3.

141 16 0
                                    


Jika Hujan menganggap langit adalah rumah, lantas mengapa langit menjatuhkan hujan berkali kali. - Qian Kun

-----

Dua orang lelaki sedang duduk memperhatikan seorang gadis berambut sebahu sedang mencoba membuat kopi sendiri. Ia dengan percaya dirinya mengatakan membuat kopi itu mudah sekali. Sekarang gadis itu sedang menggiling kopi dengan penggiling kopi manual, bukan dengan mesin.

Gadis itu menggerutu kenapa begitu sulit menggiling kopi manual, padahal tadi saat melihat tutorialnya merasa mudah. Hanya memasukan biji kopinya lalu memutar tuasnya. Tapi tangan tangan mungilnya kurang bertenaga untuk memutar tuasnya sehingga membuat biji kopinya tidak tergiling menjadi halus.

"lihat Kun, gadis besar kepala itu. Mesin penggilingnya pasti akan cepat rusak jika kopi yang dimasukan sebanyak itu" gumam Jungwoo ke Kun

"Biarkan saja dia merasakan kalau menggiling kopi sampai halus itu butuh kesabaran. Sebentar lagi Windy pasti menyerah dan memilih bermain hujan di luar" Kun menggelengkan kepala beberapa kali melihat kelakuan Windy.

"Aku sudah berkali kali melarangnya agar tidak main hujan tapi Windy tetap Windy. Kepala batu." Jungwoo menyandarkan punggungnya di sandaran sofa lalu melipat kedua tangannya di depan dada.

"Salahmu kan yang mengajarinya menyukai hujan."

"Aku tidak tau kalau dia itu gampang sakit."

"Lagian apa yang menarik dari hujan ? Seperti anak kecil saja"

"Bagi ku hujan itu menarik. Seberapa sering ia dihempaskan ke bumi pasti akan kembali lagi ke langit.  Langit itu rumahnya. Hujan mengajari kita untuk tau jalan pulang" jelas Jungwoo.

Kun mengangguk membenarkan apa yang di katakan Jungwoo.

"Tapi kau lupa ketika hujan pergi ia meninggalkan rasa sakit dan dingin" kata kun

"Hmm. Yeah kau benar. Tapi kau bisa belajar menjadi kuat dari rasa itu."

PRAAK

Kun dan Jungwoo terkejut dengan suara penggiling kopi yang di lemparkan Windy ke meja di depan Kun dan Jungwoo.

"AKU TIDAK MAU MENGGILING KOPI LAGI" sungutnya lalu duduk diantara Jungwoo dan Kun.

Kun dan Jungwoo terkekeh melihat Windy kesal hanya karena gilingan kopi.

"Bagaimana nona Windy ? Mudah bukan ?" Goda Kun.

Kun mendapat bonus tatapan maut dari Windy.

"Jangan meledekku." Windy memukul bahu Kun.

"Aigoo. Bagaimana bisa aku jatuh cinta dengan gadis seperti ini." Jungwoo mencubit sebelah pipi Windy

"Kalau kau menyesal aku akan selingkuh dengan Kun" Windy merapatkan duduknya dengan Kun lalu memeluk lengan Kun. "Kau mau kan Kun" Windy menatap kun seraya menarik turunkan alisnya.

Kun memutar bola matanya malas.

"Ck. Silahkan saja. Tapi ingat kau tidak akan pernah bisa lepas dari pesona Kim Jungwoo sampai kapan pun itu nona cantik"

"Kita lihat saja nanti" Windy menjulurkan lidahnya

Kun hanya terkekeh menyaksikan drama live pasangan absurd di dekatnya.

"Kau benar Kim Jungwoo. Windy tak pernah bisa lepas dari pesonamu." monolog Kun dalam hati.

"Kun... Qian Kun. Kau melamun ya."

Lamunan Kun buyar sesaat Windy menyadarkannya. "Ah.. apa"

Windy berdecih
"Cih. Jadi sedari tadi aku mengoceh di sini kau tidak mendengarkanku."

"Ah Sorry. Sorry. Ada apa?" Tanya kun

Windy menghela nafas berat lalu mengeluarkan bubuk kopi yang sudah halus dari penggiling kopi kedalam cangkir.

"Bagaimana ?" Windy menyodorkan cangkir yang berisi bubuk kopi kepada Kun.

Windy sedang berada di Cafe Kun untuk belajar membuat kopi dan menggiling kopi secara manual lagi setelah dulu pernah menyerah. Kebetulan dihari Senin ini Cafe Kun libur.

Alasana Windy belajar membuat kopi adalah karena Jungwoo. Selain menyukai hujan kekasihnya itu sangat menyukai kopi, jadi windy ingin belajar membuat kopi.

Kun mengacungkan jempolnya sebagai tanda kalau Windy berhasil menggiling kopi sampai halus.

"Yess, lalu bagaimana setelah ini.?" Tanya windy bersemangat.

Kun menaruh bubuk kopi itu ke dalam teko khusus kopi lalu perlahan dituangkan air panas. Aroma kopi yang sangat khas menyeruak ke indra penciuman Windy.

Baru kali ini Windy mencium harum kopi yang sangat enak, rasanya berbeda dengan kopi-kopi biasanya.

Windy bukan pecinta kopi karena kopi itu pahit terlebih kopi hitam yang sering di minum pecinta kopi seperti Jungwoo dan Kun, Windy hanya sekali dua kali merasakan Latte dingin dan tetap saja tidak suka. Windy lebih menyukai coklat.

"Mau mencoba" Kun menuangkan kopinya di cangkir kecil.

Windy terlihat tidak yakin. Latte saja yang sudah di campur dengan gula dan krim masih terasa pahit. Apa lagi Kopi hitam tanpa gula seperti ini.

Kun mengeluarkan 2 buah permen coklat dari saku celananya di taruh ke atas meja. "Nah, ini untuk penawar pahitnya"

Tangan Windy perlahan mengambil secangkir kecil kopi yg di buatnya tadi. Windy menyesap sedikit kopinya. Pahit. Itu yg di rasakan Windy. Tapi rasanya lumayan.

"Bagaimana ?" Kun memperhatikan Windy yg memejamkan matanya sejenak kemudian membuka matanya.

"Pahit." Windy buru-buru membuka bungkusan permen dari kun lalu memakannya. Dan rasa pahit di mulut Windy berganti dengan rasa coklat yang manis.

"Kopi di mana-mana memang pahit."

"Aku tidak bisa menyukai kopi. Sekarang giliran kau yang coba kopi tubruk buatanku" Windy menuangkan sedikit kopi ke cangkir baru lalu memberikannya ke Kun.

Sebelum meminumnya Kun menghirup aroma kopi dari cangkirnya baru kemudian meminumnya. Tak ada ekspresi merasakan pahit di wajah kun.

"Hmm. Ini enak."

"Sungguh ?"

"Iya" Kun menyesap kopi itu lagi.

"Aku tidak percaya jika hanya kau yg meminumnya, tolong panggilkan Lucas dan Mark. Aku ingin dengar pendapat mereka."

Kun menurut lalu memanggil Mark dan Lucas di lantai 2 untuk turun dan mencoba kopi buatan windy. Lucas dan Mark adalah adik sepupu Kun. Mereka sedang bermain Playstation setelah tadi pagi diskusi tentang rencana ke Jepang besok lusa.

Tak lama kemudian Mark dan Lucas turun bersama dengan Kun.

"Wiih noona kau bisa membuat kopi" kata Mark

"Tentu saja. Tadi Kun yang mengajariku. Ini mudah" Windy menyodorkan 2 cangkir untuk Lucas dan Mark.

Sama seperti Kun, Lucas dan mark menghirup aroma kopinya terdahulu baru meminumnya.

Apakah memang seperti ini cara pria meminum kopi. Batin Windy

"Waah. Ini enak noona" ujar Lucas seraya mengacungkan jempolnya.

"Iya enak. Untuk seorang pemula"

"Sungguh ?" Tanya Windy

Mark dan Lucas mengangguk bersamaan.

"Yeay. Akhirnya aku bisa membuat kopi." Gumam Windy girang.

'Kim Jungwoo, kau harus tau aku bisa membuat kopi.' -windy

Lucas berbisik ke Kun"Kopinya enak bukan karena pembuatnya, tapi memang ini biji pilihan"

"Diamlah" Kun mencubit Lucas hingga meringis

Missing You (Rain)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang