Satu Bulan Tiga Hari {ASHA}

1.1K 157 6
                                    

Malam itu, kami duduk di Bubur Mang Dudung, kuliner malam favorit kami. Terdiam. Hanya suara tukang bubur yang memecah keheningan diantara saya dan Brian.

1 bulan lebih 2 hari dan pertahanan saya (akan) runtuh. Ditandai dengan saya duduk di depan lelaki yang ingin saya jauhi.

Saya meyakinkan diri sendiri bahwa saya akan baik-baik saja tanpa Brian. But I failed miserably. Jika saya berhasil, tidak akan ada Asha yang tiba-tiba setuju dengan ajakan Brian untuk makan bubur malam ini.

"Cha,"

Masih tidak berubah, panggilan dia kepada saya, meskipun saya sudah memintanya untuk berhenti memanggil saya Acha.

"Cha, i cant."

Ia terdiam sejenak dan menggenggam tangan saya yang sedari tadi berada di atas meja.

"Cha, look at me?"

Saya menatap matanya sekilas dan membuang tatapan saya segera. Takut akan mengakui bahwa saya telah jatuh terlalu dalam. Saya takut rindu saya padanya akan menguasai diri saya.

"Don't-"

Saya menepis tangan Brian yang hendak menggenggam tangan saya lagi.

"Alright, makan dulu yuk?"



Setelah kami berdua selesai makan, entah bagaimana saya sudah berada di kursi penumpang dengan Brian di balik kemudi. Saya memperhatikan interior mobil yang hampir dua bulan ini tidak saya tumpangi. Masih ada setumpuk rokok dan lighter milik Jere dan Brian. Gantungan mobil yang saya beri masih terpasang di spion tengah. Tidak ada yang berbeda, hanya saya dan Brian yang berubah.

"Acha."

"Ya?"

"Acha, I'm sorry- I shouldn't snap at you that day-"

Saya tidak menjawab. Masih teringat dengan jelas di memori saya saat Brian meninggikan suaranya, membela perempuan yang tinggal serumah bersamanya selama satu bulan saat KKN.

Perempuan itu adalah representasi sempurna konsep wanita yang selama ini diagung-agungkan. Berambut panjang, bermata belo, hidung bangir, berkulit putih dan bertingkah laku kalem - kelewat kalem.

Ha.

Saya tidak tergolong perempuan jika dibandingkan dia.

"She means nothing to me. Please believe me."

"Bri, emang bener kok kata orang-orang kalo KKN tuh masa-masa putus. And you've found your new girl. Kata orang-orang kalo kamu sayang sama yang pertama, gak akan ada yang kedua."

"Engga, Cha. I was stupid and in need of you. I couldn't reach you and she offered me her shoulder. The stupid me was tempted. You weren't there. Aku gak akan di sini kalo aku memilih dia."

"Bri-"


You weren't there.

Tenggorokan saya tercekat.

Saat Brian KKN saya memang tengah disibukkan oleh kegiatan sukarela sebagai pengajar sehingga saya kurang bisa menjaga komunikasi kami agar tetap lancar. Ditambah jabatan Brian sebagai ketua KKN yang selalu sibuk setiap hari, baik dari sebelum hingga setelah KKN.

Bahkan saat Kak Kieran menggeret saya ke Madura untuk menghampiri Saka dan Brian, saya merasa canggung. Tidak seperti saat saya menjadi PJ yang mana Brian giat menghujani LINE saya dengan puluhan chat yang hanya saya sempat balas sedikit, intensitas chat kami menurun drastis hingga kami tidak bertukar chat maupun menelepon selama sekitar 2 minggu. I thought I could surprise him, but it turned into sorrow. Because of her.

Second to NoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang