Sepulang sekolah seperti biasa Mesha pulang bersama Adam. namun Mesha heran karena sedari tadi Adam hanya terdiam tidak berbicara sepatah kata pun. Wajah Adam juga kelihatan menyimpan amarah di balik muka dinginnya. Perasaan ragu meyelimuti Mesha. Walau pun akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya.
"Dam. Gimana pertandingan kemaren? Tim kita menang kan?" Kata Mesha basa-basi. Mesha tambah ragu karena Adam hanya diam. "Kata Dion, permainan kamu bagus. Oya selamat ya." Mesha mengulurkan tangannya. Namun Adam hanya diam dan membuat Mesha sedikit kesal.
"Dam. Kamu lagi ada masalah? Cerita aja dari pada kamu ngediemin aku kayak gitu terus. Nggak asik tau." Kata Mesha setengah menatap Adam.
"Lo bener. Gue emang nggak asik. Makanya lo lebih milih jalan sama monyet itu dari pada dateng ngliat pertandingan gue." Kata Adam tiba-tiba.
Mesha seperti tersambar petir nyasar. Ia tak dapat berkutik untuk memberi penjelasan pada Adam. "Iya. Aku memang pergi sama Adam. sorry kalo kemaren pas kamu ke rumah, aku belum pulang."
Kemudian Adam memarkir mobilnya di pinggir jalan dekat taman kota yang sepi pengunjung. "Kenapa lo nggak terus terang aja kalo pergi sama monyet itu?"
"Kalo aku jelasin. Pasti kamu juga nggak bakal ijinin kan?"
"Karena gue nggak suka lo deket-deket dia. Gue harap lo bisa hargain gue sebagai cowok lo."
"Dam. Aku berhak deket sama Rey. Lagian kamu tau kalo aku suka sama Rey. Bentar lagi kita bakalan putus. Aku nggak mau kalo terus-terusan kepikiran kamu. Aku pengen balik ke dunia aku lagi saat sebelum kamu datang." Mesha tertunduk. "Aku juga sadar kalo aku nggak pantas jadi pacar kamu kamu. Dan kayaknya Marisa lebih cocok jadi pacar kamu."
"Marisa? Jadi kamu pikir aku suka dengan Marisa?"
"Udahlah Dam. Bentar lagi kita pisah. Dan kita kembali kayak dulu lagi. Dan tolong aku minta kamu jangan larang aku deket sama Rey karena itu semakin membuat aku terjerat dan nggak bisa lepas dari kamu. Aku seperti beneran jadi pacar kamu." Mata Mesha berkaca-kaca. Perlahan butiran kecil air mengalir ke pipi Mesha.
Adam memegang erat tangan Mesha dan menatap tajam mata Mesha. "Kalo lo nggak bisa nglepasin gue. Tolong. Jangan lakuin itu." Adam menyeka air mata Mesha. "Kita bisa hapus sandiwara ini. Kita mulai semuanya dari awal. Gue pengen lo jadi pacar gue beneran." Terasa wajah Adam begitu dekat dengannya. Jantung Mesha berdetak sangat cepat seperti kereta express.
Tiba-tiba saat Adam mencoba mencium bibir Mesha, tangan Mesha reflek menampar pipi Adam. PLAK. Adam mengurungkan niatnya dengan ekspresi kecewa. "Sorry Dam. Aku nggak bisa. Aku nggak mau jadi pacar kamu sedangkan setengah dari hatiku ada pada Rey. Aku nggak mau nyakitin kamu terus."
Adam kemudian meyalakan mesin mobil segera mengantar Mesha pulang. Sampai di depan rumah, Mesha tidak langsung turun.
"Dam. Makasih buat semuanya." Kata Mesha sambil membuka pintu mobil.
"Cha. Besok mama berangkat ke Amrik. Besok tolong dateng ke bandara ya1" Kata Adam masih mencoba untuk tersenyum. Dijawab dengan anggukan Mesha.
.....
Mesha menepati janjinya mengantar mama Adam ke bandara. Mama Adam terasa berat harus meninggalkan Adam. Mesha sangat mengerti karena tante Sofie sangat menyayangi Adam. tetapi sebagai istri yang baik, beliau harus menemani sang suami.
"Cha. Tante titip Adam ya. Pokoknya kabar yang tante tunggu adalah komitmen kalian selanjutnya." Kata tante Sofie pada Mesha sambil membelai rambut Mesha.
Mesha seperti ingin menangis. Ingin rasanya ia jujur. Kemudian Mesha sejenak menoleh ke Adam yang sedari tadi melihat kedekatan Mesha dengan mamanya. Adam seperti ingin menunjukan kalau Mesha tidak boleh seenaknya memutuskan hubungan dengannya.
"Ma. Adam bisa jaga diri Adam sendiri kok." Kata Adam ketika melihat air mata Mesha yang mulai mengalir. "Lagian kita masih SMA. Semua masih bisa berubah." Perkataan Adam sungguh dingin membuat hati Mesha rasanya bertambah beku.
Tante Sofie tersenyum. "Ya udah. Kalo gitu kamu yang jaga Cacha. Iya kan Cha?" tante Sofie mengusap air mata Mesha. "Lho kamu kok nangis? Harusnya kan Adam yang nangis."
Mesha tersenyum pahit. "Cacha mewakili Adam kok tante." Jawaban Mesha yang asl-asaln untuk menutupi sedihnya membuat tante Sofie tertawa kecil.
"Kamu ini lucu. Wah udah mau take off tuh. Dam mama pergi ya. Cha tante pamit ya. Oya salam buat mama sama papa kamu." Kata tante Sofie sebelum menaiki pesawat.
Mereka berdua menunggu pesawat yang ditumpangi tante Sofie sampai benar-benar tidak terlihat. Keadaan terus hening sampai Adam mengatakan hal yang sangat menusuk hati Mesha.
"Sekarang lo udah bukan cewek gue." Kata Adam saat sedang melihat hilangnya pesawat. "Bukannya itu yang lo ingin?" Kemudian mereka berdua bertatap-tatapan.
"Tapi ku pikir kita masih bisa menjalani suatu yang baru sebagai teman."
Adam hanya tersenyum dan meninggalkan Mesha. Kemudian menoleh kea rah Mesha yang masih terdiam. "Lo nggak bakal bisa jadi temen gue."
.....
Di kamarnya, Mesha hanya bisa termenung memikirkan Adam. pikirannya kalut. Merasa sangat bersalah dengan Adam. Mesha masih ragu dengan keputusannya. Dan terlintas perkataan sepupu Adam, Karin. Kalau benar Adam benar mencintainya, kenapa tidak pernah jujur. Malah terkesan berputar-putar membuatnya bingung dan ragu. Tidak seperti Rey yang to the point dan membuat Mesha yakin bahwa Rey yang akan sanggup mengisi hatinya.
bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
INI BUKAN CINTA
Novela JuvenilNggak ada yang lebih tinggi lagi dari kata C-I-N-T-A. Ketika kamu sudah bertemu cinta, kamu juga akan bertemu dengan yang namanya pengorbanan. Karena tidak ada cinta yang benar-benar nyata di dunia ini tanpa pengorbanan. Jangan langsung percaya keti...