Luhan mendengus kesal, sesekali memperbaiki letak boneka yang berada di gendongannya. Ntah sudah berapa sumpah serapah yang dia layangkan untuk namja yang berjalan di depannya dengan santainya tanpa memperdulikan dirinya yang berjalan di belakangnya sedikit kesusahan. Bagaimana tidak, tangannya sudah dipenuhi berpuluh paper bag ditambah dengan sebuah boneka Rilakkuma berukuran jumbo yang bahkan lebih besar daripada badannya sendiri yang kini berada di pelukannya. Sedangkan Zitao hanya membawa sebuah paperbag yang berisi kosmetik yang tadi di belinya di salah satu outlet terkenal.Sudah berpuluh kali Luhan meminta maaf pada orang yang tak sengaja ditabraknya akibat boneka yang menghalangi pandangannya kini. Berterima kasihlah pada Huang Zitao yang telah membuat seorang direktur seperti Luhan terlihat seperti seorang babu yang sedang menemani majikannya berbelanja.
“Demi Tuhan, Zi ada ribuan lembar kertas di kantor yang menungguku untuk ditanda tangani.”
“Kantor itu takkan hancur hanya karena kau meninggalkannya beberapa jam.”
Zitao terkikik sambil memainkan ponselnya tanpa mempedulikan Luhan, membuat Luhan semakin naik darah. Tidakkah Zitao kasihan melihat keadaan Luhan kini yang tampak mengenaskan?
“Berhenti mengeluh, Jie. Temani aku ke supermarket, setelah itu kau boleh pulang.”
“Apa lagi yang ingin kau beli? Apa ini kurang banyak? Tanganku bahkan rasanya ingin patah karena membawa belanjaanmu hari ini.”
Luhan benar-benar tak habis pikir dengan sikap Zitao hari ini. Zitao memang terkenal gila belanja tapi hari ini, Zitao bukan hanya gila tapi maniak. Bagaimana tidak, hampir semua toko dengan brand ternama di dalam gedung itu telah dimasukinya. Bahkan Luhan tak berani menghitung berapa banyak bajet yang harus dikeluarkan untuk belanjaan Zitao hari ini. Mungkin bisa setara dengan harga sebuah apartemen sederhana atau mungkin sebuah mobil. Tuan muda Huang itu sepertinya benar-benar berniat ingin menghabiskan uang kakeknya yang bahkan mustahil akan habis tujuh turunan.
Zitao berjalan memasuki sebuah supermarket tanpa mempedulikan Luhan yang menggerutu di belakangnya.
“Aku ingin semua ice cream rasa strawberry yang ada disini. Dan tolong kirimkan ke alamat ini.” Ucap Zitao menyerahkan secarik kertas pada seorang SPG.
Yeoja itu hanya menatap Zitao dengan alis berkerut tanda bingung tapi tetap membungkuk sopan.
“Baik, Nona.”
“Ccckkk. Apa kau tak punya mata? Atau matamu itu tak berfungsi? Aku ini namja.”
Yeoja itu tampak membulatkan mata, sungguh dia mengira makhluk manis dan imut di depannya adalah seorang yeoja sama seperti dirinya.
“Ma.. Maafkan saya, tuan.” Ucapnya sambil membungkuk lagi.
“Sudahlah, kerjakan saja perintahku. Dan aku ingin semua pesananku itu sampai di alamat itu sebelum mtahari berubah menjadi bulan.”
“Ta.. Tapi tuan...”
“Tak ada tapi-tapian, kerahkan semua pegawai yang ada disini. Katakan ini adalah perintah langsung dari cucu Huang Hangeng.”
Zitao berjalan meninggalkan yeoja itu yang tampak diam membeku mendengarkan nama Huang Hangeng yang baru keluar dari bibir peach Zitao.
.
.
.
Kris membolak-balikkan halaman majalah yang ada di tangannya. Menulikan telinganya dari suara TV dan teriakan heboh 2 orang namja yang sedang asik bertarung dengan stik PS di tangannya. Sebenarnya dirinya sangat ingin beristirahat, tapi 2 makhluk yang tak tau malu tiba-tiba menerobos masuk ke apartemennya dan membuat kekacauan.Apartemennya yang biasanya rapi kini sudah berantakan dengan beberapa bungkus makanan dan kaleng minuman yang sudah tergeletak di lantai, dan jangan lupakan remahan snack yang berserakan di atas karpet bulunya yang di duduki oleh 2 namja yang berstatus sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aggressive Huang
FanficSeorang namja "langganan" ruang konseling jatuh cinta pada seorang murid baru yang terkesan dingin dan cuek. Membuat seorang Huang Zitao harus berjuang ekstra keras untuk mendapatkan perhatian sang pujaan hati Kris Wu. Akankah si biang onar dengan s...