Rumah Sakit (3)

108 6 3
                                    

Jam 08.15 pagi dan gue sendirian dirumah sakit nungguin Naia siuman dan itu membuat gue jadi bosan. Temen-temen gue gak ada yang kesini gara-gara gue yang nyuruh. Masa iya mereka kesini. Berarti gue sama aja nyuruh mereka buat gak kerja hari ini.

Gue memandangi wajah polos yang sedang tertidur saat ini. Hey putri tidur, bangun. Lo gak kangen apa sama gue ? gue nanti harus ngomong apa sama bonyok lo kalo lo gak bangun-bangun juga sampai sekarang ?, batin gue.

Tiba-tiba, jari Nai bergerak saat terkena tetesan air mata gue.

"Hey Nai, lo sadar ?" Tidak ada respon, tapi jari tangan Nai yang satunya lagi bergerak.

"Gue tau lo pasti akan sadar."

Gue langsung berlari mencari dokter.
Saat gue lari-larian dilorong, gue baru sadar kalau didekat tempat tidur Naia ada tombol darurat. Kenapa gue gak mencet tu tombol aja sih ? dan gue tetap berlari menuju ruangan Dion. Mau balik ke ruang rawat Nai udah tanggung. Gue udah didepan pintu ruangan Dion.

Toktoktok, ceklek..

Gue membuka pintu tanpa disuruh masuk terlebih dahulu dan gue melihat Dion sedang mandangin foto seseorang.

"Grey, lo bisa kan nunggu gue nyuruh masuk dulu baru masuk ?"

"Dion, lo harus ketempat Nai sekarang. Nai tadi gerak-gerakin jari tangannya." Ucap gue mengabaikan ucapan Dion barusan.

"Yaudah ayo."

Dion langsung berjalan keluar ruangannya. Gue ? gue belum keluar dari ruangan Dion. Gue penasaran sama foto yang lagi dipandang oleh Dion tadi.

Gue membuka laci meja Dion dengan tidak sopan. Gue mengambil foto yang tadi diletakkannya saat gue masuk tadi. Daaaaan...

"Foto gue ?" Tanya gue kepada diri gue sendiri. Apa Dion masih suka sama gue ?
Ahh nanti aja dulu yang ini, gue harus keruang rawat Nai dulu, batin gue.
Gue meletakkan foto itu ke tempat asalnya kemudian keluar dari ruangan Dion dan berlari menuju ruang rawat Naia.

Setelah sampai diruang rawat Naia, gue melihat Dion sedang bicara dengan Naia dan gue langsung menghampiri keduanya.

"Gimana Yon ?"

"Dia udah baikan, bahkan karena terlalu baik dia boleh pulang siang ini."

"SERIUS ?"

"Iya serius."

"Ahh Diooonnn, thanks." Gue memeluk Dion dan Dion balas memeluk gue sambil mengusap kepala gue.

"Ekhm."

Deheman seseorang membuat gue dan Dion melepaskan pelukan kami. Gue menatap Naia dengan tatapan 'ada apa ?'

"Disini masih ada orang, kalo kalian mau bermesraan jangan didepan gue. Buat gue iri aja. Jadi kangen gue sama pute." Ucap Naia sambil memasang muka melas.

"Cieeeee yang udah bisa kangen sama ayang beb, dari semalam kemana aja bu ?"
Tanya gue mengejek.

"Gue semalem pergi kealam sebelah, makanya baru sekarang kangennya."

"Oh ya ? gimana dialam sebelah ? seru gak ?" Saat gue berucap seperti itu, Dion mengacak gue lagi dan seperti biasa, ditata nya lagi supaya rapi kembali.

"Di alam sebelah mana ada keseruan Grey, disana itu gelap." Ucap Dion dengan nada lembut.

"Aaahhh, manis banget sih lo. Ohiya, lo temennya Arga kan, yang dulu pernah suka sama Grey kalo gak salah, ya kan."
Ucap Naia dan Dion mengangguk dan tersenyum.

"Ahh elo Grey, bukannya diterima cowok kayak dia malah lo tolak. Kan mubazir. Kalo aja gue gak jadian sama Pute, mungkin gue udah jadiin Dion gebetan gue."
Dion hanya tersenyum kikuk dan garu-garu belakang kepalanya. Sedangkan gue lagi salting (read:salah tingkah) sendiri.

"Nai, kamu udah sadar ?" Ucap seseorang yang tiba-tiba masuk ruang rawat Naia.

"Loh Put, Yan, kalian gak kerja ?" Tanya gue saat mereka sampai didepan tempat tidur Naia.

"Kita kerja." Ucap Iyan.

"Terus, ngapain kalian kesini ?" Tanya gue bigung.

"Jadi gini, gue tadi lagi janjian sama Putra buat bicarain kerjasama diantara perusahaan gue dan perusahaan Putra diluar kantor. Karena pembicaraannya terlalu cepat dan masih ada waktu, jadi Putra ngajak gue kesini dan gue gak nolak." Ucap Iyan.

"Ohh yaudah, kangen-kagenan aja kalian sepuasnya." Ucap gue ke Pute saat melihat Pute menatap Naia dengan tatapan rindu.

"Lo gak kangen sama gue Yel ?" Tanya Iyan sok dramatis.

"Dih najis." Dan gue keluar dari ruangan ini dengan menggandeng tangan Dion.

#####

Jam 12.15 siang, sahabat gue plus keempat cowok rese bin nyebelin datang ke ruangan tempat Naia dirawat dan kita siap-siap mau mengantar Nai pulang.

"Nai, lo pulang kerumah bonyok lo atau mau kerumah gue ?" Tanya gue sambil melihat Nai dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Kerumah lo aja deh Grey. Kepala gue masih ada perbannya, terus kalo gue pulang kerumah yang ada gue kena ceramah."

"Ohh yaudah. Lo sama Pute kan." Naia hanya mengangguk.

"Il, lo bawa mobil gak ?"

"Bawa."

"Gue nebeng boleh ?"

"Gue sama Nifa nih Grey. Tadi Nifa ninggalin mobilnya dikantor saat gue jemput dia."

"Terus gue ?"

"Sama gue aja." Ucap Iyan.

"Emang harus ?" Tanya gue ogah ogahan.

"Terus mau sama siapa lagi ? Sama Kevin ? Kevin aja nebeng sama Bima gara-gara ban mobilnya bocor dijalan tadi."

"Bener Ken ?" Tanya gue mastiin.

"Iya. Tadi mobil gue masuk bengkel dan gue nelpon Bima buat jemput gue kesini."

"Nah sekarang gak ada alasan lagi. Lo ikut gue." Ucap Iyan dan gue hanya menganggukkan kepala dengan pasrah.
Setelah itu, kita semua pulang ke rumah gue.

#####

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

1. Teman Masa KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang