Bab 2

42 7 0
                                    

Hari ini hari pertama Sam masuk kerja. Ia mengenakan sebuah jas berwarna abu-abu. Elegan. Di hari-hari sebelumnya ia sudah memburu beberapa perusahaan basis perkantoran, dan inilah harinya dimana ia memulai tujuannya. Tentu saja Sam akan berhasil. Dari dulu ia seakan tidak pernah dihalangi oleh apapun. Seolah rintangan-rintangan tersebut segan kepadanya.

Sayangnya kini telah berubah. Ada satu hal yang merusak kesempurnaannya tersebut. Satu hal yang menjadi awal rintangan-rintangan tersebut mulai berani menyinggung lelaki itu.

Kusempatkan beberapa menit untuk membaca ulang karangan ayah di dalam mobil bosku. Karena aku merasa sehabis membacanya, aku lebih merasakan energi positif. Lebih optimis memulai hari. Usai membaca, aku jadi teringat nametag yang tidak sengaja terbawa olehku kemarin. Teringat akan kesamaan nama yang ada di nametag tersebut dengan nama tokoh dalam karangan ayah. Sangat disayangkan bahwa waktu itu aku tidak dapat kesempatan melihat wajahnya dengan jelas. Tidak dapat memastikan apakah lelaki itu juga sama *ehem* tampannya.

Suasana hening. Hanya terdengar mesin mobil yang sedang melaju. Ingin mencairkan suasana tersebut, namun apa daya nyali tak sampai. Aku pura-pura tenang, memandangi hiruk-pikuk pemandangan luar. Di sampingku pak Rudi begitu fokus dengan kendali setirnya. Begitulah beliau. Terlihat misterius jika belum kenal dengan baik. Hanya akan membicarakan hal-hal yang perlu dibicarakan. Selebihnya tidak.
Termasuk aku, aku baru magang di perusahaannya tiga hari yang lalu. Entah karena aku belum berpengalaman bekerja sebelumnya ataukah memang bosku ini yang sifatnya tempramental, namun aku merasa senjang dengan dengan hari-hari awal bekerja ini.

Namun di samping rasa gelisah ku tersebut, ada sepercik perasaan bangga. Ya, bangga karena rasanya aku termasuk orang yang hebat. Bagaimana tidak? Di usiaku yang genap 18 tahun ini aku bahkan sudah magang di perusahaan.

"Saya ingatkan. Kamu jangan berbangga dulu. Kamu bukan satu-satunya pekerja yang paling muda kok nanti di kantor."

Deg. Orang ini baca pikiranku ya?

"Ah haha. Nggak juga kok pak. Saya tidak berpikiran seperti itu."

Beberapa saat kemudian terdengar smartphone milik pak Rudi berdering. Ada telpon masuk tampaknya. Lantas bosku itu pun mendekatkan smartphone-nya ke telinganya. Hanya terdengar beberapa jawaban singkat seperti ya, nanti saja, dan oke yang berulang-ulang.

"Jam berapa?" Tanyanya kemudian.

"Jam 08:15, pak." Jawabku setelah menengok arloji silverku.

"Sekolah kamu bel masuknya jam 09:00 kan?"

Aku mengangguk.

"Oke kalau gitu kita ke kantor dulu."

Sekali lagi aku mengangguk.

***

"Eh, mana orangnya?" Bisik Sam pada Garrix, sahabatnya.

"Udahlah bro. Tunggu aja. Lo nggak sabaran banget sih. Orang baru ditelpon juga,"

"Gue paling ogah nih sama yang biasanya nggak bisa on-time."

Mereka berdua sudah menunggu seseorang kurang lebih selama tiga puluh menit -- ketika pukul 07:30, sambil menunggu di ruang tamu perusahaan tersebut. Mulai dari disediakannya hidangan minuman teh dan beberapa kue kering hingga hidangan tersebut habis. Menunggu adalah hal yang paling tidak disukai oleh Sam.  Selain itu ia berkepribadian yang amat sangat disiplin.

Berkali-kali Sam menengok jam tangannya. Jarum jam bergeser semenit saja Sam sudah mendengus kesal. Garrix pun tak masalah dengan sikap sahabatnya tersebut karena sudah biasa dengan hal itu. Sudah memaklumi.

"Bro, inget. Lo cuma pegawai baru. Kalaupun bos lu nanti telat lagi kaya gini, dia tetep bos lu. Lo nggak bisa ngelawan seenaknya." Tegur Garrix lalu. Sam terdiam.

Usia Garrix dengan Sam selisih tiga tahun. Garrix lebih tua daripada Sam. Karena itu, ada kalanya Garrix lebih dewasa dan dapat mengingatkan kawannya tersebut. Ya, walaupun Garrix cenderung sanguinis sehingga lebih banyak berguraunya dibanding sikap seriusnya, namun untungnya kadang kala ia dapat diandalkan ketika saat-saat seperti ini.

Kemudian datanglah mobil Honda jazz putih menuju basement beberapa menit setelahnya. Pemilik mobil itulah yang mereka tunggu-tunggu dari tadi.

***

Mobil tiba pada tujuannya setelah tiga puluh menit dalam perjalanan. Aku turun dari mobil dan langsung menuju kantor tempatku magang.

Sesampainya di kantor, aku melihat sosok yang baru bagiku. Laki-laki mengenakan jas abu-abu dan ditangannya terdapat beberapa tas dan map. Pegawai baru? Kulihat dari wajahnya sepertinya ia masih muda. Seperti sebaya denganku.

Pak Rudi tau-tau sudah di sampingku ketika aku baru menyadari bahwa aku tidak terus berjalan karena terlalu fokus pada lelaki "baru" tersebut.

"Melodi, perkenalkan ini pegawai baru kita. Ayo nak perkenalkan dirimu."

Lelaki itu berdiri dan mengulurkan tangannya padaku.

"Saya Samudra Ilham. Pegawai baru di perusahaan ini. Mohon kerjasamanya."

Sontak aku menatapnya cukup lama.

"Asal kamu tahu. Dia seumuran loh sama kamu." Bisik pak Rudi kemudian.

Bisikan singkat dari pak Rudi tersebut menambah rasa terkejutku.

RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang