"Perempuan dan percintaan benar-benar menyita pikiran."
¤
"Em, tunggu."
Mendengar itu, Emely menghentikkan langkah kakinya. Tanpa mau menatap sang pemilik suara, membiarkan dia yang berdiri di hadapan Emely untuk melanjutkan ucapannya.
Benar saja, kini lelaki itu sudah berdiri sambil menatap lurus ke sepasang mata milik Emely.
"Gue ke toilet dulu, bentar." Galen meminta ijin.
Emely memutar bola matanya malas sembari berdeham sekilas. Setelahnya, Galen pergi begitu saja ke arah sebelah kiri Emely. Menyadari itu, Emely pun menoleh dan menatap punggung Galen yang nyaris hilang di belokkan.
Beralih pada papan nama tepat di atas kepalanya yang menunjukkan kalo itu adalah toilet kaum adam.
"Pantes." gumam Emely.
Kedua tangannya di lipas di bawah dada, dengan punggung yang tersandar di tembok yang berada di dekatnya.
Sepasang mata Emely menatap ke sana kemari, memperhatikan para manusia yang berlalu-lalang.
"Emely,"
Bukan, itu bukan suara Galen.
Dengan alis yang sudah berkerut, Emely menoleh ke sumber suara, dari arah yang sama ketika Galen meminta ijin padanya.
"Kak Martin?" ceplos Emely.
Tidak terkejut, tapi tidak menyangka juga. Emely hanya sedikit heran kenapa Galen bisa berubah menjadi kakak kelasnya yang satu ini.
Tiba-tiba saja senyuman itu tercipta di wajah tampan Martin. "Lo ngapain di sini?" tanyanya kemudian.
Emely merubah posisi berdirinya menjadi tegap, tidak lagi bersandar pada tembok. "Gue," belum selesai ia berbicara, seseorang memotongnya.
"Nungguin pacarnya." ucap seseorang tiba-tiba dengan nada dingin yang begitu terasa.
Galen baru saja tiba, menggandeng tangan Emely begitu saja. "Gue pacarnya." celetuk Galen lagi dengan percaya diri.
Lah dia ngaku-ngaku, pikir Emely sembari menatap heran ke lelaki di sebelahnya dengan agak mendongak karena Galen lebih tinggi darinya.
Martin masih terdiam, entah apa yang ia pikirkan dalam diamnya sembari menatap lekat wajah Galen.
"Tadi lo bilang mau pulang kan?" tanya Galen sambil menoleh pada Emely.
Emely yang saat itu masih memperhatikan wajah Galen, oh shit! Gue ke-gep. - gadis itu mengumpat dalam hati.
Seketika wajahnya memerah. Ia pun memalingkan wajahnya sembari tangannya bingung hendak berbuat apa.
"Iya, gu-gue duluan." ucap Emely diikuti senyum kaku.
Ia pun berjalan pergi mendahului Galen yang masih berdiri di dekat Martin. Tanpa Emely ketahui, Galen menyadari apa yang baru saja terjadi pada diri Emely. Diam-diam lelaki itu tersenyum senang.
Matanya melirik sekilas pada lelaki yang Emely sebut dengan 'Kak Martin'. Galen pun menyusul Emely dengan kaki jenjang dan langkah yang lebar, memudahkan ia untuk berjalan beriringan dengan Emely seperti sekarang ini.
Di tempatnya, Martin masih terdiam. Melihat wajah Galen, rupanya bukan kali pertama baginya.
"Kak, kenalin pacar aku." ujar seorang gadis manis dengan bangganya, terlihat dari senyum yang tak luput dari wajah cantiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomboy Vs Playboy
Ficção AdolescenteCewek tomboy tapi bawel? Kisah ini bermula karena sebuah novel. "Lo pikir sebuah novel bisa bikin lo jatuh cinta?" "Iya. Nih" seorang cowok tiba-tiba datang menyambar omongan Emely sambil menyodorkan sebuah novel "Baca deh, gue jamin setelah ini lo...