Udara begitu dingin. Ya, berada di Pyeongchang disaat musim dingin sebenarnya pilihan yang tidak terlalu baik. Suhu udara disini benar-benar dibawah standart manusia. Bisa membekukan kulit yang terpapar udara secara langsung.Tapi tidak dengan di dalam coffee shop ini. Suasananya sangat hangat, beberapa krans dedaunan menjadi penghias di jendela kaca, ditambah kain putih berenda memanjang di kanan kirinya, menambah kesan hangat yang menyegarkan di dalam.
Ada beberapa pengunjung lain duduk di beberapa sudut, saling bercengkerama dan tersenyum, memberikan bukti nyata jika tempat ini memang nyaman untuk bertemu kawan lama dan saling bertukar cerita.
Kesan cukup hangat pun dengan adanya perapian di sudut ruangan, ada sepasang raket dari kayu yang dipajang saling melintang diatasnya.
Meski Yoora duduk cukup jauh dari perapian. Bukan perapiannya yang membuat hangat, bukan, tapi sosok di hadapannya yang tengah tersenyum manis begitu menghangatkan hatinya, membawa kembali kilasan kebersamaan mereka dulu. Cukup menghadirkan kembali debaran jantungnya yang selalu menggila saat mereka bersama dulu.
Keduanya saling menatap, menyalurkan rindu yang hanya masing-masing dari mereka yang mengetahui seberapa dalamnya.
Yoora rindu, rindu sekali. Rasanya ingin menangis saat menatapnya didepan mata seperti ini. Sejenak Yoora beralih, mengacak rambut Jimin gemas saat menyadari bahwa sahabatnya itu sekarang bertambah matang dan tampan, meski masih begitu menyegarkan.
"Bagaimana kabarmu, Jim? Aku tak pernah melihatmu lagi semenjak lulus."
Jimin tersenyum, cukup lebar dan mampu membuat Yoora tercekat di setiap tarikan nafasnya.
"Kabarku baik. Seperti yang kau lihat sekarang." Jimin mengerling menatap Yoora, membuat wajah Yoora memanas seketika. Yoora yakin wajahnya memerah sekarang, beruntung udara cukup dingin, setidaknya membuat Jimin berpikir jika wajah Yoora merona karena dingin.
"Semenjak lulus, aku ke Amerika, mengambil kuliah bisnis disana sebelum kembali kesini untuk mengembangkan resort nenek disini."
Senyum Yoora terkembang, dalam ingatannya masih sama. Jimin yang selalu terbuka padanya tanpa menutupi apapun. Jimin pula yang selalu hangat dalam bercerita.
"Kau bagaimana, Yoora?"
Yoora mengambil bantal kecil untuk ditempatkan di atas pangkuannya. Menyecap coklat hangat sedikit untuk kembali merasakan manisnya, meski sebenarnya Jimin yang ada di hadapannya jauh lebih manis.
"Aku masih menetap di Seoul, menjadi pegawai bank cukup membantu kehidupanku disana."
Jimin kembali tersenyum, menatap bangga ke teman perempuannya yang begitu disayanginya.
"Kau tidak berubah, Yoo. Masih begitu menikmati hidupmu, sama seperti Yoora yang kukenal dulu." Yoora terkekeh pelan, menatap Jimin hangat untuk membalas perkataan Jimin.
"Kau juga masih sama, Jim. Begitu hangat dan membuat orang disekitarmu bahagia, masih sama seperti Jimin yang ku lihat dulu."
Keduanya diam, udara dingin di dalam cafe itu cukup menjadi saksi bagaimana kedua manusia itu nampak malu-malu saling menatap dan masih saling menganggumi dengan sembunyi-sembunyi. Saling memberikan perhatian yang mampu membuat keduanya berharap mendapatkan lebih dari apa yang pernah dipikiran mereka dulu.
Jika ada waktu lebih, mereka mungkin bisa saling jujur dengan perasaan masing-masing.
Namun tidak, tidak sekarang waktu yang tepat untuk memulai semuanya. Tepat saat lonceng pintu berbunyi, membuat udara dingin diluar menerobos masuk sebelum kembali tertutup rapat.
Hingga kemudian tatapan mata Yoora dan Jimin harus terputus saat dari arah pintu terdengar teriakan yang cukup membuat mereka menoleh seketika.
"Jimiiiin, Yooraaaaa."
Jimin dan Yoora menoleh, menatap tiga sosok tengah mendatangi mereka dengan senyum lebar mereka.
"Taehyuuung, Jungkoook, Hanaaa."
Yoora berteriak, merangkul Hana untuk mencium kedua pipinya sebelum beralih dengan sosok Taehyung dan Jungkook dibelakangnya.
Dan kembali seperti dulu, Yoora langsung memeluk erat keduanya sebelum kembali meminta gendong di punggung oleh Jungkook. Ya, Yoora paling suka di gendong di punggung oleh Jungkook dulu sekali.
Dan kini dengan senang hati Jungkook menggendong Yoora hingga menjatuhkannya kembali di kursi cafe sebelum menyapa Jimin dan memeluknya.
Tak perlu waktu berlama-lama disana karena tujuan mereka adalah tempat lain yang lebih membuat mereka merasakan kebersamaan mereka dulu sekali,
"Ayo, berangkat sekarang!"
Dan ajakan Jimin membuat Yoora langsung bersiap mengambil beberapa peralatannya sebelum kembali menempel pada Jungkook untuk meminta gendong di punggung lagi.
Cafe kembali hening sepeninggal Yoora dan Jimin, meninggalkan beberapa kenangan kembali akan mulai munculnya perasaan yang lama yang telah terbenam.
- February 25, 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect ✔️
Fanfiction[ COMPLETE ] "Hei Jim, senang bertemu denganmu lagi." Menemukan cinta seorang Park Jimin yang sempurna.