Rumah Sakit (2)

67 4 0
                                    

"Ma...mantan gue?" Tanya Pute.

"Iya Put. Lo inget gak siapa cewek atau mantan lo yang tergila-gila sama lo atau yang masih lo sayang atau dia yang masih sayang sama lo ?"

Pute diam sejenak sebelum menjawab.

"Ada sih, namanya Clara."

"Wihh, Clara si seksi itu ya ?" Tanya Bima.

"Gak usah diperjelas."

"Clara yang cantik itu ya. Yang sempat mutusin lo saat lo masih tergila-gila sama dia ?" Ucap Ken.

"Dia gak cantik, masih cantik Naia dimana-mana. Dan gue gak diputusin dia, dia yang selingkuhin gue."

"Duhh, dramatis banget cerita lo Put," Ucap gue mengejek.

"Biarin aja. Daripada lo, gak punya cerita sama sekali tentang hubungan asmara."

"Biarin, daripada gue harus diselingkuhin, mending gue gak tau apa-apa tentang hubungan antara laki-laki dan perempuan, toh hidup gue udah sempurna juga."

"Belum sempurna kalo lo belum punya pasangan."

"Gue enjoy kok, lo kenapa malah sewot."

"Udah ah udah, kalian ini. Lo Grey, kenapa lo suka benget berantem sama keempat cowok ini ?" Ucap Ilqi.

"Iya. Kemaren Ken dan sekarang Pute, besok siapa ? Bima ? kalo Iyan sih udah langganan lo. Tiap hari kalo ketemu pasti ngoceh kek burung," Ucap Nifa.

"Enak aja lo ngatain gue, sekarang lanjut ke cerita lo tadi."

"Nah, tu Clara ngajak Naia ketemuan dan Naia ingin gue temenin."

"Kenapa Naia gak ngajak gue dan Grey ?" Ucap Ilqi.

"Naia pangen ngajak lo Il, tapi enggak dengan Grey."

"Heyyy, punya masalah apa dia sama gue sampe-sampe gak mau ngajak gue ?"

"Lo ngebelin sih, makanya Naia gak mau ngajak lo," Ucap Iyan.

"Lanjut Nif, abaikan setan."

Pletak...

"Wehh, kenapa sih gue dijitak ?" Protes gue sambil pegang kepala gue yang kena jitakan.

"Lo ngatain gue apa tadi ? setan ? mau gue cium tu bibir biar gak ngatain orang sembarangan huh ?"

Gue langsung menutup bibir gue dengan kedua tangan gue dan menatap tajam ke Iyan.

"Lo berani nyium gue, gue tonjok lo." Gue ngomong dengan tangan kanan yang masih menutup mulut gue dan tangan kiri gue mengepal di depan wajah Iyan.

"Nah itu Grey, Naia tau lo itu suka bawa emosi dan dia gak mau lo marah-marah gak jelas karena dia," Ucap Nifa dan gue memfokuskan pandangan gue ke Nifa.

"Langsung cerita saat lo ketemu sama Clara aja deh?" Ucap gue.

"Nah, saat kita berenti dipinggir jalan, Clara sudah sampai disitu terlebih dahulu. Terus Clara ngancem Naia, kalo Naia gak mau ngejauhin Putra, Naia akan sengsara. Tapi Naia gak takut, dia inget pesan lo 'kalo lo digretak orang, lo harus ngegretak balik, kalo bisa menantang. Jangan pernah terlihat takut sama lawan'. Dan karena ajaran sesat lo itu, Naia menantang ancaman yang sudah diultimatumkan oleh Clara. Dan Clara tersenyum misterius kemudian masuk mobil dan pergi. Kita kira udah selesai sampai situ jadi kita masuk mobil dan pergi menuju rumah. Tapi saat dipertengahan jalan, ada mobil yang melesat berlawanan arah dengan mobil Naia dengan cepat, jadi Naia langsung membelokkan stirnya dengan tajam sampai menabrak pohon. Gue syok, gue kira gue udah dialam sebelah, ternyata gue masih bisa denger suara Clara, dia berkata kek gini 'itulah balasan kalo lo gak mau ngikutin omongan gue. Lo berdua tunggu disini dan tidur dengan nyenyak ya, gue mau nyari orang buat buang mayat kalian'. Saat Clara menjauh, gue langsung bangun dan langsung nelfon lo Grey. Setelah gue nutup telfon elo, gue langsung keluar dari mobil dan langsung memapah Naia menuju belakang pohon yang kita tabrak. Saat gue mendengar deru mobil berhenti, gue takut. Gue takut kalau itu Clara dan orang suruhannya buat ngebuang kita, tapi setelah gue mendengar suara Ilqi, gue lega. Ternyata Clara belum sampai disana saat kalian datang, dan gue bersyukur, sangat amat bersyukur," Ucap Nifa dengan airmata yang sudah mengalir dipipinya.

1. Teman Masa KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang