Dan bisakah, porosku tidak berputar di duniamu?
-Raina Milenia-
Bunyi tanda notifikasi berdering berkali-kali pada sebuah ponsel yang diletakkan begitu saja di atas meja, sementara sang empunya nampak tak terganggu sama sekali dan sibuk tenggelam dalam novel tebal yang sengaja dibawanya demi menghindari suntuk saat pelajaran kosong.
"Itu hp lama-lama gue ungsikan ke tong sampah ya Rai" sungut Alyssa, menatap Raina sengit
" Jangan ah" jawab Raina asal "gue nabungnya lama itu" sambungnya tetap terpaku pada novelnya
"tumben hp lo berisik. Dapet notif dari siapa sih?" tanya Alyssa penasaran
"dari fans"
Alyssa berdecak sebal "iyaa, siapa? Biar gue datengin orangnya"
Raina tersenyum miring, menoleh ke arah Alyssa "yakin mau datengin orangnya?"
Alyssa mengangguk mantap "gue datengin terus gue bilang kok lo bisa sih ngefans sama Raina. Apa jangan-jangan karena dia kemarin ikutan cheers?"
Raina menutup novelnya, mulai tertarik dengan arah pembicaraan mereka, sambil menopang kepalanya dengan sebelah tangan di atas meja ia memandangi Alyssa "yaudah gih samperin si Raka Raka ketua basket itu"
Alyssa terdiam sejenak, berusaha mencerna ucapan Raina lalu bersiap mengeluarkan suara melengkingnya jika tangan Raina tidak buru-buru menutup mulutnya "Alyssa Saufika Umari, sahabatku tersayang diem yaa cantik mmm diem yaa" ujar Raina dengan suara lembut yang dibuat-buat
Alyssa mengangguk-anggukan kepalanya, berusaha mengkode Raina agar gadis itu berhenti membekap mulutnya. Raina melepas tangannya dan kembali melanjutkan bacaan novelnya. Seolah tak percaya dengan ucapan Raina, Alyssa mengambil ponsel tersebut dan memeriksa isinya.
"Raina, kok bisa?" tanya Alyssa yang kini berusaha meredam seluruh keinginannya untuk berteriak histeris.
Raina mengangkat bahu, "gatau, tiba-tiba dia ngeadd Line gue, terus nyepam ga berenti sampai sekarang. Pengen gue blok aja sih rasanya"
"bentar-bentar Rai, kayaknya lo harus baca yang ini deh" Alyssa menjulurkan ponsel tersebut ke wajah Raina
Raina menghela nafas, alih-alih terkejut ia malah kesal dengan sebaris pesan yang berbunyi :
Raina, gue otw kelas lo ya.
"gue ke toilet dulu deh" ujar Raina mengangkat tubuhnya berjalan keluar kelas
Dan semuanya diluar dugaan Raina, tepat di depan kelasnya Raka sudah berdiri seraya menyimpan kedua lengannya di saku celana, menatap Raina dengan senyuman smirk khas dirinya.
"Halo, Raina" sapa Raka kemudian
Raina balik menatap Raka, merasa risih dengan seluruh teriakan heboh yang bersumber dari siswa di sekeliling mereka. Selanjutnya, tanpa berkata apa-apa Raina melangkah meninggalkan sumber keramaian, berjalan dengan wajah kesalnya seraya melipat kedua tangan mengabaikan seluruh pandangan heran yang mengikutinya.
***
Raina mengempaskan tubuhnya di atas tempat tidur seraya menutup kedua matanya dengan sebelah lengan. Hari ini ia baru saja mendapatkan gelar baru di sekolah sebagai "siswi yang dengan sangat berani mengabaikan sang bintang sekolahan". Tatapan sinis serta dengungan-dengungan tak berhenti menghujaninya sepanjang koridor sekolahan. Raina mengusap wajahnya,selama ini hidupnya baik-baik saja, tetapi sejak Raka tak berhenti mengusiknya, rasanya sulit bagi Raina untuk bisa bernafas dengan tenang di sekolah.
Raina kembali mendudukkan tubuhnya, seraya menatap ke sekeliling kamar barunya. Raina menghela nafas, ia benci perpindahan. Perpindahan harus membuatnya kembali beradaptasi dengan lingkungan baru, menerima keadaan yang asing dan belum tentu ia sukai, pula ia akan membandingkan keadaan lamanya dengan keadaan yang sementara ia jalani. Meskipun kamar yang ia gunakan sudah didesain sedemikian rupa agar mirip dengan kamar lamanya, akan tetapi perasaan asing yang menjerang perasaannya membuat Raina tetap sulit tertidur.
Karena sedang tak ingin melakukan apa-apa, Raina memutuskan untuk menghirup udara malam lewat balkon kamarnya. Menikmati desiran angin yang menerbangkan rambut kecokelatannya, menatap langit yang malam itu tampak kelam tanpa kehadiran sang ratu malam tanpa sadar sedari tadi di ujung balkon rumah yang lain, seseorang tengah memperhatikannya seraya menopang dagu.
"cantik" gumam pria itu, meningkatkan kembali kesadaran Raina
Raina menoleh, mendapati Raka dengan iris mata cokelatnya tengah menatap Raina. Teduh.
TBC
N
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Teen FictionRaina Milenia, dancer hebat pembenci hujan. Bukan, bukan benci seperti yang kau bayangkan. Raina tidak akan mengeluh atau mengumpat saat rintikan itu jatuh ke atas tanah, justru sebisa mungkin ia menutup seluruh akses yang membuatnya terhubung denga...