1. Pertama

18 4 0
                                    

Senja diufuk barat menunjukkan kekuasaan sang ilahi akan keindahan tuhan. Tuhan memberikan segala yang kita butuhkan. entah itu nafas, kebahagiaan, kesedihan, luka, tawa dan kepedihan.

Aku melangkahkan kakiku seraya menggoyangkan kedua pinggulku, tubuhku berbalut gaun keemasan dengan belahan panjang sampai kebelakang lututku. Semua pandangan orang melihat kearahku untuk melihat kemolekan tubuhku yang mulus.

Cuuiitt cuitt... ceeewek godain kita dong.. teriak para lelaki yang berusaha menggodaku.

Aku mengibaskan rambutku yang halus dan mengangkat gaunku sampai ke paha..

Ada seorang pemuda yang menghampiri dan menanyakan namaku.
Aku hanya menjawab dengan singkat, Nayna.

Aku berjalan menghampiri tukang bajay yang sedang beristirahat di pinggir jalan.

"Aabang" suaraku mendayu dan sedikit mendesah
"Kenapa neng?" Saut abang tukang bajay sambil menoleh
"Aabang.. antrin saya ke jalan cempaka dong.. berapa ya?" Kataku
"Geerraatis neng, aasal abang bisa pegang dada neng" sautnya
"Pegang doang bang? Jangankan pegang..mau diisap bang? Tapi neng maunya di isap di depan istri abang" sautku
"Aaahh si neng gak jadilah, yuk naik" sautnya
"Gratiskan bang? Nanti neng beri satu kedipan" sautku
"Iiyaa neng gratis" sautnya

Akupun berangkat ke jalan cempaka menggunakan bajay, hari ini adalah hari pertama aku mencari uang di kota Jakarta yang katanya "Hidup di Jakarta itu keras" tapi beruntungnya aku mendapatkan pekerjaan di kota ini.

Sesampainya di jalan cempaka, aku turun dari bajay dan tidak lupa memberikan ucapan terimakasih dan kedipan mata beserta senyuman yang indah

Aku langsung terpana melihat gemerlapnya kota ini, waaaaaaawww aku teriak dengan sekencang-kencangnya... aku masih tidak menyangka bisa memasuki perusahan ternama di Jakarta ini..

Aku berjalan dengan percaya diri, tapi langkahku diberhentikan oleh seseorang berbaju putih dengan label security di dadanya.

"Maaf mbak, mau kemana ya?" Tanya lelaki itu
"Saya Nayna mas, saya disini dipanggil bapak Heri untuk bekerja disini" jawabku
"Maaf sekali lagi mba saya ingin bertanya, mba diterima di posisi apa ya?" Tanyanya kembali
"Saya kurang tau mas, tapi saya disuruh memakai gaun dan menemui bapak heri mas. Saya boleh minta tolong mas?" Kataku
"Oooh.. boleh mba, minta tolong apa ya mba" jawabnya
"Hmm.. tolong panggilin bapak herinya boleh?" Tanyaku
"Ya boleh tunggu sebentar ya mba, duduk disini dulunya mba" jawabnya
"Baiklah" kataku

Aku duduk sambil melihat-lihat majalah yang telah disiapkan di atas meja. Aku berdecak kagum melihat busana yang di perlihatkan di majalah itu.

Sementara itu di tempat resepsionis.
"Aline, ada yang mau ketemu sama pak hari" saut slamet
"Siapa bang yang nyariin?" Tanya aline
"Tuh cewek cantik yang pake gaun emas" jawab slamet
"Gak pernah kenal tuh bang, seumur-umur baru saya liat itu perempuan. Pacarnya bapak apa simpenannya ya? Tanya aline dengen penuh penasaran
"Gak tau lin, telepon bapak dih. Kasian ntar di lalerin tuh si cantik" saut slamet
"Ya.. ya biar gak penasaran ya bang, aline tanya dulu" sautnya

Aline memencet-pencet tombol teleponnya

Di ruang kerja pak hari

*kriing..kriing..krriing*

"Halo.. selamat siang pak harry.. di ruang receptionist ada seorang perempuan yang mencari bapak." kata aline
"Siapa namanya aline?" Tanyaku
"Sebentar pak, abang slamet.. siapa nama perempuannya?"teriak aline pada slamet.
"Nayna lin" saut slamet dari kejauhan
"Hmm halo bapak, nama perempuannya nayna pak" kata aline
"Oh.. antarkan dia ke ruangan saya sekarang" jawabku

Di resepcionist

Pengumuman kepada ibu nayna, ditunggu bapak hari di ruang kerjanya

Aku menghampiri sumber suara yang memanggil namaku
"Saya nayna mba, boleh antarkan saya ke ruang kerja pak hari?" Tanyaku
"Oke mba, ikutin saya"

Saya mengikuti wanita yang berjalan di depanku, lalu dia berhenti di sebuah pintu bertuliskan Directur.

"Ini mba, ruang kerjanya pak hari. Sebentar saya ketuk dulu pintunya" sautnya

Tok tok tok, pak hari. Ini perempuan yang saya katakan di telepon tadi
"Masuklah.." saut seseorang dari dalam

Aku memperhatikannya dari ujung kepala sampai dengan kaki, dia adalah wanita yang sangat menawan. Aku melihat di dadanya ada sebuah papan kecil bertuliskan nama Aline Rahmaniyas.

"Mba nayna, haloo.. mba.. jangan bengong mba" kata perempuan yang bernama aline tersebut
"Eeh.. ya mba aline.. terimakasih" sautku
"Tunggu mba.. tau darimana nama saya?" Tanyanya bingung
"Saya melihat papan kecil yang di taruh di dada mba" jawabku sambil tersenyum

Aku mulai masuk ke ruangan direktur tersebut. Dari luar ruangannya tampak biasa saja. Namun ketika masuk ke dalam. Surga dunia. Warna kantor di dominasi warna putih ke biru-biruan menunjukkan seperti warna langit yang cerah. Membawa semangatku kembali untuk meraih mimpiku

Aku menggumam sendiri ooh ini yang namanya pak hari, wajahnya khas indo campuran arab. Dewasa dan tampan. Yang aku kagumi adalah bola matanya yang bewarna coklat ke abu-abuan. Tingginya sekitar 180 cm. Pak hari ini seperti idaman para wanita. Senyumnya manis banget. Istrinya pasti beruntung mendapatkannya

"Ehem.. ini ya yang namanya rayna? Perkenalkan nama saya Hari Dewantoro" ucapnya sambil mengulurkan tangannya
"Nayna Delisha pak. Senang berkenalan dengan anda" ucapku sambil tersenyum dan menjabat tangannya
"Halus dan cantik" sautnya
"Terimakasih pak" katanya
"Ya ya.. jangan panggil pak dong, saya masih berumur 28 tahun panggil saja saya hari" sautnya lagi
"Iya pak eh mas eh hari" sautku dengan gelagapan
"Ketika kamu ucapkan Mas kata-kata itu indah jika kamu yang ucap, jadi kamu boleh memanggil saya mas hari" katanya
"Iya mas hari" kataku

Aku memandangnya berjalan mengambil sebuah lembaran kertas berisi kontrak kerja selama sebulan dengan bayaran 50 juta rupiah dengan syarat aku harus menjadi pacar palsunya. Akupun bertanya bagaimana sistem berpacarannya. Dia hanya mengucap anggap saja aku seperti pacarmu sendiri. Akhirnya aku menerima tawaran tersebut.

"Sekarang, kamu adalah pacarku. Aku tidak akan biarkan seseorang melukaimu. Itu janjiku" katanya
"Maaf mas, tujuan saya dijadikan pacar palsu gimana ya mas?" Tanyaku
"Aku hidup dalam kesendirian nayna, aku butuh pendamping hidup tapi aku belum siap untuk menikah dan mempunyai anak. Sedangkan orangtuaku ingin segera mendengar aku memiliki pacar" kata mas hari

Akupun mendengarkan ceritanya dengan seksama lalu kenapa bapak tidak mencari pacar? Bapak punya banyak uang, hidup mewah dan segalanya tercukupi.

"Iya tapi mana ada yang mau pacaran tapi tidak di nikahi?"tanyanya
"Ini pak buktinya saya mau" jawabku sambil tertawa
"Kamu lucu sayang" katanya

*bersambung*
Vote dan baca ceritanya untuk membuat aku semangat menulis

Putih Diselimuti LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang