Bagian 1
Dhez
hydrogen.etica
New York, 21 September 2016
Langit malam New York sedang tidak bersahabat, menyelimuti dirinya sendiri dengan awan tebal nan gelap yang menutupi terangnya bulan dan bintang malam itu. Angin malampun berhembus, mencoba membelai setiap sudut yang bisa ia gapai, membagikan rasa dingin yang ia miliki pada setiap orang yang sibuk mengeratkan jaket di pinggir jalan saat ini.
Tak terkecuali pria ini, dengan wajah oriental yang khas Asia, ia menyusuri jalan kota New York yang sudah mulai lenggang. Sangat terlihat perbedaan dirinya dengan orang-orang yang ada di sekitar sana. rambut hitam legam dan mata hitam pekat miliknya, serta hidung yang tak terlalu mancung adalah penanda dia bukan penduduk asli negri paman Sam ini.
Mengehentikan langkahnya, ia mendudukkan diri di sebuah halte bus 09. Menatap ke kanan dan ke kiri dengan awas, seakan ada seseorang (mungkin lebih) yang sedari tadi mengikutinya. Perasaannya mulai terusik ketika melihat dua orang mencurigakan yang berdiri beberapa meter di dekatnya, pakaian serba hitam dan mata yang mengawasi dirinya dengan lekat di balik kaca mata hitam yang mereka gunakan.
"Benar dugaanku." Gumamnya dengan mata yang tetap menatap awas. Tak menunggu lama, ia mengeluarkan telpon pintarnya sebelum menelpon seseorang di seberang sana.
"Serigala terkena lumpur."
"..." Tak ada jawaban.
"Apa yang harus serigala lakukan?"
"kamu tidak idiot bukan?"
"..." Tidak berniat menjawab, ia memilih untuk bungkam. Ia kembali melirik 2 pria berbaju serba hitam tadi dengan awas.
"Bersihkan tubuh serigala."
Tut
Bersamaan dengan itu sambungan telpon tadi terputus begitu saja.
Tidak menunggu lama ia segera berdiri dari duduknya sebelum mulai melenggang pergi dari halte bus 09, diikuti oleh ke 2 orang yang sedari tadi mengawasinya. Makin lama langkahnya semakin panjang dan lebar, begitu pula dengan ke 2 pria tersebut. Tidak lagi berjalan, kali ini mereka saling mengejar.
Entah apa yang di pikirkan oleh pria itu, antara menghindari kejaran atau berbuat nekat, ia melompati pagar pembatas antara jalan setapak dengan jalan bebas hambatan, berlari menerjang lalu lalang kendaraan yang kecepatannya di atas 80 km/jam.
"Sial! Apa dia sudah gila?!" Teriak salah satu pria berpakaian hitam yang mengejar si target. Tidak, mereka tidak senekat itu untuk mempertaruhkan nyawa mereka demi mengejar tikus pembawa informasi.
"Aku tau apa yang akan dia lakukan." Ujar pria lainnya
"Apa?"
"Menghilangkan bukti."
"Dhez!" Teriak Pria itu sebelum menghantamkan dirinya sendiri dengan truk kontainer yang melintas di dekatnya.
"SIALAN! DASAR BAJINGAN!" Teriak pria berbaju hitam tadi melihat aksi bunuh diri yang dilakukan si tikus pembawa informasi.
Keparat bedebah kau, Dhez.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
General FictionJangan berharap banyak, ini bukan seperti kisah cinta yang kalian harapkan. Dimana kalian berharap aku akan mempertahankan gadisku, Zaravanna. Atau cerita bagaimana hubungan kami akan menjadi lebih serius dengan bumbu orang ketiga di antara kami Ata...