Bagian 7

356 15 9
                                    

Asholatu khoirum minannaum...

Suara adzar subuh sayup-sayup terdengar.
Aini masih mengedarkan pandangannya mengelilingi ruang kamar serasa belum yakin bila ia benar-benar berada di rumah.

Perlahan Aini membangunkan Nurul yang masih bermimpi dibalik selimut.

Aini melangkahkan kakinya di ikuti suara langkah Nurul. Terlihat ibu dan Yahya sedari tadi menunggu untuk melaksanakan sholat berjamaah.

Suasana dataran tinggi sungguh terasa . Udara dingin yang  menggigit tulang tidak mengendurkan minat mereka untuk berjalan-jalan disekitar rumah.

Subhanalloh...

Satu kata itu mungkin yang tepat untuk mewakili keindahan yang menakjubkan ini.

"Nak... mari masuk sarapan dulu" ajak ibu Dian . ibu Aini.

Mereka mengiyakan ajakan ibu Dian. Hidangan sudah tertata rapi diatas meja.

"Alhamdulillah... masakan ibu sangat enak" puji Yahya
"Itu semua Aini yang masak nak, ibu hanya bagian potong-potong sayur aja"
"Putri ibu itu sungguh calon istri idaman"

ucapan itu tak sengaja keluar dari mulut Yahya yang membuat merona wajah orang yang ada didepannya.

"cie.. cie.. yang lagi kesemsem" Ledek Nurul membuat dua insan itu salah tingkah.

Ibu Diah diam-diam tersenyum melihat gelagat orang yang sedang jatuh cinta.

****

....Nur Aini....

"Terima kasih sudah mengantarkan Aini pulang kak"
"Tak usah berterima kasih seakan aku ini orang lain saja, lagipula sekalian kami menjemput bunda. Sudah sepekan ini berada di pasuruan" ujar Yahya sembari berjalan menuju mobil .

Sudah terlihat Nurul dan pak Udin yang menunggu dalam mobil.

"Kabari aku bila kamu membutuhkan sesuatu "

Entah mengapa aku seperti mersa ada rasa tak rela melihat dia meninggalkan aku.

"Ibu.. Saya pamit dulu,terimakasih atas sambutan hangatnya ,dan pesan ibu akan saya ingat "
"Ibu percaya padamu nak.."
Mata ibu seolah terlihat mengandung pesan kepada Yahya yang entah tak ku mengerti.

Para penumpang sudah memposisikan tempat mereka masing-masing.
Pandangan kami saling bertemu saat Yahya membuka kaca jendela.
Mobil pun perlahan berjalan menjauhi kami.

****

"nduk... ibu lihat Yahya menyukaimu"
Aku sedikit menggeserkan bokongku menyandarkan kepala pada pundak ibu.

"Kenapa ibu bilang begitu"
"Apa kamu tidak mengerti arti tatapan Yahya padamu"
Aku terdiam bingung menata kata untuk menggambarkan perasaan yang ada dihati.

"Tidak sengaja waktu kamu pergi kepasar bersama Nurul, ibu dan Yahya berbincang sedikit tentangmu"

Aku pemutar posisiku memandangi ibu yang tersenyum penuh arti.

apa aku telah melakukan sesuatu yang salah hingga kak Yahya mengadu pada ibu?
kalaupun benar, kenapa tidak bicarakan lansung denganku?..
timbul pertanyaan itu darifikirku.

flash back....

"

Sedari dulu saya ingin menemui ibu...sebenarnya saya Ingin meminta restu dari ibu.."
laki-laki dihadapan ibu Diah itu menundukkan wajahnya terlihat menyembunyikan rasa gugupnya.

"Restu ?? " tanya Ibu
"Saya.... ingin Melamar Aini ".
keseriusan nampak terlukis diwajah Yahya.

Ibu Aini tersenyum mendengar iktikad baik dari Yahya.
Ibu Aini beranjak dari tempat duduknya menggeser pandangan pada bunga-bunga yang ada diteras depan.

Sejak ibu Diah menghembuskan nafasnya . menatap laki-laki yang mulai mensejajarkan dengan dirinya.

"Nak Yahya sudah tau latar belakang Aini seperti apa?, dia tidak memiliki keberuntungan seperti anak-anak lainnnya nak. Mungkin kamu juga tau bagaimana kehidupan yang ibu jalani bersama Aini dulu. ya.. ibu memang salah melakukan pekerjaan laknat itu untuk membiayai kehidupan kami. tapi itu juga terpaksa ibu lakukan. tapi Alhamdulillah ...setelah Aini ibu masukkan ke pesantren sedikit demi sedikit kehidupan ibu berubah. sampai sekarang pun ibu masih merasa bersalah pada Aini. Tapi ..ibu menjamin Aini masih suci dan ibu sekuat tenaga tidak membiarkan Aini mengenal dunia itu"
Tangisan ibu Diah pecah bersamaan dengan turunnya hujan seakan langit merasakan apa yang dirasakan ibu Aini.

"Saya melihat Aini sosok yang istimewa bagi saya. bahkan saya mersa seribu satu wanita seperti dia bu.. Saya dan keluarga tidak memandang seseorang dari pangkat atau derajatnya bu.. agama dan akhlak itu yang kami utamakan,itu pesan ayah kepada keluarga kami"
Yahya mencoba untuk meyakinkan hati ibu Diah bahwa ia layak untuk putrinya itu.

"Saya tau nak Yahya orang baik. Saya percaya pada kamu. Ibu merestuimu nak,tapi... untuk masalah hati , ibu tidak berhak menentukan hati Aini "
sedikit kekecewaan terbaca diwajah ibu Diah

"Terima kasih bu..Saya akan menjaga Aini dan berusaha membuktikan cinta saya kepadanya." ucap Yahya menyapu kesedihan dimata perempuan yang seumuran dengan bunda nya itu.

***

Alhamdulillah...bisa nambah cepat.....

mau bagi penampakan Mas yahya

Maaf saya pinjam gambarnya ,,hehehe

Ku Ungkap Cinta Dengan Basmallah ( COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang