chapter 6

2.3K 269 12
                                    

Jalanan jakarta yang lenggang malam ini, di sertai semilir angin yang cukup kencang tak menyurutkan senyum manis kinal. Walau kini langit sudah terlihat mendung dan bulir air langit pun mulai turun dan menimbulkan suara gemericik, tak memudarkan kebahagiaan di hati kinal. Entah apa yang membuat ia merasa demikian? Apa ini efek veranda? Mungkin!! Siapa pun yang dekat atau jalan bersama gadis yang memiliki paras bidadari itu akan tertular aura positif. Mungkin? Ya mungkin begitu...

Tepat pukul 23.00 malam, kinal sampai di kediaman nya. Tentu nya di kost-kosan yang hampir 3 tahun ia huni. Tubuh nya yang setengah basah membuat ia menggigil. Entah mengapa hujan kali ini teramat dingin, walau ia memakai jas hujan. Namun tetap saja seluruh tubuh nya basah karena hujan yang mengguyur ibukota cukup deras. Kinal berlari kecil, namun ia pasti kan langkah kaki nya tak membuat gaduh. Sudah larut, ia tak enak jika mengganggu penghuni kost lain nya.

"Baru balik nal? Hujan deres gitu, ga bawa jas hujan apa? " tanya viny yang melihat kondisi kinal dengan pakaian basah.

kinal menghentikan aktifitas membuka kunci kamar nya. Lalu menoleh ke arah datang nya suara tersebut.

"Eh, viny... Iya nih, pake jas hujan tetep aja basah kuyup. Belum tidur lo? " tanya kinal balik.

"Belum, anak-anak ngajak main karambol.. Mau ikutan kagak? "

"Nggak deh... Gue ngantuk, duluan vin"

Viny mengangguk. "jangan mandi Nal, entar demam! " teriak Viny bertepatan dengan pintu kinal yang tertutup.

Kinal, melepas pakaian nya yang basah. Mengambil handuk dan memasuki kamar mandi untuk membasuh tubuh yang terkena hujan. Mungkin ia tak mendengar peringatan viny, atau memang tak peduli?

Selesai dengan kegiatan bersih-bersih. Kinal mulai merebahkan tubuh dengan selimut melilit di tubuhnya. Rasa dingin terasa semakin menusuk, kepala nya mulai berat dan saluran pernafasan nya yang sedikit tersumbat membuat ia sulit bernafas.

"Hatttssiiimmm... "

Suhu badan nya mulai naik, namun karena mata nya yang sudah berat. Ia pun mulai terlelap. Yang ia inginkan hanya tidur saat ini.

'Nyesel gue kagak denger omongan lo vin... Hhhhh'

___

Dering telfon di ponsel kinal terus berbunyi. Namun si pemilik tak terusik sedikit pun, wajah nya terlihat pucat. Rasa pusing yang menyerang nya tak kunjung hilang dari semalam.

Nada dering di ponsel kinal kembali berbunyi untuk ke sekian kali. Kinal sedikit memaksa kan untuk membuka mata yang teramat berat ini. Nama Veranda tertera di sana, tanpa ragu ia pun menjawab nya.

"Halo ve" ucap kinal lemah

"Halo kinal? Kamu ga papa kan? Aku telfonin dari semalem, tapi nggak di angkat terus sama kamu nya. Semalem hujan deres waktu kamu pulang, kamu nggak kehujanan kan? Aku juga nge-chat kamu tapi belum kamu buka. Kamu ga kenapa-napa kan? Kinal?"tanya ve dengan segudang pertanyaan dan juga ke khawatiran.

Kinal tersenyum kecil mendengar segala pertanyaan yang mengarah ke perhatian itu.

"Ve, kamu nanya atau nodong sih? Haha... Aku nggak papa kok? " elak kinal.

"Bohong!! Suara kamu lemes gitu. Kamu sakit? Pasti semalem kehujanan, terus kamu mandi deh? Ya 'kan? "cerca veranda.

"Hehehe.. Ia semalem kehujanan sedikit, terus karna nggak betah, aku mandi deh" sahut kinal dengan kekehan.

Sedangkan di sebrang telfon terdengar suara decakan dan helaan nafas panjang.
"udah minum obat? Kamu pasti belum sarapan deh"ucap ve lagi.

Meet AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang