Dangerous To Fall In Love

404 35 1
                                    

Purnama pertama dibulan Januari. Rembulan seharusnya memancarkan sinarnya malam ini. Namun salju tebal menghalangi niatan sang rembulan untuk menyombongkan diri. Suhu diluar mencapai -3,0 derajat celcius membuat Sakura enggan melangkahkan kaki dari rumah sakit yang sejak seminggu yang lalu dia tempati. Bisa saja dia mengkonsumsi obat khusus dari Itachi namun sepertinya dia butuh istirahat kali ini.

Lalu lalang para pengguna jalan terlihat sepi. Bagaimana orang-orang enggan melakukan aktivitas mengingat suhu diluar sangat dingin juga salju yang menumpuk dipinggiran trotoar.

Barang-barang Sakura sudah di kemas oleh Nenek Chiyo. Sore tadi para pelayannya datang untuk menjemput majikannya. Namun Sakura tak ada niatan untuk pulang kerumahnya. Sehingga meminta mereka mengantarkan mobil dan pulang membawa barang-barang Sakura.

Jarum jam menunjukan pukul 07.20 pm dan Sakura mulai mengingat lagi pesan Itachi tentang percintaan yang sudah seperti Kahlil Gibran. Sakura memutuskan untuk memulai kehidupan setelah (gagal) mati itu dengan mencari kesenangan. Bar adalah tempat yang tepat untuk memulai segalanya dengan bersenang-senang.

Namun seketika itu juga wajah Itachi muncul begitu juga dengan bayangan pekerjaan terakhirnya menampkan diri begitu saja.

"Kenapa aku sampai lupa dengan hal itu" tangannya memukul kepalanya sendiri.

"Itachi-nii sepertinya ada beberapa informasi yang belum kutuliskan dilaporan misi terakhirku. Aku akan mengirimkannya sesegera mungkin" kata Sakura melalui smartphone maroon miliknya.

"Kenapa tak kau sampaikan secara langsung saja. Aku akan berada di New York sampai dua hari kedepan" jawab Itachi enteng seperti pembicaraan mereka hanyalah tentang bocornya keran wastafel.

💣💣💣💣

Sakura mendekati pria berambut panjang yang sedang menundukan kepala didalam St. Patrick's Cathedral.  Menunggu lelaki itu mengangkat kepalanya.

"Kukira kau sudah tak butuh Tuhan lagi" Itachi ganti bertanya pada Sakura

"Jangan bilang kalau pertemuan kita dulu disini adalah terakhir kalinya kau mengingat keberadaan Tuhan" sambil matanya memandangi kerlip lampu dan interior dalam gereja yang sangat megah.

Flashback on

Tuhan ,kali ini aku tidak akan meminta banyak waktu-Mu. Aku hanya ingin Kau melihat apa yang telah kuperbuat dalam kebutaan ini. Aku merasa itu adalah hal terbaik yang bisa aku lakukan saat ini. Hanya itu. Semua jalan sepertinya sudah tak ada lagi.

Kepalanya menunduk dan kakinya bersimpuh tanpa daya.

"I will ask, please save me...save me...  Save me!! " suaranya lantang hingga menggaung dalam cathedral itu.

Aku pantas mendapat kebencian-Mu juga karna aku tak pernah bisa mensyukuri apa yang telah Kau beri. Aku bahkan membenci hidupku sampai aku tahu Kau perlahan mengambil ketenangan dan kebaikan dalam hidupku, menjadikanku seonggok daging bernyawa namun tak berprasa. Bahkan saat ini aku malu hanya untuk menyebut nama-Mu. Namun aku masih berharap kehadiran-Mu.

"Save me..." Suaranya terdengan seperti bisikan.

Sesaat setelah itu Sakura hanya terdiam dibangku memandangi lambang salib tanpa berkedip.

"Mungkin Tuhan sengaja mempertemukan kita" suara lembut bagai malaikat mengalun disampingnya. Namun Sakura tak berniat melihat sosok itu dengan kedua matanya.

Percakapan panjang tanpa tatap muka itu terjadi hingga Sakura memutuskan untuk memulai kehidupannya dengan melindungi orang-orang tak bersalah sepertinya dari bajingan-bajingan gila bersama dengan Itachi.

Quite Is Violence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang