ENAM

23 6 1
                                    

Gea POV

Logeo Francisco. Cowok dengan sejuta pesona yang tentu saja tidak dilewatkan begitu saja oleh cewek-cewek SMA Bina Siswa. Sekolahku. SMA swasta favorit di kotaku.

Geo nama panggilannya. Tidak hanya tampan, ia juga ramah sehingga makin digilai. Ia senang membantu teman-teman maupun adik kelasnya yang kadang mengalami kesulitan dalam belajar. Tentu saja kesempatan itu tak disia-siakan para murid, mereka berbondong-bondong menghampiri sang pujaan hati dengan modus minta diajari.

Siang itu aku dipanggil ke ruang guru. Bu Utami. Beliau wali kelasku. Sepertinya aku tahu maksud beliau memanggilku.

"Gea, saya lihat nilai-nilai kamu dibidang Sains sangat buruk. Padahal kamu mengambil jurusan IPA." Ucap beliau halus.

"Iya, bu. Tapi nilai matematika saya cukup bagus. Saya rasa," balasku sopan.

"Hanya matematika Gea. Nilai biologi, kimia, fisika, membuat mata saya sakit karena warnanya. Apa yang kamu lakukan selama semester ini?" Beliau sedikit blak-blakan rupanya.

Well, aku sedikit tersinggung disini. Beliau kira aku tidak menghabiskan malam-malamku yang berarti untuk memelototi pelajaran-pelajaran itu? Ya tidak sih karena setiap malam hanya kuhabiskan dengan melihat-lihat ABS oppa. Disangkanya aku tiap malam tidur nyenyak? Tentu aja enggak, yang ada di kepalaku cuma daftar drama yang akan diupload untuk esok harinya. Tapi ngomong-ngomong aku juga mengkhawatirkan nilai-nilaiku.

"Sebentar lagi kamu akan UAS semester 2, saya lihat nilai UTS dan UAS kamu disemester lalu buruk sekali."

Oke aku tahu. Tidak perlu diperjelas seperti itu.

"Kamu perlu pelajaran tambahan." Beliau menambahkan.

Aku hanya diam. Sepertinya aku memang membutuhkan pelajaran tambahan itu.

"Baik, bu."

" Logeo Francisco akan membantumu."

Logeo Francisco? Cowok kelas 11 yang populer itu? Memangnya dia mau membantuku? Kalaupun mau, apa dia sempat? Dia selalu dikerubungi fans-fansnya.

"Saya sudah membicarakan masalah ini pada Geo dan dia sudah menyetujuinya." Imbuh beliau seolah mendengar kata hatiku.

"Baik, bu. Terima kasih."

"Kamu bisa membicarakan jadwal belajarmu dengan Geo secepatnya. Saya tidak mau tahu, UAS semester ini nilai Sains kamu harus berganti warna." Beliau sepertinya cukup perhatian padaku.

Aku kemudian mengangguk dan meninggalkan ruang beliau.

Yang terpikirkan olehku saat itu adalah bagaimana aku bisa membicarakan pelajaran tambahan ini jika tidak ada celah untuk menemuinya?

Hari itu aku memutuskan tak berbuat banyak. Dia selalu dikerumuni cewek-cewek yang aku yakin hanya modus padanya. Dari kejauhan saja aku sudah yakin orang yang dikerubuti itu adalah Geo.

Malamnya tanpa kusangka nomor baru yang mejeng di layar hp ku saat itu adalah nomor handpone milik Logeo.

"Halo," sapanya diujung sana.

"Siapa ya?" Aku tak mengenali suaranya.

"Geo."

"Ah.. oh.. " aku tergagap sendiri. Tidak menyangka.

"Biasa aja lah, jadi gimana?" Terdengar ia tertawa renyah.

"Gimana apanya?" Tanyaku bingung.

Moment to LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang