Bukan Pengemudi Biasa

3 | jalan terjal

Semakin kita berjalan ke depan semakin menanjak rasanya. Roda yang selama ini melesat dengan baik-baik saja kini harus di kayuh lebih kuat lagi, dengan tenaga yang lebih besar lagi.

Keringat bukan lagi menetes tapi kini bercucuran. Napas berderu kencang beradu dengan angin yang tak mau kalah kuat embusannya.

Satu jalan yang menjadi pilihan saat ini adalah menjadi penghafal Qur'an. Sangat berbeda dengan teman-temanku yang sudah sibuk dengan kuliah dan pekerjaannya masing-masing.

Pilihan ini sangat berat karena hati menggedor-gedor minta kuliah yang pasti saat lulus nanti mendapat gelar sarjana di belakang namanya.

Ini bukan tentang mampu atau tidak mampu kuliah, bisa saja memilih kuliah, kalau tidak mampu pun mudah, kita bisa mencari banyak beasiswa di dalam maupun luar negeri maka masalah selesai.

Namun bukan itu.

Ini tentang pilihan berat menjadi penghafal Qur'an.

Berat karena kelak hadiahnya surga.

Sudah di janjikan keutamaan bahkan surga juga hati ini masih gelisah memikirkan hal yang lagi-lagi bersifat dunia.

Bersedihlah....

Diri ini sudah menomor duakan akhirat. Mari kita persiapkan bekal untuk kehidupan di akhirat kelak.

Teman, perjalanan ini memang berat namun kesempatan dan keinginan untuk menghafal qur'an hanya datang pada hamba pilihan-Nya. Bisa saja Allah menghilangkan rasa ingin menghafal qur'an dari hatimu ketika kamu sia-siakan kesempatan itu. Sedikit saja kamu ragu mudah bagi Allah untuk membolak-balikan hatimu.

Bersyukurlah jika ada rasa ingin menghafal quran walau rasa itu samar.

Karena bisa jadi dengan menghafal kalam-Nya, ada dosa-dosa mu yang Allah ampuni ketika kamu berunglang kali mengulang dan mencoba mengingatnya dalam memorimu.

Alquran menunggumu,
Karena di akhirat kelak sahabat dapat memberikan syafaat, maka jadikanlah Alquran sahabatmu, sahabat yang dapat menghantarmu ke surga.