Chapter 9 - Royal Wedding

125K 1.6K 0
                                    

King Sinclair sudah berdiri di atas altar kerajaan, ia menggunakan pakaian serba putih dan jubahnya menjuntai sampai ke lantai. Pria itu menunggu mempelai wanitanya untuk berjalan di lorong tengah ruang singgahsana yang sudah diberikan karpet merah.

Para bangsawan, menteri, dan pejabat lainnya sudah menunggu di dalam ruang tersebut sambil sesekali menoleh ke belakang untuk melihat Duchess Deborah Finnegan di depan pintu ganda ruang singgahsana. Namun sampai sekarang, pintu tersebut belum terbuka.

Sudah hampir lebih dari satu minggu, King Sinclair tidak boleh menemui calon istrinya. Setiap kali ia tidak sengaja hendak berpapasan dengan Duchess Deborah Finnegan, para pelayan laki-laki King Sinclair maupun pelayan perempuan Duchess Deborah langsung menghalangi mereka dan memutar balikkan tubuh mereka.

Karena masyarakat Genevua memiliki kepercayaan bahwa selama satu minggu mempelai laki-laki dan perempuan tidak boleh bertemu, karena rumah tangga atau pernikahan mereka akan sial jika hal itu terjadi. Sejujurnya King Sinclair sudah beberapa kali mencuri lihat keadaan Duchess Deborah, karena pria itu sama sekali tidak mempercayai hal-hal konyol seperti itu.

Ketika pintu ganda yang berat itu dibuka, para bangsawan yang berada di dekat pintu terkesiap kagum. King Sinclair Lachowski III mengangkat wajahnya untuk melihat betapa cantiknya mempelai perempuannya yang berada di depan pintu ganda tersebut.

Pria itu tidak dapat berbohong, ia merasa sangat terpesona melihat Duchess Deborah Finnegan mengenakan gaun berwarna putih bercampur emas. Jika dilihat dari kejauhan, gadis itu dapat digambarkan seperti seorang malaikat yang sedang berjalan ke arahnya.

Gaun putih Duchess Deborah terlihat megah dan gadis itu terlihat anggun berada di dalamnya. Musik mengalun lembut saat Duchess Deborah Finnegan dan Duke Roderic Finnegan berjalan di lorong kerajaan itu. Semua orang tanpa terkecuali, membisikkan pendapat mereka tentang gadis itu ke orang di sebelahnya.

Duchess Deborah tersenyum kecil ketika mendengar beberapa orang memujinya. Entah memuji gaunnya, acara pernikahannya, dekorasinya, rambutnya, bahkan wajahnya. Kedua mata Duchess Deborah kembali mengarah ke King Sinclair yang berdiri menunggunya dengan seringai di wajahnya.

Duchess Deborah merasa sedikit penasaran, apa pendapat pria tampan itu tentang dirinya yang berada dalam balutan gaun pernikahannya. Dari ekspresi wajah King Sinclair, pria itu pasti akan memujinya saat ia berdiri di atas altar bersamanya.

Duke Finnegan mengarahkan tangan Duchess Deborah ke arah uluran tangan King Sinclair di atas altar. Sebenarnya hal itu seperti semacam simbolis dari pada King Sinclair memang menginginkannya.

Semacam, aku telah menyerahkan anakku kepadamu. Lalu King Sinclair menjawab aku berjanji akan menjaganya. Padahal ia sendiri tidak tahu apakah ia benar-benar akan melakukannya. Keduanya bergandengan tangan di atas altar itu, semua orang memandang mereka iri karena mereka berdua terlihat sangat serasi. Duchess Deborah memberanikan diri untuk melirik pria itu.

"Bagaimana penampilanku?" Tanya Duchess Deborah merasa percaya diri bahwa ia cantik. Ya, itu memang benar. Tetapi King Sinclair tidak suka untuk mengakuinya. Jika mereka sedang hanya berdua pun, King Sinclair tidak yakin ia akan memuji Duchess Deborah secara terang-terangan. Apalagi sekarang di depan banyak orang, gadis itu pasti akan besar kepala.

"Kamu terlihat biasa saja. Seperti pada umumnya seorang gadis bangsawan yang akan menikah." Jawab King Sinclair datar. Pria itu mencoba menahan kekehannya ketika berpikir dengan jahat, itulah akibatnya jika kamu terlalu percaya diri sendiri.

Kebahagiaan langsung lenyap dari wajah Duchess Deborah. Seakan seluruh bayangan indah acara pernikahannya direnggut dan dihempaskan oleh King Sinclair. Senyum dan cahaya dari wajah cantik itu pun hilang sirna.

Kingdom of GenevuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang