I'll Be With You

15.8K 693 8
                                    

Aku menyadari segala sesuatu tentang dirimu, mengarah pada sebuah ke indahan.
Di setiap langkah kaki ku selalu mengarah padamu.
Saat kau hadir, aku merasakan betapa berharganya waktuku saat ini.
Aku menyadari, waktuku hanya untuk mendapatkan mu.

**

Aku senang membuatnya marah, aku senang membuatnya kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku senang membuatnya marah, aku senang membuatnya kesal. Tetapi aku tidak senang memabuat nya menangis, aku hanya ingin membuatnya memikirkanku setiap saat. Itulah aku. Steffan Jender.

**

"Kau bilang akan pergi. Steff. Berhentilah membuatku pusing dengan kata-katamu!"

"Aku akan pergi, setelah semua urusan ku dengan mu selesai, Andien!!"

Andien tak habis pikir, ia benar-benar muak dengan apa yang pria gila tak punya otak itu lakukan padanya.

Steff memang 3 tahun lebih muda darinya, tapi bukan berati Steff akan mendengarkan dengan mudah perkataan Andien, calon kakak tirinya itu.

"Urusan mu bukan bersama ku, tapi pada ibuku. Bukankah ini waktumu untuk mencari perhatian ibuku agar kau mendapatkan apa yang memang kau inginkan?"

Steff menarik sudut bibirny ke atas dengan tatapan gelinya pada Andien, "Kau cemburu pada ibumu? Ayolah. . .. Tipeku adalah wanita yang galak."

Andien menggeleng tak perduli, sudah cukup hari-harinya selama 11 bulan terakhir ini berhadapan dengan pria yang selalu membuatnya jengkel bukan main. Ini memang hanya tahap pendekatan, tapi apa jadinya jika ibunya benar-benar menikah dengan ayah Steff dan pria nakal itu benar-benar menjadi adiknya.

"Belajarlah untuk memanggilku 'kakak' Steff! Dan kata-katamu salah, aku tidak cemburu pada ibuku. Tetapi aku muak melihat mu haus perhatian pada ibuku. Dia ibuku, dan selamanya akan menjadi seperti itu!"

"Ya dia memang ibumu, tapi suatu saat juga akan menjadi ibuku."

Andien melambaikan tangannya tak perduli, ia kesal mendengar kata-kata itu dan lebih memilih untuk segera pergi ke kamarnya untuk mengganti bajunya yang basah karena Steff menyiramkan jus tepat pada baju putih tipis milik Andien.

"Lebih tepat nya ibu mertua ku!" lanjut Steff sedikit pelan ketika Andien sudah mulai menghilang dari arah pandangnya.

Steff kembali menuju ruang makan dimana asal mulai permasalahan terjadi. Di sana masih ada ayahnya dan juga Muren 'ibu kesayangan Andien' . Mereka mungkin akan kebingungan melihat kelakua Steff yang selalu saja mencari perkara pada Andien.

Short Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang