Sudah tiada lagi,
yang namanya Bunglon BetinaDia takkan mengganggu hari-hari mu
Dengan sederet kalimat yang tidak memiliki makna
Dengan ucapan-ucapan yang tak berguna
Dan dengan kritikan yang asal keluar dari mulut-nyaJiwa-nya telah mati,
dia sudah tidak memiliki rasa
Tak ada lagi ketertarikan dengan aksara
Karena sekarang baginya,
lebih baik diam
Tak bersuara
Tidak usah lagi mengeluarkan kata-kataSekarang ia benar-benar bunglon
Menyembunyikan diri,
dari bahaya yang bisa kapan saja menghampiri
Sekarang ia benar-benar bunglon
Yang lebih baik diam,
sembari memperhatikan keadaanTenang saja...
Dia akan kembali,
Namun untuk sekarang...
Dia hanya ingin diam
Dia hanya ingin mengobati apa yang telah tersakiti
Dia hanya ingin mencari sebuah jati diri
Dia hanya ingin merenungkan segala masalah yang selama ini ia hindariSekali lagi,
bunglon ini hanya ingin berdiam diri
Karena baginya,
literasi bukan dunia-nya
Aksara bukan obat penenang bagi-nyaDia telah salah memilih jalan
Rasa sakit yang telah ia kubur dalam-dalam
Terkuak begitu saja hanya karena satu hari yang belum genap dua pulu empat jam
Ia kira aksara bisa menjadi penenang,
ia kira aksara bisa jadi pelarian
Sekali lagi,
ia salah memilih jalanTidak apa...
Simpan saja kata-kata kalian
Mungkin memang ini,
sekeras apapun usaha
Yang aku lakukan hanya sia-sia.Tenang...
Dia pasti kembali-Raira Nur Rahman
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Waktu
PoetrySemua tentang waktu... Yang takkan habis melahirkan sebuah kisah baru Semua tentang waktu... Yang beriskian aku dan dirimu Semua tentang waktu... Setiap hari berisikan kebahagiaan Terselip juga sebuah luka Lalu di bumbui kesedihan Yang teramat menya...