6

3.7K 392 18
                                    

Pada kenyataannya segala yang berhubungan dengan gender kedua di masa lampau adalah sebuah kejahatan di masa sekarang.

Jadi segala sesuatu tentang hal tersebut harus di musnahkan. Di laporkan pada pihak berwajib. Menjalani proses hukum yang rumit. Di hukum karena menentang negara, lalu di asingkan. Lebih parahnya, di bunuh.

Mengapa negara bisa sekejam itu menanggapi hal seperti ini. Alasannya rumit dan selalu berbelit jika ada yang iseng bertanya.

Nenek Chio adalah pengecualian. Dirinya tidak di bunuh karena sudah tua dan ilmunya perlahan menyusut seiring ingatannya yang berkurang.

Ini adalah bentuk pengampunan yang negara berikan pada satu-satunya orang yang tahu mengenai gender kedua di masa lalu. Dan itu tidak lama lagi. Mungkin.

Maka, jika ada yang mengetahui keberadaan tentang salah satu gender kedua di masa sekarang selain nenek Chio, kalian harus membuat laporan resmi pada pihak kepolisian dan akan di proses dan di tanganni dengan segera.

.

.

Jarum jam menunjukan angka delapan tepat saat Sasuke selesai memesan tiket online melalui ponselnya.

Sial sekali, karena tidak ada kereta menuju Konoha malam ini kecuali tengah malam nanti. Dan Sasuke terpaksa memesannya dua buah. Berharap Naruto mau di ajak pulang ke kota.

Saat itu pula pintu kamar Naruto berderit terbuka dengan si pirang keluar dari sana. Wajahnya kuyu dan tubuhnya terlihat lesu.

"Dobe, aku sudah pesan tiket pulang." Sasuke menyimpan ponsel pintarnya pada saku ranselnya.

Naruto berjalan melewati Sasuke, belum menyahut hingga ia tiba di dapur dan bersuara setelah menegak habis segelas air putih.

"Oke. Bagus." Naruto membawa segelas air baru untuk dirinya ke ruang tamu tempat Sasuke duduk disana.

"Tapi hanya ada pemberangkatan tengah malam." Sasuke menggaruk pipi, "tidak apa kan? Jadi kamu punya banyak waktu untuk berkemas."

Bokong Naruto terhempas pada sofa tunggal yang dudukannya sudah lepek dan keras saat di duduki.

"Maksudnya, mengemasi oleh-oleh untuk kamu bawa ke Konoha, kan." ujar si pirang memastikan.

Sasuke mengernyit bingung. Naruto sekarang banyak tingkah. Tapi otaknya masih separuh kosong seperti dulu. Hanya di jejali hafalan dan rumus-rumus demi beasiswanya. Sasuke maklum saja.

"Bukan. Maksudku kamu!" Sasuke menunjuk wajah berkumis milik Naruto, "barang-barangmu. Kamu bisa berkemas dari sekarang, jadi tengah malam nanti kita langsung pergi." katanya.

Giliran alis pirang yang menukik tajam.

"Kamu akan membawaku kembali ke Konoha, teme!?"

Gelas air di simpan kasar menimbulkan suara 'trak' yang membuat Sasuke makin bingung.

"Ya." Sasuke mengangguk datar.

Naruto bernafas jengah. Bersidekap sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Aku tidak yakin." gumam Naruto jelas.

"Kenapa?" Sasuke berpindah duduk di samping Naruto.

Dan untuk keberapa kalinya pandangan itu bertaut, saling mengunci satu sama lain. Enggan melepas hingga mata Naruto perih berair butuh berkedip. Sasuke masih menatap lurus manik safir sahabatnya.

"Jadwal keretanya tengah malam kan, Sasuke." tanya Naruto tiba-tiba, "masih ada waktu untukku bercerita padamu."

Sasuke terkekeh kecil.

Last OmegaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang