5

3.9K 405 9
                                    

Ada satu tempat yang menampung segala yang berhubungan tentang hal-hal tabu jaman dulu. Termasuk mengenai gender kedua, keturunanya, dan segala kronik tentang hal tersebut.

Tepatnya di sebuah perpusatakaan tua yang letaknya agak jauh dari pusat kota.

Tidak sembarang orang bisa masuk ke tempat ini. Kalau hanya untuk melihat, membaca, atau meminjam buku kuno tentang sejarah lainnya, masih bisa. Perpustakaan ini akan bertranformasi jadi perpus jadul yang katro jika ada seorang saja yang bertanya tentang sejarah alfa, beta, dan omega, di dunia.

Disana juga ada satu pengurus perpus yang tahu seluk beluk tentang perbedaan gender ini dari masa ke masa, tapi orang itu di rahasiakan identitasnya.

Menurut desas desus lambat yang terdengar, beliau bernama Chio. Seorang nenek yang masih hidup di usianya yang telah renta. Dulu sekali beliau adalah seorang dokter akupuntur yang terkenal, hingga di usir dari desa gara-gara berkecimpung di dunia pembagian gender melawan pemeritah negara.

Sekarang, Nenek Chio di biarkan hidup seorang diri dengan penyesalan dan rasa frustasi akut dalam dirinya, hingga dia membuat sebuah boneka yang sangat mirip dengan puteranya dulu.

.

Di ruangan itu duduk tenang dua orang remaja beda surai, biji mata, pakaian, dan warna kulit.

Naruto duduk dengan gelisah di atas kursi kayu yang biasa ia gunakan untuk makan. Sementara Sasuke duduk di seberangnya, sama-sama di atas kursi kayu meja makan kecil kepunyaan Naruto.

"Untuk apa ka---"

"Kenapa kamu disini?"

"Huh?" harusnya kalimat itu Naruto tanyakan pada Sasuke. Malah sebaliknya.

Sekali berdecak, Naruto juga memukul keningng sendiri pelan-pelan.

"Ada apa dengamu?" Naruto balik bertanya, biarlah suasana awkward seterusnya. Dia ingin tahu sampai diman ketahanan Sasuke menanggapi ocehan tak jelasnya.

"Itu lagu Peterpan ya, yang sekarang jadi Noah band?" Sasuke hilang akal. Pantat ayam menyurupi kepalanya hingga jadi bego sedemikian rupa. Naruto berdecih sebal. Mana tahu dia ada band seperti itu.

"Jawab saja pertanyaanku." kata Naruto akhirnya. Dan Sasuke mengangguk kecil. Wajahnya kembali datar bin teplon.

"Aku mencarimu." telunjuk Sasuke mengarah pada si pirang yang cemberut. Pipinya menggbung kesal, "dan sudah ketemu." Sasuke tersenyum kecil.

Naruto nanar. Lalu?

"Ayo, pulang!" Sasuke berdiri, memundurkan kursi dan melangkah mendekati sahabatnya.

Tapi Naruto malah diam saja sambil menatap Sasuke. Pemuda pirang itu lalu menggigit bibir bawahnya.

"Kalau aku tidak mau?" Naruto bersidekap.

Sasuke menyadari sesuatu.

"Kamu malu menderita gizi buruk?" Sasuke memalingkan wajahnya ke jendela di belakang Naruto.

"Gizi bur--apa kamu bilang?" Naruto mengernyit gagal paham. "Siapa yang---Astaga, teme! Kamu keterlaluan!" kali ini mulut merah alami itu mencebik tidak suka.

Giliran Sasuke yang mengernyit.

"Tidak usah malu. Nanti kita perbaiki pola makanmu." kali ini senyum Sasuke terlihat tulus sekali.

Sampai-sampai Naruto ingin menimbunnya dengan tanah merah. No.

"Aku tidak gizi buruk, brengsek." Naruto berdesis, dia ikut berdiri di depan si Uchiha pantat ayam.

Last OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang