by sirhayani
part of zhkansas
...
Ada satu hal yang membuat Ara tertarik untuk memasuki ruangan di mana seorang gadis berumur 8 tahun berada. Setelah tak sengaja menerima kabar dari teman sesama dokter, Anggi, bahwa ada seorang anak yang masuk rumah sakit karena demam, ia buru-buru memasuki ruang rawat inap tempat di mana Feenat Keziela dirawat.
Feenat Keziela
Ara tahu nama itu. Nama yang 8 tahun lalu mulai dia dengar. Membuat rasa bahagia dua pasangan remaja tersalurkan kepada dirinya juga meski dia tak melihat langsung. Anak yang selamat dari pertanggungjawaban dua remaja yang terjebak dalam pergaulan salah.
Perempuan itu tak menyangka tujuan Anggi menyuruhnya ke ruangan itu adalah karena gadis kecil tersebut memiliki keterbatasan. Anggi tahu Ara bisa bahasa isyarat dan juga Ara masih istirahat.
Setibanya di ruangan VIP, Ara membuka ruangan pelan. Di atas brangkar ada seorang gadis kecil yang masih tersenyum dan senyuman itu tetap tak lepas ketika melihatnya. Ara yakin, baru saja Feenat berkomunikasi dengan yang lain tentang sesuatu yang menyenangkan.
Feenat cantik. Rambutnya lurus dan panjang. Ada poninya. Matanya indah. Semua itu mirip dengan Kezia, kecuali satu: ekspresi gadis kecil itu ketika tersenyum.
"Ra?" panggil Anggi, menyadarkan lamunan Ara tentang gadis kecil yang masih menatapnya. Setelah melihat anggukan Anggi pertanda bahwa Ara bisa langsung menuju Feenat, Ara mengerti. Dia pun duduk di sebuah kursi yang Anggi siapkan untuknya. Seorang perempuan berumur 30-an yang Ara yakin adalah baby sitter Feenat menggeser kursinya untuk memberikan Ara ruang bebas.
Entah kenapa, Ara merasa sedih sekaligus senang karena gadis kecil yang menatapnya sambil tersenyum sekarang ini adalah anak dari mantan pacarnya saat SMA dulu.
"Maaf, Mbak." Ara menaikkan alis. "Nama Mbak....?"
"Risa," jawab perempuan itu.
Ara mengangguk-angguk. "Oh, Mbak Risa."
Tanpa Ara duga, seperti kebiasaannya ketika bertemu dengan anak seumuran Feenat ataupun di bawah Feenat, tangan Ara refleks mengelus puncak kepala gadis kecil itu dengan lembut. Dia suka anak kecil. Dulu sampai sekarang.
Ara mulai berkomunikasi dengan Feenat. Sebelumnya dia tersenyum membalas senyuman Feenat yang tak pernah lepas semenjak tadi. Senyuman itu seperti bentuk salam perkenalan darinya.
Ara mulai menggerakkan tangannya. "Nama kamu siapa?"
"Feenat. Panggil Fee aja," balas Fee semangat.
"Oke, Fee. Bagaimana sekarang keaadaan kamu, Fee?"
"Sehat. Nama Bu Dokter siapa?"
Ara mengangkat alis dan menunjuk dirinya sendiri. "Aku?"
Feenat mengangguk.
"Panggil aja Bu Ara."
Fee tersenyum. "Aku boleh panggil Bu Dokter Cantik?"
Ara tertawa. Dia menatap Fee sambil menahan senyumnya. "Kenapa mau panggil aku Bu Dokter cantik?"
"Karena Bu Dokter cantik. Kayak Mama."
Sejenak, Ara terdiam memikirkan hal itu. Kali ini Ara tersenyum, bukan senyuman senang melainkan senyuman yang membuatnya meringis dalam hati.
Dia kembali menggerakkan tangannya. "Boleh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Persona 2
RomanceSELESAI ✔️ Sekuel dari Persona. "Berikan aku kesempatan untuk bisa memilikimu sekali lagi." Copyright©2018 by Sirhayani