You Not Alone

15.4K 819 21
                                    

Aku selalu berpikir, apakah dia yang berada di sana pernah mengetahui keberadaan ku?

Aku selalu ingin, dia yang berada di sana merasakan secercah perasaan yang sama seperti ku!

Aku berharap, dia yang berada di sana mendengar bisikan suara ku ketika aku memikirkannya.

Saat malam itu datang, saat itulah dirinya juga datang. Datang bersama dengan bayangan senyum sejuknya di lelapnya tidurku.

**


Yang ku pikirkan hanya satu, bisakah aku berbicara padanya. Meskipun satu patah katapun akan ku terima, aku hanya ingin dia tau, bahwa aku ada di alam ini!

Well

Aku sempat tertawa memikirkan angan ku, bagaimana mungkin diriku selalu berdebar-debar ketika berada di dekatnya. Bahkan dia tidak pernah tau jika aku sedang berada di dekatnya.

"Barly! !"

Akh. . Sial, mengganggu saja.  Dengan kesal ku menjauh dari pria idama ku itu ketika ada seseorang memanggilnya. Sungguh aku masih ingin melihat wajahnya.

"Apa kau bisa pergi bersama ku hari ini?"

"Aku sibuk, kau pergi saja sendiri!"

Aku tertawa sekeras mungkin ketika mendengar jawaban Barly pada wanita itu, sudah ku duga pria yang ku suka ini sangat susah untuk di takhlukan. Melebihi dari semua orang, aku sangat mengetahui semua sifatnya.

"Sebentar saja, Barly. Apa kau tidak bosan berkutat dengan laptop mu itu?"

"Aku lebih bosan melihatmu, Anggela. Sekarang kau pilih, aku yang pergi atau kau yang pergi?"

Apa kataku, semua benar-benar sesuai dengan apa yang aku pikirkan. Dengan mudahnya Barly mengusir wanita bernama Angela tersebut tanpa perasaan bersalah sedikitpun.

"Dengar, Barly. Jika bukan aku, tidak akan ada wanita yang mau mendekatimu. Pria aneh dan tak tau diri. Kau pikir kau tampan huh? Bahkan makhluk astral sekalipun tidak akan mau mendekatimu!"

Aku membulatkan mataku menahan kesal, sial wanita itu benar-benar keterlaluan. "Hey! !  Dia sangat tampan, apa kau buta? Makhluk astaral sepertiku bahkan begitu memuja ketampanannya!" teriak ku kencang tepat di telinga Angela sialan itu. Well, semua sia-sia Angela atau bahkan Barly tidak akan mendengar suara ku, bahkan aku berteriak sekali pun itu tetaplah percuma.

"Apa kau sudah menyelesaikan pengakuan mu, sekarang pergilah aku ingin sendiri!"

Aku menatap kesal pada Angela ketika wanita itu keluar dari ruangan kerja Barly dengan angkuh dan menutup kencang pintu ruangan tersebut.

Setelah Angela pergi, aku kembali mendekat ke arah Barly, tetapi aku semakin kesal melihat wajah sedihnya yang menampakan penyesalan.

"Hey. . Kenapa kau sedih, aku disini. Wanita itu tidak pantas untukmu, ada aku di sini!" ucap ku tepat di depan wajahnya, dan seperti bias tak ada tanggapan.

Barly menutup laptonya dan keluar dari ruangannya, tentu dengan aku yang mengikutinya dari belakang. Bahkan aku mulai terbiasa dengan kehidupan Barly, ia nampak terlihat kesepian, tidak ada siapa pun di rumah yang semegah ini. Entah akan ia bawa kemana harta yang ia miliki jika tak ada satu pun keluarga yang ada di sampingnya. Jika saja dia bisa melihatku, aku yakin Barly tidak akan kesepian seperti ini.

"Sebaiknya kau beristarahat, Aku yakin kau akan melupakan wanita itu saat kau bangun besok pagi."

Barly memang tidak pernah mendengarku, bukan hanya tidak bisa mendengarku bahkan tidak bisa melihat ku juga. Tapi bagi ku jika aku sering berkomunikasi dengannya, aku yakin Barly bisa mersakan keberadaan ku.

Short Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang