Ada dunia di sekelilingmu. Ada aku di sampingmu. Namun, kamu mendamba rasa sendiri itu.
-Dee Lestari-●●●
Author
"Pak Tigor lihat deh ada cewek cantik lewat!" seru Renata tiba-tiba.
Plak!
Raka menepuk jidatnya. Inikah yang Renata maksud dengan ide cemerlang? Demi mie ayam Pak Dadang harusnya dia memang tidak berharap lebih kepada Renata.
"Eh, kamu masih bocah sudah mau menipu, ya? Mau saya panggilkan guru BK?" kata pak Tigor geram.
"Eh gak perlu, pak. Maaf teman saya yang satu ini otaknya emang agak geser," sahut Raka kemudian langsung menarik lengan Renata untuk segera naik ke atas motornya.
●●●
"Raka," sahut Renata memecahkan keheningan diantara keduanya.
"Hm."
"Maaf, gue bego."
"Iya aku tau. Gak usah diperjelas," jawab Raka datar dan langsung disambut oleh timpukan maut dari Renata.
"Sekarang kita mau kemana, Ka?" tanya Renata.
"Aku juga gak tau sih. Gimana kalau mall aja? Aku mau mampir ke toko buku."
"Emang kesana mau ngapain?"
"Yah menurut lo aja sih, Ren. Kayaknya enak deh buang hajat sambil baca novel di toko buku," jawab Raka sarkastik.
"Gue serius, Ka," sahut Renata yang kembali memukul helm Raka.
"Bego kok dipelihara sih, Ren? Kalau ke toko buku ya beli buku lah. Ya kali beli cilok," jawab Raka. Renata hanya cengengesan di belakang Raka.
Beberapa menit kemudian mereka sampai di depan pusat perbelanjaan tersebut. Dan...
"Sekarang jam berapa, Ren?" tanya Raka dengan raut wajah yang berubah.
"Delapan lewat dikit. Emang kenapa?" jawab Renata sambil melihat jam tangan merah muda di tangan kirinya.
"Belum buka, Ren. Gimana dong?" ucap Raka dengan nada kecewa. Pasalnya dia ingin membeli buku kumpulan soal matematika yang baru karena semua soal di rumahnya telah ludes dia kerjakan.
"Raka begonya gue kok nular ke elo, sih?" kata Renata. "Eh ada es dawet tuh, Ka. Renata cantik haus banget nih." Kode keras.
Yang rencana awalnya mau beli buku lalu nongkrong ala anak hits kekinian di Starbucks pun berakhir dengan duduk-duduk gemes di pinggir jalan sambil minum es dawet plus makan cireng. Hidup memang penuh kejutan. Kita sebagai manusia hanya bisa merencanakan, sisanya Tuhan yang atur. Hehe.
●●●
Raka Albifardzan
Argh, gagal sudah rencanaku buat bolos sekolah ala-ala anak keren di sinetron yang sering ditonton oleh Gisel. Aku malah terjebak bersama Renata dengan es dawet dan cireng yang amat dia cintai.
"Biblio Cafe yuk, Ren," ajakku. Aku sudah muak melihat abang-abang cireng yang lagi video call-an sama pacarnya sambil sayang-sayangan.
"Emang Biblio sekarang jualan es dawet?" tanya Renata dengan polosnya. Please deh, Ren. Sekali aja kamu pinteran dikit. Untung sayang.
"Ikut aja lah, Ren," kataku lalu menyeret Renata untuk naik ke atas motor setelah membayar makanan kami.
Renata yang masih melongo mau saja ku seret-seret lalu segera naik ke motor. Tak lupa aku memakaikannya helm. Demi keselamatan otak Renata yang jarang terpakai. Apaan sih, Ka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Parallel
Teen FictionKatanya sih, tak kenal maka tak sayang. Tapi buktinya? Aku udah kenal doi dari zaman neolitikum tapi doi gak sayang-sayang sama aku tuh. --Raka