Bagian 3
Iblis itu, sedarah denganku
hydrogen.etica
Zanquen tidak banyak bicara selama acara pemakaman yang dilangsungkan di rumah duka, ia hanya memilih diam dengan muka dinginnya dan berdiri di sebelah Zaravanna. Memperhatikan gadis itu yang sesekali menangis sesegukan atau bahkan hampir pingsan. Ia hanya berdiri di sana, dan dengan sigap menangkap Zaravanna jika gadis itu kembali terjatuh.
"Zan." Panggil seorang remaja pria yang Zanquen kenal sebagai teman sekelasnya, Geno.
"Hm?" Jawab Zanquen dingin, seperti biasanya.
"Bisa ngomong empat mata gak?" Gumam Geno dengan suara yang masih mampu didengar Zanquen.
"Nanti aja bisa? Gue masih harus jagain Zara."
"Anna? Nanti aja, lagian dia baik-baik aja kok. Ini lebih penting." Zanquen mengernyitkan dahinya heran, apa yang lebih penting sampai Geno si kutu buku mendesaknya sampai seperti ini?
"Baiklah." Zanquen berjalan mengikuti langkah Geno yang panjang, mencari tempat sepi untuk mereka berdua. Belum sempat membuka suara, Zanquen sudah tersudutkan di dinding gedung itu. Gerakannya cepat, seakan si kutu buku ini benar-benar terlatih.
"Takanama Khazra Zanquen, bukankah aneh kalau kau tau kabar tentang Olpha lebih dulu sebelum keluarga kandungnya?" Seringaian kecil tapi sarat akan aura pembunuh tampil di bibir Geno, matanya menyorot tajam ke arah Zanquen yang menurutnya ada di bawah kendalinya.
"Namamu juga unik. Takanama. Seperti nama pimpinan pengkhianat Yakuza yang lari ke Indonesia 20 tahun yang lalu bukan?" Tidak merasa kaget sama sekali, Zanquen hanya berdiri diam. Mendengarkan apa yang akan diutarakan Genovevo Alucart. Cepat atau lambat, kata Takanama memang akan menarik perhatian musuh-musuh orang itu.
Takanama Khazra Zanquen, tidak banyak yang akan kalian ketahui tentang dirinya. Sekalipun itu Zaravanna yang notabenenya teman semasa kecil Zanquen. Nomor telpon, alamat rumah, tanggal lahir, bahkan makanan kesukaan bukanlah informasi yang mudah kau dapatkan ketika mengenalnya. Hanya nama dan sikap dingin dan tertutup tapi gentle yang akan kau dapati darinya setelah sekian lama mengenal sosok ini.
Ya, dia berhasil seratus persen bahkan lebih untuk menutupi identitasnya sebagai anak pembunuh nomer satu di Indonesia. Takanama Yosou.
"Lalu?" Jawab Zanquen lebih dingin dari biasanya. Ia muak di hubung-hubungkan dengan orang itu.
"Lalu? Lucu juga kau" Tawa Geno meremehkan, "Lalu, aku percaya bahwa kematian Olpha ada sangkut pautnya dengan keluarga Takanama. Entah itu ayahmu atau kakak perempuanmu. Kira-kira bagaimana tanggapan Anna jika tau kaulah alasan mereka berdua membunuh Olpha?"
"Kau juga lebih lucu, hai anjing keluarga Alucart." Tak diduga, Zanquen membalikkan keadaan dengan menarik sekaligus mendorong tubuh Geno kuat-kuat ke arah dinding dan mencekiknya. Membuat beberapa tetes darah keluar dari mulut si kutu buku.
"Aku tidak punya ayah, ataupun kakak perempuan. Aku hanya punya ibu sial yang menikah dengan laki-laki bejat dan terlahirlah aku. Dan berhentilah bicara omong kosong tentang Takanama di namaku dan berhenti sok tau tentang aku." Desis Zanquen dengan wajah tanpa ekspresi dan tanpa emosi khas miliknya. Ia mengeratkan cengkraman di leher Geno, membuat orang itu batuk darah.
"Genovevo Alucart, sepertinya ada yang kurang. Oh iya, Genovevo Alucart Reshamdika. Anak angkat dari pembunuh bayaran para pejabat negara. Hanya anak angkat." Geno membelalakkan matanya ketika mendengar ucapan Zanquen, bagaimana dia tau? Sial! Bahkan nama Takanama itu benar-benar menunjukkan kekuasaan yang dia punya.
"Satu, hidup. Dua, mati." Tanpa perasaan, Zanquen melempar tubuh Geno ke tanah dengan satu tangan, meninggalkan Geno yang meringis kesakitan karena tenaga yang tidak kira-kira itu.
"Olpha akan menuntut balas kematiannya padamu Zan!" Teriak Geno yang menghentikan langkah Zanquen untuk pergi.
"Baguslah. Tidak masalah. Memang seharusnya begitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
Fiction généraleJangan berharap banyak, ini bukan seperti kisah cinta yang kalian harapkan. Dimana kalian berharap aku akan mempertahankan gadisku, Zaravanna. Atau cerita bagaimana hubungan kami akan menjadi lebih serius dengan bumbu orang ketiga di antara kami Ata...