1st | That Night; Ghost; Lifeless Body

627 19 6
                                    

Malam itu, tak seperti malam-malam sebelumnya, Ellise terusik. Ia terbangun dalam keterkejutan. Jantungnya berpacu cepat dan tidak teratur. Bulir-bulir keringat menjalari dahi dan merayap menuju ke lehernya. Ia tertegun untuk waktu yang lama, dengan tatapan kosong tanpa arah tetapi jauh di dalam pikiran gadis berusia enam belas tahun itu ia ketakutan, amat sangat ketakutan. Kedua tangannya mengepal mencengkram kuat selimut yang terasa membeku di malam kelam nan lembab kala itu. Nafasnya memburu tak jelas layaknya baru saja melakukan turnamen jalan cepat 100 meter yang mengharuskan ia untuk menempuh dua puluh lima putaran tanpa istirahat. 

Kali ini Ellise bermimpi buruk. Dan lebih-lebih lagi, bunyi-bunyian gemerisik dari hujan yang tak henti menderu, angin-angin kasar yang menyibak daun-daun pepohonan, serta kicauan berat dan kepakan sayap burung gagak memicu mimpi yang merasuki malam tenangnya menjadi suram dan kengerian dalam tiap-tiap tragedinya tampak semakin nyata dalam memori gadis itu. 

Sebelum benar-benar terbangun, ia sempat berteriak memekik sampai akhirnya mendapati dirinya terduduk di atas tempat tidur dalam keadaan bersimbah keringat dan diselimuti perasaan tidak wajar. Sontak Emilly--teman sekamar Ellise di asrama--juga terbangun. Teriakan Ellise bagai alarm penganggu di tengah-tengah lengkingan dahsyat gelegar guntur dan nyala sambaran kilat di luar.

"Uh.. kenapa kau teriak-teriak sih?"gerutu Emilly. Ia menggosok-gosokkan matanya yang masih terkatup setengah akibat rasa kantuk. Lalu berberat hati beranjak bangun dan kemudian menghidupkan lampu kamar. Ia mengedarkan pandangan mata pada Ellise, Emilly mengernyit melihat gadis itu tampak shock, entah apa yang membuat ia sampai seperti itu. 

Bibir Ellise bergetar kecil, mendorong hati Emilly untuk mendekati si'gadis keturunan Amerika-Perancis'.

"Ada apa?"tanya Emilly memasang tampang cemas seraya mengambil posisi duduk di samping kanan pinggiran ranjang Ellise.

Hening.

Ellise sama sekali tidak menjawab.

Ia bungkam. 

Emilly menghela nafas pendek disusul menggapai sisi kanan bahu Ellise. Wajah sobat karibnya itu tertekuk dengan mata masih melebar.

"Ellise.."sahut Emilly melunak. Tapi, gadis itu masih tak merespon. Ia diam. Membisu. Dengan ekspresi yang juga sama... Penuh ketakutan.

***

"Sam! Cepatlah, bereskan barangmu!" Seorang wanita paruh baya sekitar tigapuluh delapan tahunan berseru pada anak lelaki  yang sedang asyik bergumul dengan mainan-mainan miliknya di dalam ruang yang menembus langsung pintu utama. Hampir seluruh barang telah diangkut ke dalam truk company jasa pindah rumah, kecuali barang-barang yang bagi Sammy teramat berharga hingga ibunya, Mrs. Lionna, bahkan tak boleh menyentuhnya seujung jaripun. 

Sam tidak menghiraukan perkataan ibunya, ia masih asyik bermain.

"Sam!! Cepatlah, bereskan barangmu!"ulang Ibunya tapi kali  ini dengan intonasi lebih tegas.

Sam bukannya tuli, dia dengar kok.Hanya saja belum mau berhenti.

MurdererTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang