6: REGRET

5.3K 364 9
                                    

Sorry for typo(s)

Sorry for typo(s)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aaron McGuire



[Flashback on]

Lelaki itu melemparkan beberapa lembar uang padaku setelah pergulatan panas kami di ranjang. Kemudian memakai boxernya dan juga celana panjangnya, dilanjutkan dengan menggunakan seragam yang tadi ia lempar entah kemana. Aku hanya memperhatikannya sambil terbaring kelelahan.

"Besok malam aku ada balapan, kamu ikut denganku." katanya setelah selesai menggunakan seragam sekolahnya.

"Tapi.. Besok malam aku akan menginap di rumah Sarah, kami ada kerja kelompok." aku berusaha menjelaskan selembut mungkin agar lelaki itu tak marah.

"Aku tidak peduli." katanya sambil beranjak pergi.

Brengsek, ya lelaki yang sekarang meninggalkanku itu adalah lelaki brengsek. Namanya Aaron McGuire, seorang kakak kelas berandal yang sialnya aku harus berurusan dengannya. Dengan berat hati aku harus mengatakan, aku adalah pelacurnya. Ah, iya, meski aku enggan mengakui namun pasti orang-orang yang mendengarnya pasti menganggapku hina.



***
Waktu itu aku sedang membutuhkan uang untuk biaya operasi ayah yang cukup mahal. Ayahku mengalami kecelakaan di jalan raya, ketika itu ayah sedang menepikan taksinya di pinggir jalan saat tiba-tiba sebuah minibus menabrak taksi ayahku dari belakang. Ayah mengalami pendarahan hebat di kepalanya dan tulang kakinya patah, ayah hampir meregang nyawa waktu itu. Ibu memakai seluruh uang tabungan kami untuk biaya rumah sakit ayah, dan tiba saatnya ayah harus di operasi untuk memulihkan organ dalam di tubuhnya.

Aku dan Ibu nyaris putus asa. Gaji dari pekerjaan paruh waktuku tidak mungkin cukup untuk membiayai operasi ayah.

Aku memutar otak memikirkannya semalaman, bagaimana aku bisa mendapatkan uang dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat?

Aku ingat, ponselku berdering nyaring mendapatkan panggilan dari nomor tak dikenal. Aku mengangkatnya dengan ragu.

"Halo?" sapaku setengah berbisik.

"Ha..halo." jawab suara di seberang sana. Seorang pria.

"Maaf, siapa ini?" tanyaku.

"Aku..aku.." orang itu tampak gugup, "Aku Darel.."

"Darel? Darel siapa?" tanyaku sedikit bingung.

"Aku.. aku teman sekelasmu."

Aku mencoba mengingat-ingat apakah aku memiliki teman sekelas yang bernama Darel? Ah iya aku ingat, Darel si culun itu. Bukannya sombong, tapi aku susah mengingat orang yang kurang populer di sekolahku.

"Ada apa Darel?" tanyaku langsung.

"Begini.. Thalea, apakah besok kau ada acara?" tanyanya dengan nada suara yang gugup.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang