The Light Behind Your Eyes

485 21 3
                                    

So long to all of my friends
Every one of them met tragic ends
With every passing day 
I'd be lying if I didn't say
That I miss them all tonight
And if they only knew what I would say

If I could be with you tonight
I would sing you to sleep
Never let them take the light behind your eyes
One day I'll lose this fight
As we fade in the dark
Just remember you will always burn as bright

Seminggu semenjak kematian Ino, Sakura tak pernah beranjak dari kamarnya. Membiarkan waktu berjalan melewatinya. Tak peduli siang atau malam, semua terasa kelam. Entah itu panas atau hujan, tangisnya tak bisa dia tahan.

Wajahnya membiru, menyimpan semua kenangan bersama sang kawan. Rambut merah jambu yang tadinya lembut kini semrawut. Kedua netra hijau itu sembab dan selalu lembab.

Sasuke tak tega melihat kondisi Sakura saat ini. Banyak kata yang Sasuke sapa namun tak berbalas juga.  Sakura hanya akan makan ketika Sasuke menyuapinya. Bahkan untuk sekedar membersihkan diri pun Sakura tak bisa.

Percobaan bunuh diri telah dia lakukan berkali-kali. Itulah alasan Sasuke untuk tidak meninggalkan Sakura sendiri. Sasuke selalu ada disampingnya seminggu ini. Meski Sakura belum menceritakan penyebab kekacauannya pada Sasuke walau se-inchi. Tapi Sasuke tetap disini.

Kepergian Ino bagai badai kedua dalam hidupnya. Kata-kata belasungkawa dan rangkaian bunga bagi mereka sudah biasa. Namun tidak baginya. Setiap rangkaian bunga menunjukan padanya bahwa dia tidak sedang bermimpi, bahwa benar Ino sudah pergi, pergi tidak untuk kembali. Setiap ucapan kesedihan yang dilontarkan padanya seperti bom atom yang mengubah dirinya mejadi kepingan kecil. Hidupnya tak berarti.

"Cherry, baumu sudah seperti anggur fermentasi. Saatnya membersihkan diri" Sasuke mulai melucuti pakaian Sakura satu-persatu seperti yang dia lakukan seminggu ini. Tidak ada penolaka yang berarti dari Sakura.

Kali ini Sasuke turut menenggelamkan separuh tubuhnya kedalam bathup bersama Sakura. Membasahi rambut Sakura dengan air shower hangat disamping bathup. Memenuhinya dengan busa beraroma strawberry kesukaan Sakura. Menyisir rambut basah Sakura dengan jari-jemarinya. Kemudian menyusuri setiap lekuk tubuh Sakura dengan shower puff yang telah penuh dengan busa.

Saat sampai dipertengahan dada Sakura, tiba-tiba tangan Sakura menekan dalam tangan Sasuke.

"Kau tahu disini terasa amat sakit. Ya tepat disini" tangan kecilnya semakin menekan tangan Sasuke.

"Ya...  Aku bisa merasakan detak kesedihan dari dalam dirimu. I'm here with you darling" Sasuke memeluk Sakura dari belakang dan mencium lembut pundak Sakura. Berusaha meringankan rasa sakit yang sakura alami.

"Sahabatku mengingkari janji. Dia pergi mendahuluiku. Dia selalu bilang bahwa aku yang akan mati terlebih dahulu karna aku selalu makan junk food, merokok dan juga penggila alkohol. Dia bilang aku harus menunggunya setidaknya sepuluh tahun didepan pintu surga untuk bertemu degannya" Sakura meneteskan air matanya.

"Aku tahu Biggie, semua yang bernyawa akhinya akan kembali. Tapi kenapa dia pergi dengan cara seperti ini. Kau ingat sehari sebelumnya saat aku menemuinya? Dia bercerita banyak tentang pernikahannya. Dia merancang sendiri gaun yang akan dia kenakan, selama setahun. Dia bercerita ingin memiliki lima anak dan hidup bahagia bersama mereka. Ohhh Biggie... I can't handle this" Sakura membalikan tubuhnya menghadap Sasuke menenggelamkan wajahnya didada bidang Sasuke mencoba mencari kekuatan untuk menahan ketidakmampuannya kali ini.

"Kau hanya harus melakukan apa yang dia inginkan Cherry, merelakannya.." Sasuke membiarkan Sakura memonopoli dirinya.

"Ya.... Kau benar Biggie" Sakura berfikir bahwa dia akan menemukan pembunuh Ino. Sakura yakin bahwa Ino ingin kematiannya terbalaskan.

Quite Is Violence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang