Chapter 2

1.1K 111 13
                                    

Kris menatap seseorang yang kini berdiri di depannya dengan cengiran polosnya. Seseorang yang dengan lancangnya menariknya paksa menuju tempat tertinggi di gedung itu –atap-.

Berbeda dengan Kris, Zitao sang pelaku penarikan paksa itu menatap Kris penuh kekaguman. Memuji pahatan sempurna yang kini berdiri di depannya. Mulai dari rambut berwarna sama dengan rambutnya, alis tebalnya, mata tajam dengan tatapan dingin yang mempesona, hidung mancung, bibir tebal yang sangat kissable, dan rahang yang tegas. Sungguh paras yang membuat jantungnya bekerja jauh lebih keras hanya dengan melihat wajah itu. Wajah yang menurutnya mirip seorang malaikat dari pada dikategorikan sebagai manusia.

Kris berdehem untuk menyadarkan Zitao yang sepertinya sedari tadi memperhatikannya tanpa berkedip.

Kris tau betul itu tatapan penuh cinta dan kekaguman, karena ini bukan pertama kalinya dia ditatap seperti itu. Bukannya sombong, tapi Kris sudah terbiasa dengan tatapan memuja yang dilayangkan untuknya.
Hanya saja tatapan yang didapat dari Zitao jauh berbeda dengan para pengagum parasnya terdahulu. Tatapan Zitao memang penuh kekaguman tapi terselip obsesi di dalamnya.

“Jadi untuk apa kau menarikku kemari?”

“Kyaaaa. Bahkan suaramu saja seperti nyanyian dari surga.” Pekik Zitao senang bagai fangirl yang dinotice idolanya.

Kris hanya memutar bolamatanya malas, bukannya mendapat jawaban ia malah mendapat histeria yang memekakkan telinganya. Sungguh orang di depannya terlalu berlebihan.

“Perkenalkan namaku Huang Zitao. Kau bisa memanggilku Zitao, Tao , Zizi atau mungkin sayang bisa juga.”

Kris lagi_lagi memutar bolamatanya malas melihat sikap berlebihan Tao.

Kris berjalan melewati Zitao lalu duduk di bangku yang dipenuhi dengan coretan spidol dan pilox yang sudah sedikit pudar. Kris mendudukkan dirinya disana sambil memandang langit Korea yang begitu cerah. Tao ikut duduk di samping Kris.

“Namamu Wu Yifan? Dari namamu, sepertinya kau bukan orang Korea.”

“Aku berasal dari China.”

“Waaaahhh. Aku juga berasal dari China, ternyata kita banyak persamaan. Jangan-jangan kita jodoh.”

“Ccckkkk. Baru satu persamaan kau sudah bilang banyak, dan jangan berlebihan menganggap kita berjodoh.”

“Tak ada yang tak mungkin di dunia ini, ge. Kau tak tahu ke depannya akan seperti apa bukan? Lagipula hanya aku yang cocok bersanding denganmu.”

Kris menatap Zitao dari ujung kaki ke ujung kepala. Sungguh Kris tak habis pikir, kenapa hari pertamanya harus bertemu dengan  makhluk aneh seperti Zitao.

“Kenapa kau memperhatikanku seperti itu? Apa kau sudah mulai menyukaiku, ge?”

“Percaya diri sekali. Dan berhenti memanggilku gege. ”

“Terus aku harus memanggilmu apa? Chagi, sayang, honey, atau hubby?”

Kris menggeram mendengar semua panggilan menjijikkan yang baru saja disebutkan Zitao. Demi Tuhan semua panggilan itu bahkan lebih menjijikkan daripada memanggilnya gege.

“Jadi aku harus memanggimu apa?” Zitao dengan senyum lima jarinya menatap berbinar ke arah Kris.

“Cukup panggil namaku saja.”

“Tapi itu tidak sopan. Kau pasti lebih tua dariku. Bagaimana kalo ku panggil Chagi saja?”

Zitao mengedip-ngedipkan matanya genit ke arah Kris membuat Kris semakin jijik dan berusaha menahan kesabarannya untuk tidak menendang manusia cerewet di depannya itu dari atap menuju lantai dasar.

 Aggressive HuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang