya ngambek sebentar.

2 hari berlalu tanpa smartphoneku. Tanpa chatingan. Dan aku tak begitu masalah. Dan aku menggunakan handphone 2G untuk berkomunikasi via telfon atau sms. Yang penting aku bisa menghubungi lelakiku. Atau lewat email melalui laptopku. Tak ada masalah tanpa smartphone. Tapi bukan berarti aku tak ingin smartphoneku sembuh, aku tetap berusaha memperbaikinya.

Dan kamu menawarkan diri untuk membantu. Aku pikir itu wajar, karena kamu adalah teknisi, mengerti tentang mesin dan hardware. Barangkali kamu bisa menyembuhkannya. Kamu hanya sekedar ingin membantu. Walau kamu sempat bilang kalau kamu juga kena imbasnya karena smartphoneku rusak. Katamu karna jadi tidak bisa chattingan denganku (karena kamu paling malas beli pulsa). 

Akhirnya kamu (sebenarnya tukang servisnya) berhasil menyembuhkan smartphoneku berfungsi normal seperti sebelumnya. Dan tanpa dipungut biaya sepeserpun olehmu. Terimakasih. Kamu baik.

Jujur saja. Kamu adalah pertama bagiku yang memberikan perhatian-perhatian kecil yang menyentuh. Sederhana tapi mengena, begitu tepatnya. Kamu baik padaku dengan caramu. Tapi aku tak tertarik padamu. Mungkin belum.





Rinduku - Kamu PertamakuWhere stories live. Discover now