1

1.1K 55 2
                                    

Hari ini Telaga bimbang. Entah apa yang terjadi, tapi dia merasa seperti menemukan sesuatu yang selama ini dia cari. Seseorang yang namanya bahkan dia tidak ketahui, telah mencuri perhatiaannya. Cantik? Tidak. Pintar? Bisa jadi. Telaga juga tidak mengerti mengapa bisa perasaannya begitu kacau karena wanita dengan kerudung mengurai ke dada yang dilihatnya secara tidak sengaja saat orientasi kampusnya kemarin.

“Kak Aga, kenapa dari tadi senyum senyum sendiri?” kata Farah adik Telaga. Telaga terkejut, tak menyadari ternyata sudah lama adiknya memperhatikan

“Anak kecil nggak akan ngerti.” Farah baru saja menginjak bangku SMP.

“Kak Aga lagi jatuh cinta ya? Mama… Kak Aga jatuh cinta…”

“Biarin aja Farah… Emang udah waktunya Kak Aga jatuh cinta. Kamu yang belum waktunya.” kata Ibu Aga dengan sangat bijaksana.

“Farah, tolong belikan ibu garam, gula dan teh di warung sebelah. Kalau Farah mau beli coklat silahkan.” Kata ibu Aga sambil menyerahkan sejumlah uang.

Perginya Farah menjadikan Telaga berdua dengan ibunya.

“Bagaimana ospeknya Kak?”

“Keren Ma… Aga banyak belajar.”

“Terus Kakak ngeliat ada temen Kakak yang cantik?”

“Mama terpengaruh sama  Farah ya?”

“Jadi temennya Kakak jelek-jelek semua?”

“Cantik cantik Ma…”

“Tapi ada kan yang paling cantik sampe anak Mama yang paling ganteng sedunia ini bengong sambil senyum-senyum. Ayo siapa namanya?” Pertanyaan ini membuat Telaga takluk.

“Aga juga nggak tahu namanya siapa. Cantik juga sebenernya biasa aja Ma… masih lebih cantik Puji. Tapi entah kenapa, Aga merasa yakin aja. Ngerasa kalo Aga nemuin apa yang selama ini Aga cari-cari.”

Puji adalah pacar Telaga waktu SMP. Hubungan yang hanya berjalan karena comblangan dari temen-temen sekelas. Dan pada akhirnya berakhir karena Puji beranggapan Telaga membosankan. Telaga memang bukan tipe laki-laki yang mudah dimengerti bila dimasuki kedalaman dirinya. Sisi dirinya sedemikian kompleks. Walau dia sangat mudah bergaul dengan siapa saja.

“Rambutnya panjang?” Aga tahu ini pertanyaan menjebak. Ibunya juga tidak setuju pada Puji karena ini. Puji punya rambut yang panjang menjuntai tanpa penutup kepala. Biasanya memakai kaos tanpa lengan dipadankan dengan celana jeans atau rok di atas lutut.

“Dia berjilbab Ma… Rapih sampai ke dada.” Terlihat jelas begitu lega ibunya.

“Kakak kan tadi bilang kalau Kakak ngerasa menemukan apa yang kakak cari. Yang kakak cari apa sih sebenernya?”

“Aga cari ketenangan Ma… Aga juga nggak ngerti kenapa Aga ngerasa tenang banget ngeliat dia Ma… Padahal Aga belum tau apa-apa tentang dia.”

Begitulah bagaimana Telaga jatuh cinta. Pada seorang wanita yang namanya saja dia tidak tahu. Wanita yang pada keesokan harinya tak pernah ditemuinya lagi.

Tbc

Telaga Cinta (Cerpen) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang