Galen 1

1.9K 77 6
                                    

"Lo itu cabai, dan gue susu.
Saat lo marah, dengan mudah gue akan meredakannya."

¤

"Boleh jadi, kita lemah karena
cinta. Tetapi jangan jadikan cinta sebagai kelemahan kita."

¤

Keesokan harinya, Galen menjemput Jesika ke rumahnya lalu berangkat sekolah bersama. Sesampainya di sekolah, tatapan iri menyambut pasangan yang satu ini. Jesika tidak peduli, toh ia sudah terbiasa dengan semua ini.

Tanpa diduga, hal yang luar biasa menanti Jesika. Sebuah kaki terjulur menghalangi langkah kaki Jesika sehingga membuat gadis itu jatuh dan tersungkur ke lantai dengan mengenaskan.

Galen yang terlalu asik dengan pikirannya yang berkelana kesana kemari, jadi tidak memiliki persiapan untuk mencegah agar Jesika tidak jatuh. Kini, rasa malu menyelimuti gadis ini.

"Awas mahkotanya jatuh," ucap seorang gadis yang berdiri tidak jauh dari Jesika dan Galen saat ini.

"Mahkota? Susuk maksud lo?" tanya temannya memastikan, dengan maksud menghujat Jesika dengan fitnah mereka.

Galen buru-buru membantu Jesika berdiri, ia pun merangkul bahu pacarnya dengan penuh rasa bangga seraya berkata, "Karena perbuatan lo semakin menunjukkan kalo diri lo emang lemah Bi," ucap Galen pada gadis bernama Bianca.

Bianca memasang wajah tak terima, ia hendak membantah namun Jesika lebih dulu berbicara, "Selama ini gue diem, bukan berarti gue lemah dan gue terima semua perlakuan lo dengan pasrah. Jangan pernah ngira kalo gue kalah karena faktanya, yang lemah dan kalah adalah dia yang terus-terusan cari masalah." ucap Jesika panjang lebar.

Setelah itu, ia mengajak Galen untuk pergi meninggalkan Bianca dan Stefi, teman baiknya yang setia menerima cibiran orang yang tidak menyukai Bianca.

"Bi, gue tau lo lemah karena cinta, dan cinta lo itu Galen. Tapi seharusnya, kelemahan lo itu jadi kekuatan juga buat diri lo. Kenapa lo diem aja dan ngebiarin mereka pergi gitu aja?" cerocos Stefi yang tak terima dengan sikap Bianca seperti ini.

Bianca pusing sendiri, di satu sisi ia tidak ingin terlihat amat buruk di mata Galen. Di sisi lain, ia masih tidak menerima kenyataan kalo sekarang ada Jesika yang merampas posisinya di hati Galen. Bagi Galen, Bianca memang masa lalu namun Bianca akan selalu menunggu, berharap mereka berdua akan kembali bersatu.

"Pembalasan itu ada." gumam Bianca dengan api yang menyala di matanya.

***

Di kelasnya, Emely sibuk bermain game online di handphone-nya. Sampai ia tidak menyadari kalau Vado ada di sini.

"Em," Vado sudah berdiri di samping kursi Emely.

Gadis itu hapal betul suara masing-masing keluarganya, ia hanya berdeham untuk menyahut tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel.

Dengusan napas jengah terasa oleh Emely dengan Vado sebagai pelakunya, "Lo balik sendiri ya, gue mau jemput cewek gue dulu." ujar Vado dengan sedikit memohon pengertian dari sang adik.

Emely tertarik mendengar apa yang dibicarakan kakaknya, ia meletakkan ponsel di atas meja, kemudian menoleh dengan raut wajah yang sulit diterka.

"Tadi pagi emang lo berangkat bareng gue?" tanya Emely dengan menarik salah satu alisnya ke atas.

Vado terdiam sejenak, ia mengalihkan tatapannya sembari mencari alasan, "Tadi pagi Giselle yang maksa gue." ucap Vado ragu-ragu.

Mendengar itu, Emely melipat bibirnya ke dalam sambil manggut-manggut sok paham. "Ya udah sana." usir Emely karena Vado masih betah di sini.

Tomboy Vs PlayboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang