Bab II

67 6 5
                                    

¤sembilu oh pilu¤

Aku bodoh jika diam lalu pergi ketika melihat sembilu yang perlahan-lahan menghabisi mu.
//
Ketika aku bukan peran  dalam lingkar hidup mu aku bisa apa? Diam bukan jalan utama. Tapi entah kau perduli atau tidak.
//
Aku akan tetap disini berjaga  jika suatu saat sembilu benar-benar membuat mu jatuh. Lalu aku akan datang dan mendekap mu.

¤trijata (II)¤

Bisa kah aku menjaga mu meski tanpa ada  rasa?
atau bisakah aku hanya  memeluk mu meski tak ada ikatan?
//
Jika cinta itu buta kenapa aku masih bisa melihat paras ayu mu? . Kau jelita yang berhasil membuka mata ku.
//
Kau abadi meski hanya angan ku. Kau nyata meski ada dalam fana ku.

¤Candu¤

Ada beberapa patah kata yang ingin meloncat keluar dari mulut ku, tapi entah kenapa ada sesuatu yang menahan nya. Agar tak keluar dan tak tersampaikan.
//
Hujan masih saja turun malam ini di 23 januari membasahi jalanan yang sepi karna malam semakin larut. Nanar mataku menatap kosong ke arah jendela dari kamar sempit ini aku terdiam sembari menatap hujan  yang semakin deras.
//
Seperti inikah rasa candu akan padamu? Begitu pekat.

¤kau bagai bunga¤

Trijata ku kau bagai mawar merah merekah sungguh indah.
//
"Ah...tidak tidak!"

Kau juga seperti tulip indah mu tak bisa ku lukis kan lagi dalam sajak.
//
Tapi kau juga seperti  dandelion begitu kuat dan hebat. Sampai krisan seperti ku ini bertekuk lutut di hadapan mu.
//
Meski kau juga nampak bagai zinnia bagiku tak apa. Karna kau adalah bunga ter'indah  ku.

Kita Di Dalam Ruang HampaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang