Archimedes

128 11 0
                                    

Rasanya malam ini aku dibuat kenyang oleh kenangan. Ditemani oleh detak jam dinding yang bergerak pelan – pelan. Tanpa kusadari waktu menunjukkan tepat pukul dua belas malam. Langit masih gelap tanpa bulan, seolah ikut merasakan melankolinya diantara gerimis yang menyentuh dedaunan. Bandung, langit temaram, buku dan gerimis, seolah menjadi perpaduan yang pas. Akhirnya aku memutuskan untuk beristirahat. Terlalu lelah untuk memendam rindu sendirian. Sementara masih ada hari yang harus dilewati. Sendiri, untuk sementara waktu ini. Tanpa seseorang yang dirindukan.

04 : 00 AM. Alarmku berdering. Aku bangun dengan hati yang pegal. Dengan setumpuk rindu yang masih melekat disana. Aku bergegas mengambil air wudhu lalu shalat sunah dua rakaat. Mencurahkan segala harapan dan cita – cita. Meminta kepada sang pemilik cinta agar kelak hatiku dan hatinya dipersatukan dalam goresan takdirNya. Ah, terlalu berharap sepertinya.

Rasanya aku malas sekali untuk mengawali hari. Jika bukan karena ingin bertemu sahabatku, ingin rasanya aku dispen dari rutinitas hari ini. Lalu tujuanku untuk berangkat ke sekolah itu karena apa? Ya Allah semoga engkau senantiasa meluruskan niatku. Tiba – tiba lamunanku dibuyarkan oleh kehadiran Athala. Pria yang tingginya tidak jauh berbeda denganku. Semua orang bisa mengenali Athala melalui prestasinya. Dia terbilang siswa aktif disekolahnya. Seringkali menjuarai olympiade di bidang SAINS.

“Cieelah, anak cewek masih pagi udah ngelamun aja. Ngelamunin apa hayo? Lah si gue mah gak usah dilamunin kali ah.” Kita sudah bersahabat sejak lama. Semua rahasiaku ada padanya. “Ih apaan sih, suka sibuk deh.” Namun aku merasa bahwa dia mengetahui apa yang sebetulnya sedang aku alami, teringat kenangan, bukan mantan. Karena kita belum jadian, lebih tepatnya lagi tidak akan jadian. Ah, entahlah mungkin langsung khitbahan. Hehe. “Jangan bilang soal Fatih lagi.” Tebaknya, namun benar. Aku hanya diam saja.

“Gini ya, konsep mencintai itu simple sebenarnya. Memberi tanpa mengharap. Kamu masih naksir sama dia ya wajar, yang gak wajar itu kalo kamu maksa dia buat tetep balik suka sama kamu. Gini ceritanya, bukan tulus lagi namanya.” Dia memang terlihat lebih dewasa dariku. “Yakali, gak ada yang maksa juga Tha.” Aku bergumam pelan sambil membuka acak setiap halaman dari buku fisikaku. Tiba – tiba dia menjegal tanganku. “Nah, gini nih diibaratkannya.” (menunjuk materi tentang hukum archimedes).

“Kalau massa benda diibaratkan sebagai cewek dan massa jenis zat cairnya adalah cowok. Bakalan gini jadinya kaya hukum archimedes ini.” Aduh, absurd sekali bathinku. “Gimana sih maksudnya?” aku masih tidak mengerti dengan apa yang ia katakan.

“Ya kalau misalnya cinta seorang cewek lebih besar dari cowoknya, yang ada malah si ceweknya akan tenggelam dalam perasaanya sendiri, kan nyesek. Ya gak sih?”
“Terus hubungannya sama dua konsep yang lain apa?” masih saja aku menanggapinya, cukup seru. “Sebetulnya sama aja. Dua konsep yang lain itu adalah terapung dan melayang. Nah, kalo misalkan terapung itu diibaratkan si cowok yang naksir duluan sama ceweknya. So, dia akan melakukan hal apapun yang ceweknya suka. Otomatis lama kelamaan si ceweknya baper kan? Karena kodrat perempuan itu apa apa ngandelin perasaan. Nah, terbang kan tuh cewek. Padahal, menurut hukum gravitasi, setiap benda yang dilempar ke atas pasti akan jatuh. Ya otomatis karena sering dibikin ngefly bakal jatuh juga ujungnya. Nah kalo melayang, itu ibarat sepasang cewek dan cowok yang saling suka tapi gak ada niat keseriusan. Ya larinya ke pacaran, statusnya gantung. Dihalalin enggak, ditinggalin masih sayang. Gak ada mendingnya deh.” Urainya panjang lebar. Dasar kuncen anak MIA, kerjaannya baper sama rumus – rumus. Bathinku dalam hati.

“Dari ketiga itu, kamu bilang gak ada mendingnya kan? Yang dua bikin ceweknya terus – terusan makan ati, dan satunya lagi gak ada kepastian diantara keduanya. Ah aku lebih milih seperti fluida statistika aja deh, kalo dalam rumus fisika fluida itu didefinisikan sebagai aliran, dan statis itu diam, maka menurut versiku fluida itu diibaratkan sebagai cinta, jadi fluida statistika adalah berupaya untuk mencintai dalam diam. Iya diam saja. Diam – diam mendo’akan, mempersiapkan, dan memperbaiki diri. Bukan untuk calon, melainkan ikhlas lillahi ta’ala. Bukankah Allah itu maha adil? Cahaya akan bertemu cahaya. Bahaya akan bertemu bahaya. Tulang rusuk tidak akan tertukar Ia akan senantiasa kembali pada pemiliknya.” Lah, kok jadi ikut ketularan ya. Benar kata dia, cewek itu mudah baper.

“Tepat sekali ! mulai sekarang ayo move up ! belajar mengikhlaskan, jangan terus menerus difikirkan karena hanya akan menambah beban. Lebih baik kamu fokus pada pendidikan dan karirmu di masa mendatang. Toh, kalaupun berjodoh dia pasti akan kembali.”

“Tapi kok move up bukan move on? Apa bedanya ya?” aku masih penasaran. “ Move on itu melupakan untuk kemudian pindah ke lain hati. Ya ujung – ujungnya harus siap patah hati lagi. Kalau move up itu memaafkan dan melupakan untuk kemudian kembali pada Sang Pemilik Hati. Jadi pilih yang mana?” dia memberiku pilihan. “Ya aku mau move up saja deh, bismillah. Makasih ya Tha. Kayaknya aku harus belajar banyak dari pakar sepertimu, hehe.” “Ah dasar cewek, gitu aja baper. Sans aja kali.” Dia memang sahabat terbaik, kata – katanya selalu menentramkan hatiku yang seringkali dirundung pergolakan bathin.

Ada benarnya juga, mungkin ini semua diibaratkan sebagai remidial cinta. Ketika kita terus menerus diuji dengan masalah yang sama, namun kita tetap saja tidak mampu melewatinya, itu artinya kita belum lulus dari ujian tersebut. Semakin seseorang itu mengaku beriman, maka ujiannya pasti akan lebih hebat dari itu. Belajarlah untuk memendam rasa, belajarlah untuk mencintai dengan ikhlas, dan memendam rindu diam – diam. –Walau Berat. Dengan catatan tidak berharap kepada makhluk ciptaanNya agar kita tak lagi terjerumus dalam remidi cinta yang ke sekian kalinya. Karena pada hakikatnya jatuh cinta adalah patah hati yang sementara. Dan manusia adalah sumber kekecewaannya. Karena cinta sejati hanya terjadi ketika akad sudah berlangsung dan kedua insan sudah saling bertautan hati. Berjanji sehidup semati dengan tujuan untuk beribadah dan mencari Ridho-Nya.

JarakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang