#7 Jangan Berubah

21 1 0
                                    

Pagi yang mendung, Amanda duduk termenung menunggu Yudha. Pagi ini ia harus minta maaf secara langsung dan Yudha harus bicara padanya lagi. Beberapa saat kemudian, Yudha melintas melewati rumahnya. Amanda terkejut dan segera berlari keluar pagar sambil meneriaki Yudha. Namun dia terus mengayuh sepedanya tanpa mau berhenti, Amanda mengejarnya dari belakang berlari secepat mungkin walau Yudha jauh di depan sana. Butiran titik hujan membasahinya sepanjang jalan, sedikit demi sedikit pakaiannya basah. Namun ia tak peduli, ia harus sampai ke sekolah dan bicara pada Yudha.

Hosh... hosh...

Deru nafas Amanda tak karuan, lututya lelah terus menerus berlari hingga tubuhnya menggigil kedinginan. Ia berlari kencang memotong jalan agar bisa mendahuluinya.

Amanda berdiri kokoh di tengah gerimis hujan, tangannya ia rentangkan agar Yudha menghentikan sepedanya. Bibirnya menyeringai tipis melihat lelaki itu mulai memperlambat dan berhenti di depannya. Sedangkan mata lelaki itu membulat terkejut menatap tampangnya yang basah.

"..... berhenti"

"...."

"Aku minta maaf... bukan maksudku berkata kasar padamu.... tapi aku...."

Ucapan Amanda tertahan, perlahan air bening mengalir pelan dari sudut matanya. Ia sedih jika bermusuhan dengan Yudha.

"Hiks.... maafkan aku"

Amanda menunduk sedih, menyembunyikan air mata yang telah menyatu dengan bulir air hujan. Yudha tak bersuara sedikitpun, lelaki itu hanya diam. Sebuah benda menutupi kepalanya, air hujan tak lagi menetesi rambut hitamnya. Dengan cepat Amanda mendongak menatap Yudha yang sekarang berdiri di depannya, rupanya Yudha memakaikan jaket padanya. Butiran hujan mulai membasahi rambut dan tubuh lelaki itu. Yudha masih diam, menatapnya tanpa ekspresi. Mungkin Yudha benar benar kecewa padanya, memilih orang lain daripada sahabat sendiri.

"Yudha..."

"...."

"Bicaralah! Kau marah padaku?"

"...."

"Aku minta maaf.... aku gak bermaksud begitu... ku mohon bicaralah padaku... keluarkan suaramu... hiks... aku minta maaf.... ku mohon jangan begini.. Yud-..."

PUK!

DEG!

Jantung Amanda kembali berpacu kencang, bagai sedang lari maraton beribu ribu meter. Tapi saat ini ia tetap diam, berdiri kokoh di bawah rintik hujan dalam pelukan hangat dari Yudha. Ya Yudha tiba tiba memeluknya, permohonan maafnya terpotong dan kini wajahnya terbenam dalam hangatnya dekapan lelaki berkaca mata itu.

Hiks...

Hiks...

Hiks...

Amanda kembali terisak pelan, ia sangat merasa bersalah. Ia tak ingin Yudha mendiaminya terus menerus karna ia sudah menganggap Yudha sebagai saudaranya sendiri.

"Kenapa hujan hujanan? Kamu bisakan naik angkutan umum?"

"Aku mengejarmu"

"Kenapa?"

"Karna kau meninggalkanku"

"...."

Aku tidak meninggalkanmu, kau yang meninggalkan aku...

"Aku minta maaf... ku mohon jangan begini lagi... kamu jangan tidak bicara padaku... hiks..."

"Maaf... maafkan aku"

"Aku yang harusnya minta maaf... ku mohon jangan tinggalkan aku lagi..."

"...........tidak akan"

Gerimis tak kunjung henti, butiran airnya tetap turun membasahi apa saja yang ia sentuh.

..................

Amanda menatap kesal lelaki yang kini mengurungnya di pojokan. Ia tak mau berurusan lagi dengannya, dan perjanjian waktu itu masih membuatnya terikat kontrak.

"Kau keterlaluan! Kenapa kau menempel ke pipiku waktu itu! Kau sudah lewat batas!!"

"Aku gak sengaja, dan luka ku belum sembuh. Oh atau kau lebih suka jika culun itu punya luka yang sama seperti ku? Hm?"

"Jangan macam macam!"

Gerimis yang tadinya tetap turun dengan riang, kini tergantikan dengan indahnya lengkungan yang berwarna warni di langit, pelangi. Amanda menatap pelangi itu sangat lama hingga benar benar hilang, ia kembali melamun bahkan Yudha yang meneriaki namanya ia tak dengar, hingga tepukan pelan di pundaknya membuyarkan lamuannya.

"Ayo pulang"

"Jika kau dihadapkan dengan dua pilihan kamu pilih apa? Jadi hujan atau pelangi?"

"Kamu ngomong apa? Ayo pulang jangan kebanyakan ngelantur"

"Jawablah!"

"Pilih hujan"

"Kenapa?"

"Kalau hujan tidak ada maka pelangi pun juga"

Sama sepertimu...
Warna duniaku hanya hitam dan putih...
Namun setelah kau menabur cat warna di dalamnya maka pelangi indah mekengkung dalam senyumku..... :)

Nothing without you....


StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang