🌻04 - b r o k e n

75 38 22
                                    

"Mengapa hati diciptakan? Jika hanya untuk merasa tersakiti?"
-CarrisaMahven

"Mengapa hati diciptakan? Jika hanya untuk merasa tersakiti?"-CarrisaMahven

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   Dugg . . .

   Tanpa sadar, aku menabrak seseorang yang berjalan juga. Seseorang yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Yang biasanya hanya aku lihat di sosial media saja. Rasanya aku ingin benar-benar tidak sadarkan diri saat ini sebelum air mataku menetes begitu saja.

   Ia adalah, perempuan itu.

   "A . . nu-" kataku terhenti seketika, rasanya leherku tercekat saat ingin meminta maaf padanya.

   "Maaf ya, ada yang sakit?" potongnya dengan senyuman lebar. Wajahnya jika dilihat langsung ternyata manis juga, pantas Alex lebih memilih dia hahaha.

   Kalau boleh jujur, sebenarnya yang sakit adalah hatiku. Apalagi saat melihatmu bersama orang yang kucintai.

   Karena merasa masih susah berbicara, aku pun hanya menggelengkan kepala dengan tersenyum tipis.

   "Ryn, kamu gapapa?" tanya seseorang laki-laki terdengar dari belakangku. Suara yang sudah lama aku rindukan, siapa lagi jika bukan dia.

   Mendengar suara langkah kakinya yang semakin dekat. Aku pun berlari cepat menyusul mama papa yang sudah jauh ada di depan.

   Rasanya aku masih belum kuat jika harus bertemu dengannya. Apalagi dia sedang bersama perempuan lain, sepertinya posisiku benar-benar tergantikan.

 Apalagi dia sedang bersama perempuan lain, sepertinya posisiku benar-benar tergantikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   "Ma, pa. Maaf Carrisa tertinggal" kataku sambil berusaha menyamakan langkah kakiku dengan mereka.

   "Iya Car" jawab mama. Hanya di acara-acara seperti ini, aku benar-benar merasa menjadi anak kandung mereka. Karena mereka akan menganggapku ada, tidak seperti biasanya.

   "Uhm, sebenarnya kita akan makan malam dengan siapa?" tanyaku.

   "Keluarga pratama, kamu sudah pernah ketemu anaknya Pak Pratama bukan?" tanya balik papa.

   Aku terdiam lama setelah mendengarnya.

   Lagi-lagi ketidaksengajaan ini membuat aku tersakiti lagi untuk kesekian kalinya.

No ColorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang