#5 kenyataan

12 2 0
                                    

"Dimanapun kau menyembunyikan sebuah bangkai aku bisa dengan mudah menemukannya, hanya dengan bau busuknya"

Hari ini seperti hari sebelumnya, Yudha menghabiskan waktu istirahat seorang diri  tanpanya. Ia tak pernah tau apa yang Amanda urus beberapa hari belakangan. Saat ditanyapun Amanda hanya tersenyum lebar dan setelah itu berusaha melucu. Namun Yudha tak pernah tertawa, atau merasa lucu dengan lawakannya. Ia hanya diam tak bergeming.

"Aku lelah menunggu urusan yang tersembunyi di balik senyummu" ucapnya pada diri sendiri. Saai ini ia benar benar penasaran dengan suatu hal yang Amanda sembunyikan darinya.

Yudha tersenyum simpul, sebuah ide cemerlang terlintas di kepalanya.

..............................

Seperti biasa mereka berdua berangkat ke sekolah, kali ini Yudha irit bicara. Hening sepanjang jalan. Saat tiba di parkiran sepeda, seseorang menarik lengan Amanda. Yudha tak tinggal diam, ia menahan lengan sebelahnya. Lelaki itu memelototinya tak suka.

"Siapa kau!" Tanya Yudha kesal.

Lelaki itu hanya diam, tatapannya beralih menatap Amanda. Matanya mengintimidasi seakan memberikan peringatan.

"Yud...." suara Amanda terdengar pelan bagai bisikan.

Yudha hanya diam, keningnya terpaut bingung.

"Lepas..."

DEG!

Lepas?

"Tap-"

"Aku bilang lepas!" Bentakannya membuat Yudha membatu, tanggannya semakin ia eratkan. Kepalanya berusaha meras mencerna apa yang Amanda katakan.

"TAPI KENAPA?!!" Nada bicaranya ikut meninggi.

"APA KAU TULI!? KU BILANG LEPAS!!"

BLARRR!!!..

Bagai tersambar petir bertubi tubi. Mata Yudha membulat dan mulutnya sedikit menganga. Ia bahkan tak percaya dengan pendengarannya sendiri, tak percaya dengan apa yang ia liat dan apa yang ia rasakan. Perlahan pegangannya melemah dan dengan mudah Amanda menepisnya.

Lelaki itu menyeringai dan menarik lengan Amanda pergi. Sedangkan Yudha diam terpaku, pikirannya kalang kabut sedari tadi berusaha mencerna apa yang Amanda katakan barusan.

"Aku tak habis pikir, kau berubah secepat hembusan angin di musim hujan"

Sedangkan di atap sekolah, seperti biasa Amanda dengan patuhnya mengganti plaster di jidat lelaki yang membuatnya harus berkata kasar pada sahabatnya. Abdi tersenyum, lebih tepatnya menyeringai sambil duduk santai menatap gerak lincah jemari gadis yang tengah mengobatinya.

"Culun itu pacarmu?" Tanya Abdi blak blakan hingga mendapat pelototan mata dari Amanda. Yah bukan marah karna dibilangin 'pacarmu' namun satu kata penghinaan yang ia tak sukai.

"Berhentilah menghinanya! Dia gak culun!"

"Nyahahaha...."

Amanda kesal setengah mati, namun demi kelangsungan hidupnya dan hidup Yudha ia memilih diam.

CUP......

BLUSH.....

Wajah Amanda merona padam, ia terpaku. Tubuhnya terasa membatu, bibirnya kelu dan seluruh permukaan wajahnya terasa memanas. Tanpa permisi Abdi mencium pipinya, Amanda sangat terkejut. Perlahan air matanya jatuh setetes demi setetes.

...........

StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang